Sebab-sebab Kenakalan Anak dan Jalan Penanggulangannya
(Renungan dari Tarbiyatul Aulad fil Islam karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan)

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, di tengah derasnya arus zaman, kita menyaksikan banyak anak muda terseret dalam perilaku yang jauh dari nilai-nilai Islam. Ada yang durhaka kepada orang tuanya, ada yang kehilangan adab, dan ada pula yang larut dalam kenakalan yang meresahkan hati kita semua. Sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat, tentu kita bertanya: “Mengapa anak-anak kita bisa seperti itu?” Pertanyaan inilah yang dijawab dengan sangat bijak oleh ulama besar, Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya yang sangat terkenal, Tarbiyatul Aulad fil Islam — Pendidikan Anak dalam Islam. Dalam bagian pertama pasal keempat, beliau membahas “Sebab-sebab Kenakalan Anak dan Penanggulangannya.”
Akar Kenakalan Anak
Dr. Ulwan menyebutkan bahwa kenakalan anak tidak muncul begitu saja. Ia adalah buah dari pohon yang akarnya bisa jadi rusak berada di rumah, di lingkungan, atau dalam hati orang tua sendiri.
- Kemiskinan yang Menyiksa Keluarga
Kemiskinan bisa menjadi sebab seorang anak tergelincir. Ketika kebutuhan dasar tak terpenuhi, anak mencari jalan lain — bahkan yang salah — untuk bertahan hidup. Namun Islam tidak pernah membenarkan kemiskinan dijadikan alasan untuk berbuat dosa. Allah SWT berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Ṭalāq [65]: 2–3)
Artinya, tugas orang tua bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga menanamkan ketakwaan, karena di situlah sumber keberkahan rezeki.
2. Pertengkaran Orang Tua
Tidak ada luka yang lebih dalam bagi seorang anak selain menyaksikan ayah dan ibunya bertengkar setiap hari. Suasana rumah yang panas membuat hati anak gelisah dan jiwanya rapuh. Nabi ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. At-Tirmiżī, no. 3895)
Keluarga yang penuh kasih adalah benteng pertama pembentukan akhlak anak. Bila benteng ini retak, anak mudah terjatuh pada kenakalan.
3. Perceraian yang Disertai Kemiskinan
Ketika rumah tangga berantakan dan ekonomi jatuh, anak kehilangan dua hal sekaligus: kasih sayang dan rasa aman. Ia merasa sendirian di dunia yang kejam. Di sinilah ia mudah terseret arus pergaulan buruk, narkoba, atau pelampiasan emosi. Maka, Islam mengajarkan agar setiap orang tua menjaga rumah tangganya bukan hanya demi diri sendiri, tapi demi masa depan anak-anaknya.
4. Kesenggangan dan Waktu Luang
Banyak anak yang memiliki waktu luang tanpa arah. Mereka tidak diajak beraktivitas positif, tidak diajak ibadah, tidak diajak berdiskusi, dan akhirnya waktu kosong itu diisi oleh setan. Ingatlah sabda Rasulullah SAW :
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh banyak manusia: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhārī, no. 6412)
Anak yang terbiasa menggunakan waktunya dengan amal shalih akan tumbuh menjadi generasi kuat dan berkarakter
5. Lingkungan dan Teman Buruk
Teman adalah cermin. Bila cermin itu kotor, wajah yang bercermin pun tampak buruk.
Karena itu, orang tua perlu mengenali dengan siapa anaknya bergaul. Nabi SAW mengingatkan:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu berada di atas agama temannya, maka hendaklah kalian melihat siapa yang dijadikan teman dekat.” (HR. Abū Dāwūd, no. 4833)
6. Kekerasan dan Pengabaian dari Orang Tua
Ada orang tua yang mengira bahwa marah dan memukul bisa membuat anak taat. Padahal, kekerasan justru menumbuhkan dendam dan ketakutan. Sementara anak yang diabaikan, merasa tak berharga dan mencari perhatian di luar rumah. Islam mengajarkan kasih sayang, bukan kekerasan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
“Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Al-Bukhārī, no. 5997)
7. Pengaruh Media dan Film Buruk
Anak-anak zaman sekarang tumbuh di tengah banjir tontonan. Film, game, dan media sosial sering menampilkan kekerasan, pornografi, dan gaya hidup bebas. Hati mereka yang polos pun mudah teracuni. Di sinilah peran besar orang tua — bukan melarang secara keras, tapi mendampingi dan mengarahkan agar anak pandai memilih tontonan yang mendidik.
8. Pengangguran dan Lingkungan Sosial
Ketika masyarakat dipenuhi pengangguran, anak kehilangan teladan kerja keras dan semangat juang.
Dr. Ulwan mengingatkan, anak akan meniru orang-orang dewasa di sekitarnya. Jika yang mereka lihat adalah kemalasan, maka itu pula yang mereka tiru.
9. Kelalaian Orang Tua terhadap Pendidikan Agama
Inilah akar dari semua sebab di atas. Banyak orang tua sibuk bekerja, mengejar dunia, hingga lupa menanamkan iman di hati anak-anak mereka. Padahal Allah telah berpesan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Taḥrīm [66]: 6)
Solusi Penanggulangan
Lalu bagaimana cara mengatasi semua ini? Dr. Ulwan memberikan panduan yang indah dan realistis:
- Bangun rumah tangga yang harmonis — Suami istri harus saling menghormati, bukan saling menyakiti.
- Penuhi kebutuhan dasar anak — baik secara ekonomi, kasih sayang, maupun perhatian.
- Isi waktu anak dengan kebaikan — ajak mereka beribadah, berdiskusi, berolahraga, dan berkarya.
- Jaga lingkungan sosialnya — bantu mereka memilih teman yang shalih, sekolah yang baik, dan komunitas yang positif.
- Jadikan diri sendiri teladan utama. Anak tidak hanya mendengar nasihat, tapi meniru perilaku orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhārī, no. 893 dan Muslim, no. 1829)
Orang tua adalah pemimpin kecil dalam rumah tangganya. Kalau pemimpinnya baik, insyaAllah rakyat kecilnya — yaitu anak-anak — juga akan tumbuh baik. Anak adalah amanah, bukan sekadar keturunan. Mereka bukan hanya untuk dibanggakan di dunia, tapi untuk menjadi pahala jariyah di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim, no. 1631)
Maka, mari kita jadikan rumah kita taman iman. Kita sirami hati anak-anak dengan kasih sayang, kita hiasi mereka dengan akhlak Rasulullah SAW, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas pikirannya, tetapi juga bersih jiwanya. Dan jangan lupa untuk senantiasa mendawamkan doa berikut :
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا ذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهُمْ قُرَّةَ أَعْيُنٍ لَنَا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاجْعَلْنَا لَهُمْ قُدْوَةً فِي الْخَيْرِ وَالتُّقَى، آمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
“Ya Allah, perbaikilah anak keturunan kami, jadikan mereka penyejuk mata bagi kami di dunia dan akhirat, dan jadikan kami teladan kebaikan dan takwa bagi mereka. Āmīn Yā Rabbal ‘Ālamīn.”
Ditulis oleh : Panji Permono ST ( Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah dari Banjarnegara tahun 2025)




