
Zina bukanlah dosa yang hanya mengintai mereka yang jauh dari agama. Ia adalah ujian yang bisa menimpa siapa saja. Kyai, ustadz, dokter, aparat, dewan, dukun, bahkan santri dan orang biasa. Kaya atau miskin. Tua maupun muda. Yang tinggal di kota ataupun desa. Tidak ada jaminan seseorang aman dari fitnah zina hanya karena status sosial atau kedudukan agamanya.
Berbeda dengan dosa-dosa lain seperti korupsi, judi, mabuk, atau pembunuhan, yang mungkin lebih banyak dilakukan oleh kalangan tertentu seperti pejabat, preman, atau orang yang memang akrab dengan dunia hitam, maka zina adalah dosa yang bisa menimpa siapa saja. Bahkan orang pesantren, Penghafal Al-Qur’an dan guru ngaji. Sehingga seringkali kita terkaget-kaget. Kok bisa?
Mengapa? Karena godaan wanita (dan sebaliknya, godaan lelaki bagi wanita) adalah fitnah dunia yang paling besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya. Maka berhati-hatilah terhadap dunia, dan berhati-hatilah terhadap fitnah wanita. Karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah karena wanita.”
(HR. Muslim)
Jangan pernah merasa aman. Setan tidak akan pernah lelah menjerumuskan manusia, terutama dari pintu ini. Cukuplah kita belajar dari banyaknya kisah nyata, betapa orang yang dulunya taat, berubah rusak hanya karena tergelincir dalam urusan lawan jenis. Mulanya hanya pandangan. Lalu candaan. Lalu berbalas pesan. Lalu bertemu diam-diam. Dan akhirnya, jatuh ke jurang kehinaan.
Maka jagalah diri. Jaga pandangan. Tundukkan pandangan. Jaga pandangan tidak hanya di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.
Jangan berduaan (kholwat), meski mengaku kuat. Jangan campur baur (ikhtilat) tanpa batas, meski merasa bisa mengendalikan diri. Jangan merasa cukup hanya dengan ilmu. Sebab nafsu tidak bisa ditundukkan hanya dengan teori. Ia butuh benteng: iman yang terus diperbarui, lingkungan yang baik, dan ketegasan dalam menjaga batas.
Zina itu tidak langsung. Ia proses. Maka siapa yang lengah, bisa terperosok. Dan yang telah terjatuh, seringkali sulit kembali, karena kehinaan dan penyesalan yang dalam. Nama baik bisa hancur. Keluarga merasa malu.
Allah tidak merubah suatu kaum, sampai dia sendiri yang merubahnya. Tadinya orang terhormat dan dihormati. Tapi malah dia rubah jadi. hancur terhina karena terperosok dosa.
Mari saling mengingatkan. Bukan untuk menghakimi, tapi untuk saling menjaga. Penulis pun tidak boleh merasa aman. Karena tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar kuat jika Allah tidak menjaga kita.
Wallahu a’lam.
Cilacap, 11 April 2025