Artikel

Jika Kau Lihat Apa Yang Kulihat

Oleh : Didi Eko Ristanto

JIKA KAU LIHAT APA YANG KULIHAT
Oleh : Didi Eko Ristanto

عن أبي ذرٍّ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله ﷺ:
“إِنِّي أَرَى مَا لا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لا تَسْمَعُونَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحَقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلاَّ وَعَلَيْهِ مَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيراً، وَمَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشَاتِ، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللَّهِ.”
رواه الترمذي وقال: حديث حسن.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak lihat, dan aku mendengar apa yang kalian tidak dengar. Langit bergemuruh, dan memang sepatutnya ia bergemuruh. Tidak ada satu tempat pun di langit seluas empat jari kecuali di situ ada malaikat yang meletakkan dahinya bersujud kepada Allah. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian tidak akan bersenang-senang dengan para wanita di atas ranjang, dan pasti kalian akan keluar ke tempat-tempat tinggi berseru meminta pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, Hasan)

*MAKNA SETIAP BAGIAN HADITS*

1. “Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak lihat, dan aku mendengar apa yang kalian tidak dengar.”

Ini menunjukkan kedudukan kenabian: Nabi ﷺ diberikan ilmu ghaib melalui wahyu. Beliau melihat realitas di balik dunia ini: malaikat, surga, neraka, dan berbagai urusan akhirat yang tak terlihat oleh manusia biasa.

Ini pembuka untuk menggugah hati bahwa apa yang tampak bukanlah segalanya. Ada alam yang lebih luas dan lebih menakutkan, yaitu alam akhirat.

2. “Langit bergemuruh, dan memang sepatutnya ia bergemuruh.”

(أطَّتِ السَّمَاءُ وَحَقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ)

Kata “أطَّت” berasal dari suara berat atau bunyi derit yang muncul saat sesuatu menanggung beban besar.

Bayangkan langit yang sangat luas itu bergemuruh, karena penuh dengan malaikat yang semuanya dalam keadaan ibadah — sujud, rukuk, berdiri. Tak ada satu jengkal pun yang kosong.

3. “Tidak ada satu tempat pun di langit seluas empat jari, kecuali di situ ada malaikat yang meletakkan dahinya bersujud kepada Allah.”

Ini bukan kiasan. Nabi ﷺ menjelaskan bahwa jumlah malaikat sangatlah banyak, dan semuanya penuh khusyuk dan tunduk dalam sujud.

Mereka tidak seperti kita yang sering lalai. Mereka tidak pernah maksiat dan terus taat.

4. “Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui…kalian tidak akan banyak tertawa, melainkan banyak menangis.

Ini bukan berarti haram tertawa, tetapi maksudnya adalah: seandainya kalian betul-betul menyadari kedahsyatan akhirat, kalian akan lebih sering muhasabah, menangis, dan merintih kepada Allah.

Tertawa menunjukkan kelapangan dan kelalaian. Menangis adalah tanda takut, khawatir, dan bisa juga tanda cinta.

5. “Kalian tidak akan bersenang-senang dengan istri di atas ranjang…”

Ini menggambarkan bahwa kenikmatan dunia akan terasa hambar jika kita betul-betul menyadari bahaya akhirat dan perjumpaan dengan Allah.

Bahkan, nikmat paling tinggi di dunia pun akan terlihat kecil dan hilang bila diiringi rasa takut kepada dosa dan hisab.

6. “…dan pasti kalian akan keluar ke tempat-tempat tinggi berseru meminta pertolongan kepada Allah.”

Maksudnya: kalian akan meninggalkan kenyamanan dunia, keluar ke padang-padang kosong, naik ke bukit-bukit, hanya untuk menjerit dalam doa, meminta keselamatan dari azab Allah.

Ini ekspresi takut yang sungguh-sungguh — bukan sekadar takut di mulut, tapi membuat orang meninggalkan kenyamanan dunia dan lari kepada Tuhan dengan air mata.

Kasih sayang Allah, manusia diberi sifat lupa dan lalai. Sehingga kadang taat kadang lupa. Andai kita dibuka penglihatan gaibnya, tentu kita semua memilih menyepi jadi sufi fokus beribadah.

Semoga hadits ini jadi pengingat dan penambah kita semangat beribadah dan berbuat banyak kebaikan.

Kultum Subuh Masjid At-Taqwa, jl. klepu
Cilacap, 14 Juni 2025

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button