Artikel

Merawat Ketakwaan

Oleh : Masyhuda Darussalam (Alumni Sekolah Tabligh PWM Jateng)

Merawat Ketakwaan

(Masyhuda Darussalam: 1558269, Alumni Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah)

Ramadhan belum genap satu bulan kita semuanya meninggalkan atau kita semuanya berpisah, tentu semangat Ramadhan di dalam menjalankan ibadah terasa kita semuanya ingin melakukan amal kebaikan. Kita tidak ingin kehilangan peluang untuk melakukan kebaikan itu yang kita rasakan selama di bulan Ramadhan di hari-harinya, di waktu siangnya, dan waktu malamnya benar-benar kita gunakan dengan kesungguhan semuanya untuk beribadah kepada Allah baik itu ibadah yang sifatnya ritual dan juga ibadah yang sifatnya sosial. Bisa kita jalankan selama satu bulan tidak ada tujuan selain hanya mengharapkan kepada Allah, agar kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba yang bertaqwa. Kewajiban puasa yang kita jalankan selama satu bulan ditambah dengan ibadah-ibadah yang lainnya tujuannya menjadi orang orang yang bertaqwa.

Semoga apa yang telah kita usahakan dengan ibadah yang sungguh-sungguh dengan amal kebaikan yang lebih dalam kita menjalankan dibandingkan di bulan yang lain menjadikan kita semuanya digolongkan ke dalam hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang Allah janjikan bagi hamba Allah yang bertakwa akan mendapatkan tempat yang mulia di sisiNya. Bagi hamba Allah yang bertakwa oleh Allah akan dimasukkan ke dalam surganya Allah .

Ketika Rasulullah ditanya “Siapakah manusia yang paling banyak akan masuk surga? jawab Rasulullah “Golongan manusia yang paling banyak akan masuk ke dalam surganya Allah adalah yang paling bertakwa dan paling bagus budi pekertinya, paling mulia akhlaknya. Hal tersebut juga yang tentu menjadi buah dari perjuangan kesungguhan kita satu bulan di bulan Ramadan setelah kita melewatinya kita memiliki akhlak yang mulia dan kita memiliki ketakwaan yang semakin bertambah kuat menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan juga menjauhi segala yang dilarang Allah.
Kemudian yang mesti kita jaga sebelas bulan ke depan adalah bagaimana kita merawat ketaqwaan kita kepada Allah, paling tidak kebiasaan yang kita lakukan, paling tidak amalan-amalan satu bulan di bulan Ramadan bisa kita lanjutkan. Kalaupun kita tidak bisa meningkatkan lebih baik, lebih banyak, lebih besar mungkin kalau itu kadar atau ukuran paling tidak sama. Jangan sampai kembali seperti sebelumnya jangan sampai malah menurun setelah kita selesai di bulan Ramadhan. Bulan Syawal bukanlah bulan kemenangan, bulan Syawal adalah bulan kita untuk bisa merawat kemudian lebih meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Karena kalau ukuran ketaqwaan itu satu bulan kita mampu berjuang menahan hawa nafsu dan kita mampu berjuang melawan godaan gangguan setan. Tentu tidak selesai hanya satu bulan di bulan Ramadhan. Perjuangan kita menahan hawa nafsu, perjuangan kita melawan gangguan dan godaan setan tidak hanya satu bulan di bulan Ramadan. Tapi, sampai kita berakhir hidup di dunia.

Perjuangan kita menahan hawa nafsu, perjuangan kita untuk melawan gangguan dan godaan setan yaitu sampai mati. Tidak hanya selesai di bulan Ramadhan dan kemudian mengkampanyekan bahwa bulan Syawal itu adalah bulan kemenagan. Bulan Syawal adalah bulan untuk kita melanjutkan merawat ketaqwaan kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.

Diantara amal yang bisa kita lanjutkan, diantara amalan yang mari kita terus tingkatkan untuk merawat ketaqwaan kita kepada Allah. Hasil dari 1 bulan perjuangan, teruslah mari kita perbaiki ibadah salat. Karena salat ini ibadah yang paling utama kita jaga betul akan kewajiban salat wajib. Kita tambah semakin meluangkan waktu, semakin betul-betul menambah waktunya untuk melaksanakan salat. Kita perbaiki ibadah salat, jaga betul kewajiban salat dalam rangka merawat ketaqwaan kepada Allah karena salatlah yang akan setia menemani kita.

Karena hanya salatlah yang setia menemani kita setelah kehidupan kita dunia. Karena salat itu yang menemani kita kelak ketika sudah masuk liang lahat yang setia menemani kita adalah salat. Karena salat itu yang akan mengantarkan kita ke Padang Mahsyar dan karena salat itu yang akan memperberat amal kita kelak di Yaumul Hisab dan karena salat itu pula yang akan mempercepat perjalanan kita di titian jembatan Siratal Mustaqim. Karena salat itu pula yang akan menyelamatkan kita dari Neraka Jahanam dan karena salat itu pula yang akan memasukkan kita ke dalam Surga Firdaus. Maka merawat ketaqwaan, mari kita perbaiki betul ibadah salat.

Jangan menjadikan salat itu sebagai beban tapi salatlah yang akan meringankan segala urusan. Salat itu tidak lama, hanya sampai engkau meninggal saja. Jika besok engkau meninggal dunia, maka salat pun selesai. Maka kita perbaiki terus kewajiban salat, kita terus menambah, meningkatkan kesempurnaan ibadah salat kita dengan menjaga kewajiban salat lima waktu, kita jaga salat berjamaah dan kita laksanakan di Masjid. Kemudian kita tambah untuk menambal dan menambah kekurangan kita melaksanakan salat-salat sunnah.

Kedua, merawat ketakwaan dengan kita memperbanyak membaca Alquran agar kita tidak termasuk golongan orang yang merugi al-qur’an memberikan petunjuk untuk kita semuanya. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membiasakan, selalu setiap hari, selalu waktunya tidak ada yang berlalu, tanpa digunakan untuk membaca Alquran. Maka itulah, yang akan mendapatkan keberuntungan. Istilah perniagaan, istilah orang dagang tidak akan pernah rugi, kalau waktunya hari-harinya dilalui tapi selalu ada waktu yang memang digunakan untuk membaca Alquran.

Sebagaimana kita di bulan Ramadan begitu semangatnya membaca Alquran siang, malam, pagi sampai kita punya target bisa khatam berapa kali sampai kita bisa menyelesaikan berkali-kali selama satu bulan. Itulah juga untuk bisa merawat ketaqwaan kita kepada Allah bersahabat akrab selalu kita sempatkan kita khususkan waktu untuk membaca Alquran.

Ketiga, merawat ketaqwaan dengan kita perbanyak terus dzikir dan doa. Permohonan kita, ibadah kita kepada Allah dengan dzikir dan doa. Perintah Allah di dalam Alquran untuk kita perbanyak mengamalkan melakukan adalah dzikir dan doa. Allah menjanjikan bagi hamba-hambanya yang banyak berzikir, banyak berdoa menjadi bagian dari ibadahnya kepada Allah yang selalu dilakukan. Maka, janji Allah akan berikan ampunan dan Allah janjikan pahala yang besar yang tidak lain adalah Surga yang Allah akan berikan.

Keempat, amal untuk kita merawat ketaqwaan kita kepada Allah kita bawa semangat seperti di bulan Ramadhan adalah hadirnya kita selalu di majelis ilmu, hadirnya kita selalu di majelis taklim, berkumpulnya kita selalu dengan orang-orang shalih itu akan merawat ketaqwaan kita, karena di situ mendapatkan nasehat kebenaran, kita mendengarkan nasehat kebaikan.

Maka hadir, duduknya kita di majelis ilmu, berkumpulnya kita bersama orang-orang yang shalih dengan tujuan yang sama memahami tuntunan agama Allah agama Islam dengan tujuan yang sama agar semakin menguatkan keimanan kita dan menyempurnakan ibadah kita. Maka di situ akan terawat pengetahuan kita.

Dan yang terakhir, Evaluasi Diri. Merawat ketakwaan setelah kita selesai dari bulan Ramadan untuk kita jaga dan kita terus usaha meningkatkan dengan cara evaluasi diri. Kebiasaan kita untuk selalu berintrospeksi diri atau koreksi diri. Berlalunya waktu, bertambahnya waktu, berkurangnya usia, apa yang sudah kita lakukan, apa yang sudah kita perbaiki, sudahkah hari ini lebih baik dari kemarin, sudahkah esok hari kita rencanakan harus lebih baik dari hari ini.

Bertambahnya usia apakah bertambah kebaikan kita, bertambah kemanfaatan hidup kita, atau usia bertambah berlalu begitu saja.Tidak ada pertambahan kebaikan dan kemampuan dalam kemanfaatan dalam hidup kita, itu kita dapatkan ketika kita ingin evaluasi diri. Orang yang pandai, orang yang cerdas dan beruntung adalah orang yang dia ingin intropeksi diri, koreksi diri, mencari-cari kekurangan dan kesalahan diri kemudian beramal sebaik-baiknya untuk bekal menghadapi kematian.Sebaliknya orang yang lemah akalnya dan orang yang akan menyesal, orang yang akan rugi, sudah lemah akalnya atau bodoh dan dia akan menjadi orang yang merugi, orang yang hidupnya hanya untuk menuruti hawa nafsunya dan orang itu berangan-angan akan mendapatkan tempat yang baik kelak di sisi Allah akan mendapatkan balasan kebaikan.

Padahal di dunia hidupnya hanya untuk menuruti hawa nafsunya, itu orang yang bodoh, orang yang lemah akal dan orang yang akan merugi kalau ada istilah orang mengatakan mungkin hal seperti itu bisa diperoleh di dunianya foya-foya, pinginnya tua kaya raya, ketika sudah mati mendapatkan tempat yang mulia di Surga. Itu adalah hal yang mustahil maka dengan kita selalu evaluasi diri, koreksi diri itu akan bisa untuk selalu merawat ketaqwaan dan keimanan kita.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button