Anak sebagai Amanah Allah SWT

Oleh: Mu`abas (Anggota MT PCM Sigaluh dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)
Anak adalah karunia terbesar sekaligus ujian terberat yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada pasangan suami istri. Dalam pandangan Islam, anak bukanlah sekadar pewaris harta atau penerus garis keturunan, melainkan Amanah (titipan suci) yang harus dijaga, dididik, dan dibimbing agar tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa. Kesadaran bahwa anak adalah amanah adalah kunci utama bagi orang tua untuk menguatkan keimanan mereka sendiri, sebab pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak sangatlah besar.
Jika amanah ini ditunaikan dengan baik, anak akan menjadi penyejuk mata (Qurratu A’yun) dan investasi akhirat (amal jariyah). Sebaliknya, jika amanah ini diabaikan, ia bisa menjadi fitnah yang menjerumuskan.
Al-Qur’an secara eksplisit menyebut anak sebagai harta kekayaan yang dapat menjadi ujian atau cobaan, menuntut orang tua untuk tidak terlelap dalam cinta duniawi mereka. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (fitnah); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (At Taghabun: 15).
Ayat ini mengingatkan bahwa cinta yang berlebihan atau cara mendidik yang keliru dapat menjauhkan orang tua dari ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, tugas utama orang tua beriman adalah menyelaraskan cinta mereka kepada anak dengan cinta mereka kepada Allah, yaitu dengan mendidik anak agar menjadi Mukmin yang sejati. Menunaikan amanah pendidikan ini adalah cara nyata untuk membuktikan keseriusan iman kita.
Tanggung jawab terhadap amanah anak harus diwujudkan dalam tiga dimensi, yang secara kolektif akan menguatkan keimanan seluruh anggota keluarga:
- Perlindungan Spiritual
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci dan cenderung kepada kebenaran tauhid). Tugas orang tua adalah menjaga fitrah itu dari pengaruh-pengaruh yang menyimpang dan menanamkan akidah yang benar. Rasulallah SAW bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori Muslim).
Hadis ini menempatkan tanggung jawab pembentukan akidah anak sepenuhnya di tangan orang tua. Perlindungan spiritual ini adalah bentuk pemenuhan amanah yang paling vital. Orang tua harus menjadi garda terdepan dalam mengajarkan tauhid, keimanan kepada hal-hal gaib, dan hakikat ibadah.
- Teladan Nyata
Anak perlu melihat keimanan dipraktikkan, bukan sekadar didengarkan. Orang tua harus menjadi teladan hidup (uswah hasanah) dalam ibadah, akhlak, dan interaksi sosial. Pendidikan ini mencakup pengenalan ajaran Islam secara bertahap. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (At Tahrim: 6).
Menjaga keluarga dari neraka adalah puncak dari pendidikan. Caranya adalah dengan mengajarkan mereka ketaatan, membiasakan ibadah, dan mengarahkan mereka untuk memilih pergaulan yang baik. Ketaatan anak yang didasari pendidikan orang tua akan menjadi amal jariyah yang terus mengalirkan pahala bahkan setelah orang tua meninggal dunia.
- Kasih Sayang dan Keadilan
Amanah anak juga mencakup pemenuhan kebutuhan emosional mereka dengan kasih sayang (rahmah) dan keadilan (adl). Kasih sayang membuat anak merasa berharga, sementara keadilan mengajarkan mereka prinsip-prinsip syariat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
Artinya: “Barangsiapa yang tidak menyayangi (orang lain), maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhori Muslim).
Kasih sayang kepada anak adalah bagian dari menyayangi makhluk Allah. Selain itu, berlaku adil di antara anak-anak, baik dalam pembagian materi maupun perhatian, adalah kunci menciptakan keharmonisan dan mengajarkan mereka nilai-nilai keimanan yang lurus. Perlakuan yang adil ini menjadi penguat iman orang tua karena ia merupakan bentuk meneladani sifat-sifat Allah yang Maha Adil.
Anak yang dididik berdasarkan kesadaran amanah akan menjadi sumber kebaikan tanpa batas bagi orang tuanya. Keimanan orang tua akan semakin kuat karena mereka terus melakukan introspeksi demi menjadi teladan yang baik.
Puncak dari menunaikan amanah ini adalah ketika anak yang saleh itu mendoakan orang tuanya. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mengingat bahwa anak-anak kita adalah titipan paling berharga dari Allah SWT. Jagalah fitrah mereka, didiklah mereka dengan iman dan keteladanan, dan penuhilah kebutuhan mereka dengan kasih sayang yang dilandasi syariat. Dengan demikian, kita telah menguatkan iman diri kita sendiri, dan Insya Allah, kita akan berhasil membawa amanah ini kembali kepada Pemiliknya kelak di hari perhitungan.




