Artikel

Memanen Hikmah dan Kebaikan di Penghujung Usia

Oleh: Kardi, (Anggota Majlis Tabligh PCM Pandanarum dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)

Usia senja sering kali dipandang sebagai fase penurunan, di mana kekuatan fisik mulai melemah dan ingatan tak lagi setajam dahulu. Namun, dalam kacamata spiritual, khususnya ajaran Islam, usia tua adalah anugerah dan puncak kesempatan untuk menuai pahala dan kebijaksanaan. Kunci untuk menjadikan fase ini penuh makna, ketenangan, dan keberkahan adalah dengan memperkuat rasa syukur.

Syukur bukan sekadar ucapan terima kasih, melainkan manifestasi hati, lisan, dan perbuatan atas segala karunia yang telah Allah berikan sepanjang hidup. Di usia senja, rasa syukur memiliki dimensi yang lebih mendalam, menjadi penenang jiwa dari kekhawatiran masa lalu dan masa depan.

Allah SWT memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya bersyukur seiring bertambahnya usia. Salah satu ayat yang secara spesifik menyinggung masa kematangan (yang merupakan gerbang menuju usia senja) adalah Q.S. Al-Ahqaf Ayat 15:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. Al-Ahqaf Ayat 15).

Ayat ini menunjukkan bahwa mencapai usia kematangan, khususnya 40 tahun, adalah momentum penting untuk introspeksi, taubat, dan memperbanyak syukur. Rasa syukur tersebut diwujudkan dalam tiga pilar: syukur atas nikmat, beramal saleh, dan mendoakan kebaikan keturunan. Tiga hal inilah yang menjadi bekal terbaik saat memasuki usia senja.

Di sisi lain, Al-Qur’an juga mengingatkan tentang tahapan alami kehidupan, termasuk kelemahan fisik di masa tua. Allah SWT berfirman:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

Artinya: “Dan Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S. An-Nahl Ayat 70).

Ayat ini semestinya menumbuhkan rasa syukur atas setiap hari yang dilalui dalam keadaan sehat dan berakal, serta memicu kesadaran untuk memanfaatkannya sebelum datangnya fase kelemahan tersebut.

Nabi Muhammad SAW juga memberikan penekanan khusus tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menyikapi usia yang panjang. Berikut hadis tentang Peringatan Waktu (Batas Udzur): Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, beliau bersabda:

أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً

Artinya: “Allah telah memberikan udzur (alasan) kepada seseorang dengan menangguhkan ajalnya hingga umur enam puluh tahun.” (HR. Bukhari)

Para ulama menjelaskan bahwa makna “Allah telah memberikan udzur” adalah Allah telah memberikan waktu yang sangat panjang (60 tahun) sebagai kesempatan untuk bertaubat dan beramal saleh. Dengan mencapai usia ini, tidak ada lagi alasan bagi hamba untuk tidak melakukan persiapan terbaik menuju akhirat. Ini adalah panggilan syukur terbesar: syukur atas perpanjangan waktu untuk berbenah.

Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Siapakah manusia yang paling baik?” Beliau menjawab:

مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Artinya: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadis ini mengajarkan bahwa usia panjang adalah anugerah hanya jika diiringi dengan kualitas amal yang baik. Inilah bentuk syukur yang paling tulus di usia senja: menjadikannya waktu untuk meningkatkan kualitas ibadah, bukan untuk bermalas-malasan.

Para ulama salaf dan khalaf telah banyak membahas bagaimana menyikapi usia senja dengan penuh syukur. Imam An-Nawawi dalam Riyadus Shalihin Bab Anjuran Memperbanyak Amal di Usia Senja menjelaskan bahwa usia 60 tahun adalah batas waktu di mana Allah telah memberikan kesempatan yang cukup bagi seseorang untuk melakukan taubat dan memperbaiki diri. Dengan kata lain, waktu yang panjang adalah kesempatan emas yang patut disyukuri, dan tidak boleh disia-siakan dengan menunda amal kebaikan. Syukur di sini berarti mengubah waktu luang menjadi ketaatan yang produktif.

Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin sering mengingatkan bahwa amal seorang mukmin tidak terputus kecuali karena kematian. Syukur di usia senja berarti memanfaatkan sisa umur untuk amalan ringan namun berpahala besar, seperti memperbanyak zikir, istigfar, membaca Al-Qur’an (meskipun sambil duduk atau berbaring), dan menyambung silaturahmi. Menurut beliau, usia tua adalah waktu yang ideal untuk mencapai puncak kekayaan hati (qana’ah) dan ketenangan karena fokus tidak lagi pada pengumpulan harta dunia, melainkan bekal akhirat.

Syukur di usia senja adalah sikap mental dan spiritual yang melihat setiap detik sisa hidup sebagai modal. Ini diwujudkan melalui; a) syukur dengan lisan yaitu dengan memperbanyak zikir, istigfar, dan hamdalah. b) syukur dengan Hati, artinya menerima setiap perubahan fisik dan tantangan dengan sabar dan ridha (lapang dada), menyadari semua adalah takdir terbaik dari Allah. c) syukur dengan perbuatan yaitu dengan memprioritaskan ibadah wajib, memperbanyak shalat sunnah, puasa sunnah (jika kondisi kesehatan memungkinkan), dan tilawah Al-Qur’an serta dengan memberikan nasihat baik, mengajarkan ilmu, dan menjadi teladan bagi anak cucu.

Usia senja adalah waktu istimewa yang diberikan oleh Sang Pencipta bagi hamba-Nya untuk kembali “pulang” dengan hati yang tenang dan bekal yang cukup. Dengan menguatkan syukur, seorang mukmin akan menemukan ketenangan yang sejati, mengubah kelemahan fisik menjadi kekuatan spiritual, dan memanen hikmah atas seluruh episode kehidupan yang telah dilalui. Syukur di usia senja adalah akhir perjalanan yang indah, penuh kemuliaan, dan insyaAllah berujung pada keridaan-Nya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button