Artikel

Berpikir Simpel Ala Rasulullah

Oleh : Didi Eko Ristanto

Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling mulia, namun kehidupannya begitu sederhana. Tidak hanya dalam berpakaian dan tempat tinggal, tapi juga dalam cara berpikir dan menyikapi keadaan.

Suatu pagi, Rasulullah ﷺ bertanya kepada istrinya, “Adakah makanan untuk hari ini?”
Istrinya menjawab, “Tidak ada, wahai Rasulullah.”
Beliau pun tersenyum tenang dan berkata, “Kalau begitu, saya berpuasa saja hari ini.”

Lihatlah betapa indah kesederhanaan beliau. Tidak ada keluh kesah, tidak ada amarah, tidak ada kata yang menyakitkan. Hanya ketenangan dan penerimaan. Beliau tidak mempersoalkan sesuatu yang memang belum ada, tidak memperpanjang keadaan menjadi masalah. Justru beliau mengubahnya menjadi ibadah.

Sungguh, cara berpikir yang sederhana itu adalah bagian dari kemuliaan akhlak. Rasulullah ﷺ tidak menuntut, tidak membebani, dan tidak memperkeruh keadaan. Di balik kesederhanaan itu ada kedalaman iman: menerima dengan lapang, bersyukur dengan yang ada, dan menjadikan setiap kesempatan sebagai jalan menuju Allah.

Dari peristiwa kecil itu, ada pelajaran besar bagi kita. Terutama dalam kehidupan rumah tangga. Betapa banyak pertengkaran yang muncul hanya karena hal-hal sepele: uang belanja, makanan, pekerjaan rumah, atau ucapan yang salah waktu. Padahal, jika kita mau meniru kesederhanaan berpikir Rasulullah ﷺ, banyak badai bisa reda sebelum sempat datang.

Cobalah kita bersikap seperti beliau, ketika sesuatu tidak sesuai harapan, jangan langsung bereaksi dengan emosi. Tenangkan hati. Mungkin itu kesempatan untuk bersabar. Mungkin itu peluang untuk beribadah.

Kesederhanaan dalam berpikir bukan berarti pasrah tanpa usaha. Tapi itu adalah kemampuan untuk menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Tidak memperbesar yang kecil, dan tidak memperumit yang mudah.

Kehidupan Rasulullah ﷺ bersama istri-istrinya mengajarkan bahwa cinta dan keharmonisan tidak selalu lahir dari kelimpahan harta, tapi dari lapangnya hati dan kebeningan jiwa.

Jika di rumah terjadi perbedaan atau kekurangan, jadikan itu ladang pahala, bukan sumber pertengkaran. Katakan dalam hati, “Kalau tidak ada, ya sudah. Mungkin ini saatnya saya menahan diri, mungkin saatnya saya bersyukur atas yang lain.”

Begitulah rumah tangga Rasulullah ﷺ: tenang, sederhana, dan penuh keberkahan.
Dan di situlah rahasia kebahagiaan yang sering luput dari pandangan kita, bahwa ketenangan hidup tidak selalu datang dari kelimpahan, tetapi dari kesederhanaan berpikir dalam menyikapi keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan.

Cilacap, 04 November 2025

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button