BeritaDinamika PesyarikatanDinamika Tabligh

Ustadz Pujiono Bakar Semangat Kerja Guru Kaltara di Bimtek Pembelajaran Koding & AI

Tarakan, 18 September 2025 – Suasana subuh di Hotel Tarakan Plaza, Kalimantan Utara, begitu syahdu saat para guru peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembelajaran Mendalam Koding dan Kecerdasan Artifisial mengikuti kajian subuh bersama Ustadz Pujiono anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah yang Juga Kepala SD Muh PK Banyudono. Dalam kesempatan itu, beliau menyampaikan tausiyah bertema “Mencintai Profesi (Guru) Raih Ridho Ilahi” yang membakar semangat para guru untuk semakin mencintai dan mengikhlaskan profesinya.

Guru Adalah Profesi Mulia

Dalam ceramahnya, Ustadz Pujiono menegaskan bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi pendidik yang mencetak generasi berkualitas. “Ilmu yang diajarkan guru bukan hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga untuk menyiapkan murid menghadapi kehidupan dunia dan akhirat. Maka profesi guru adalah ladang pahala yang sangat luas,” ujarnya.

Bahaya Menjalankan Rutinitas Tanpa Makna

Ustadz Pujiono mengingatkan agar para guru tidak terjebak pada rutinitas mengajar yang kering makna. Menurutnya, banyak guru hanya sekadar menyampaikan materi tanpa menyadari peran besarnya dalam membentuk karakter dan kepribadian murid. “Mengajar bukan sekadar rutinitas, tetapi harus dilandasi dengan niat mulia untuk mendidik. Jika tanpa makna, tugas mulia ini bisa terasa berat dan kosong,” tegasnya.

Jangan Mengkhianati Profesi Guru

Lebih lanjut, Ustadz Pujiono menekankan pentingnya semangat belajar sepanjang hayat. “Jangan mengkhianati profesi guru dengan berhenti belajar. Guru sejati adalah pembelajar yang terus berkembang. Guru yang berhenti belajar akan kehilangan esensi profesinya,” jelasnya. Dengan terus belajar, guru bukan hanya menambah kualitas diri, tetapi juga menjadi teladan nyata bagi murid-muridnya.

Kencana katon Wingko

Dalam tausiyahnya, Ustadz Pujiono menyelipkan istilah Jawa yang sarat makna: “Kencana nanging kroso kaya wingko.” Kencana berarti emas, lambang kemuliaan. Sedangkan wingko diibaratkan serpihan kaca yang dianggap tak berguna. “Guru itu sebenarnya kencana, sangat bernilai. Tetapi sering merasa seperti wingko, diremehkan, tidak dihargai. Meski begitu, jangan putus asa. Tetaplah ikhlas, sabar, dan yakin bahwa Allah SWT akan memberi balasan terbaik bagi amal kita,” tuturnya.

Ceramah subuh ini menjadi pelecut semangat bagi para guru peserta Bimtek. Ustadz Pujiono mengajak seluruh pendidik untuk mencintai profesinya sepenuh hati, ikhlas dalam mengajar, serta terus belajar agar tidak kehilangan makna dalam tugasnya. “Meskipun kadang merasa seperti wingko, tetaplah memberi yang terbaik. Karena tujuan akhir kita adalah meraih ridho Allah SWT,” pungkasnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button