KhutbahKhutbah Jum'at

Khutbah Jum’at : Bekerja, Antara Tuntutan dan Tuntunan

Oleh : Ust. Nishfun Nahar, S.Pd.I, M.Pd. (Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Pekalongan)

Khutbah Jum’at : Bekerja Antara Tuntutan dan Tuntunan

Oleh : Ust. Nishfun Nahar, S.Pd.I, M.Pd

الحمد لله الرزاق ذي القوة المتين، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له رب السموات والأرض ورب العرش الكريم وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صادق الوعد الأمين, صلى الله عليه وعلى آله وصحبه، ومن اقتفى أثرهم إلى يوم الدين، أما بعد:
فيا عباد الله، أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون وقد قال الله تعالى
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)[آل عمران:102]، وقال أيضا: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً)[النساء:1]،

_Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah_

*[Realitas Sosial]*

Di tengah peringatan hari Buruh 1 Mei 2025, sorotan evaluasi reflektif yang dikemukakan oleh lembaga Center of Economic and Law Studies (Celios) di antaranya adalah upah riil mengalami penurunan tajam dan pertumbuhannya lebih rendah dibanding pra-pandemi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Di sisi lain juga ada diskriminasi usia yang masih terjadi pada pelamar kerja yang membatasi usia pelamar 25 hingga 31 tahun sehingga menjadikan sulitnya para korban PHK untuk kembali bekerja di sektor formal, oleh karena itu banyak yang kemudian beralih profesi menjadi pedagang kaki lima atau jenis pekerjaan sektor non formal lainnya.

_Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah_
*[Keniscayaan untuk memenuhi kebutuhan hidup]*

Manusia sebagai makhluk biologis memiliki kebutuhan pokok untuk hidup, seperti makan, minum, berkembang biak serta bertempat tinggal yang kesemuanya memerlukan rezeki untuk mewujudkannya.

Dalam keyakinan seorang mukmin, rezeki memang menjadi urusan Allah ﷻ sebagai bagian dari iman kita terhadap sifat rububiyah-Nya. Namun sebagai hamba-Nya, manusia diwajibkan untuk selalu ikhtiar berusaha sekuat tenaga untuk mencari rezeki yang halal. Bekerja merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan setiap orang. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam Firman Allah ﷻ,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلرُّسُلُ كُلُوا۟ مِنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَٱعْمَلُوا۟ صَٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 51).

*[Bekerja yang halal, cara jalan mulia dalam Islam]*

Bekerja dengan cara halal adalah jalan mulia untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan oleh Baginda Rasulullah SAW diapresiasi sebagai bagian dari jihad fi Sabilillah.

Ka’b bin ‘Ujrah RA berkata,
مر على النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ رجلٌ فرأى أصحابُ النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ من جلَدِه ونشاطِه فقالوا: يا رسولَ اللهِ لو كان هذا في سبيلِ اللهِ؟! فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ: إنْ كان خرج يسعى على ولدِه صغارًا فهو في سبيلِ اللهِ وإن كان خرج يسعى على أبوين شيخين كبيرين فهو في سبيلِ اللهِ وإنْ كان خرج يسعى على نفسِه يعفُّها فهو في سبيلِ اللهِ وإنْ كان خرج يسعى رياءً ومفاخرةً فهو في سبيلِ الشيطانِ (رواه الطبراني وصححه الألباني).

“Seorang laki-laki melewati Nabi ﷺ kemudian para sahabat melihat bagaimana kuat dan rajinnya laki-laki tersebut, lalu mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah ﷺ, seandainya hal ini di jalan Allah (yakni, kekuatan fisik dan ketekunannya digunakan untuk jihad fi Sabilillah).’ Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika ia keluar bekerja untuk menghidupi anaknya yang masih kecil maka dia fi sabilillah (di jalan Allah), jika ia keluar bekerja untuk kedua orang tuanya yang telah lanjut usia maka fi sabilillah, jika ia keluar bekerja untuk menjaga kehormatan dirinya dari meminta-minta maka ia fi sabilillah dan jika ia keluar karena riya’ dan sombong maka ia di jalan setan.’” (H.R. ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 19/129.

Berkata al-Mundziri, “Rentetan perawi haditsnya shahih.” dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib: 1692)

_Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah_
*[Pekerjaan Halal jenis apapun, tidak mengurangi kehormatan seseorang]*

Bekerja dengan cara halal apapun itu, tidak mengurangi status kehormatan seseorang, bahkan Nabi SAW memberikan contoh meski dengan cara mencari dan mengumpulkan ranting kayu bakar.

Dari Abu Abdillah Zubair bin Awwam, ia berkata Rasulullah ﷺ bersabda,

ﻷَﻥْ ﻳَﺄْﺧُﺬَ اَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺍَﺣْﺒُﻠَﻪُ ﺛُﻢَّ ﻳَﺎْﺗِﻰ ﺍﻟْﺠَﺒَﻞَ ﻓَﻴَﺎْﺗِﻰَ ﺑِﺤُﺰْﻣَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺣَﻄَﺐٍ ﻋَﻠَﻰ ﻇَﻬْﺮِهٍ ﻓَﻴَﺒِﻴْﻌَﻬَﺎ ﻓَﻴَﻜُﻒَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﺧَﻴْﺮٌﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺍَﻥْ ﻳَﺴْﺄَﻝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺍَﻋْﻄَﻮْﻩُ ﺍَﻭْ ﻣَﻨَﻌُﻮْﻩُ .

“Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”. (H.R. Bukhari, no. 2073).

Nabi Daud, meski tinggi strata spiritualnya sebagai seorang Nabi dan sekaligus tinggi strata sosialnya sebab beliau juga seorang raja namun tetap saja beliau bekerja.
Dalam hadits disebutkan dari al-Miqdam RA, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)” (H.R. Bukhari, no. 1966).

Dalam tafsir al-Qurthubi ketika menafsirkan QS Saba’ Ayat 10 dikisahkan riwayat bahwa Nabi Daud AS suatu hari menyamar sebagai rakyat jelata untuk mengetahui dan melihat langsung kondisi rakyatnya tanpa dikenali bahwa beliau seorang seorang raja agung. Semua orang yang ditemui memberikan kesan dan testimoni terhadap keadilan Raja Daud. Dalam perjalanannya, Allah Ta’ala perintahkan Malaikat Jibril turun menyamar sebagai rakyat biasa. Ketika Nabi Daud berjumpa dengan Malaikat yang menyamar itu beliau bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang kepemimpinan Daud?” Jibril memuji sekaligus mengkritik Nabi Daud dengan mengatakan: “Sebaik-baiknya hamba adalah Daud, sayangnya dia memimpin tapi tetap makan dari kas negara Baitul Mal”. Mendengar perkataan itu, Nabi Daud terhenyak sembari berkata, “Kalau begitu ajarkan saya bagaimana caranya makan, tanpa menggunakan kas negara?” Lalu Allah Ta’ala memerintahkan Malaikat Jibril mengajari Nabi Daud melunakkan besi untuk membuat pedang, baju besi serta peralatan perang lainnya dengan kekuatan tangannya. Akhirnya, setiap hari di luar kegiatatan kenegaraan, Nabi Daud membuat alat-alat perang tersebut dari besi dengan tangannya sendiri. Hasil dari produk militer itu dijualnya senilai 6 ribu Dirham. Dari hasil itulah, Nabi Daud makan dan mencukupi nakfkah keseharian dan keluarganya.

_Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah_
*[Prinsip keseimbangan dalam hidup mukmin]*

Tujuan hidup seorang mukmin harus seiring sejalan antara mencari ridho Allah yang bersifat spiritual dan mencari fadhl (anugerah) Allah yang lebih bersifat material dalam aktifitas sehari-hari, termasuk dalam bekerja.

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. (QS. Al-Fath 29)

Keseimbangan tujuan hidup seorang mukmin ini akan melahirkan sikap seimbang pula antara kepentingan ukhrawi dan duniawi.

Demikian pula dalam bekerja dalam rangka mencari fadhl (anugerah) Allah juga dibarengi untuk mencari ridho Allah SWT sehingga akan tertuntun dalam prosesnya dengan cara yang halal dan saat telah mendapatkannya pun tertuntun untuk membelanjakannya dengan cara yang halal pula demi mendapatkan ridho Allah SWT.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Catatan ===
[…] tidak perlu dibacakan oleh khatib saat khutbah

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button