Khutbah Jum’at : Memurnikan Tauhid dan Peran Strategis Kalender Hijriah Global
Peran Bulan Safar

Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَه
أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا عِبَادَ اللهِ ، أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُسْلِمُون
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan Islam, sebuah karunia yang sangat istimewa. Tanpa kedua nikmat tersebut, mustahil bagi kita untuk bersemangat dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Oleh karena itu, nikmat ini wajib kita jaga dan kita pupuk agar kualitasnya senantiasa meningkat.
Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad, sebagai uswatun hasanah (teladan terbaik) dalam setiap aspek kehidupan kita.
Hari ini, kita telah memasuki tanggal 7 Safar, bulan kedua dalam penanggalan Hijriah. Sepanjang sejarah, di beberapa tradisi masyarakat, bulan ini kerap dikaitkan dengan berbagai mitos dan kepercayaan negatif, seperti anggapan bahwa bulan Safar membawa kesialan, wabah penyakit, atau pertanda buruk lainnya. Namun, dalam ajaran Islam, khususnya yang bersumber dari hadits Nabi Muhammad SAW yang shahih, tidak ditemukan adanya keistimewaan positif khusus yang disebutkan untuk bulan Safar. Sebaliknya, Islam justru datang untuk membantah dan menolak segala bentuk kepercayaan pada kesialan waktu atau tempat tertentu, termasuk yang diyakini pada bulan Safar.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Islam dengan tegas menolak konsep tathayyur, yaitu kepercayaan pada pertanda buruk atau kesialan yang dikaitkan dengan waktu, tempat, atau fenomena tertentu. Penolakan ini adalah bagian fundamental dari ajaran tauhid, yang mengajarkan bahwa segala sesuatu, baik yang tampak baik maupun buruk di mata manusia, terjadi semata-mata atas izin dan ketentuan Allah SWT. Mengaitkan nasib buruk dengan waktu atau tempat tertentu dianggap sebagai bentuk kesyirikan tersembunyi yang dapat merusak kemurnian tauhid.
Salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang secara eksplisit menafikan tathayyur dan menyebutkan bulan Safar adalah sebagai berikut:
لَا عَدْوَى وَلَا طَيْرَ وَلَا هَامَةً وَلَا صَفَر
Artinya: “Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada anggapan sial, tidak ada kesialan karena burung hantu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar.”
Hadits ini diriwayatkan dari Abu Hurairah dan secara umum menunjukkan penolakan Islam terhadap segala bentuk takhayul yang tidak memiliki dasar syar’i. Dengan tegas, Nabi SAW menolak anggapan bahwa ada bulan, hari, atau tanggal tertentu yang membawa sial. Pesan utama hadits ini adalah bahwa segala peristiwa terjadi atas izin dan ketentuan Allah SWT semata. Oleh karena itu, seorang mukmin diajarkan untuk senantiasa berprasangka baik kepada Allah, berikhtiar secara maksimal, dan bertawakal sepenuhnya kepada-Nya, membersihkan hati dari segala bentuk kesyirikan dan takhayul.
Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW menjelaskan fungsi bulan sebagai penanda waktu (miqat) bagi manusia untuk berbagai urusan, termasuk ibadah haji15. Misalnya, QS. Al-Baqarah (2): 189 menyatakan:
قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجَّ
Artinya: “Katakanlah, ‘Itu adalah tanda-tanda waktu (miqat) bagi manusia dan (untuk ibadah) haji’…”
Ayat ini secara eksplisit menyatakan fungsi hilal (bulan sabit muda) sebagai penanda waktu. Bulan-bulan Hijriah ditetapkan sebagai dua belas bulan dalam ketetapan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi. Jumlah bulan ini merupakan bagian dari agama yang lurus (ad-dīnul qayyim). Bahkan, menggeser atau menunda bulan-bulan haram (seperti yang dikenal dalam tradisi nasi’) adalah “penambahan kekafiran” karena dianggap mengubah ketetapan Allah dan merusak integritas waktu ibadah.
Dari perspektif ini, setiap bulan dalam kalender Hijriah memiliki makna dan sejarahnya sendiri, yang bertujuan untuk membantu umat Islam mengatur jadwal ibadah, mengenal peristiwa penting, dan meningkatkan kesadaran identitas keislaman. Tidak ada satu pun bulan yang secara inheren membawa keberuntungan atau kesialan.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Akar dari takhayul dan mitos adalah kebodohan, dan Islam memerintahkan umatnya untuk mencari ilmu sebagai penawarnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Yunus (10): 5:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Ayat ini adalah landasan kuat bagi penggunaan hisab (perhitungan astronomis) dalam Islam, yang menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari ajaran agama. Mempercayai takhayul berarti mengabaikan akal dan ilmu yang diperintahkan oleh Allah.
Dalam konteks global saat ini, peran strategis kalender Hijriah tunggal menjadi semakin penting. Dengan satu penanggalan yang seragam di seluruh dunia, umat Islam dapat menyatukan jadwal ibadah, seperti penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, serta momen-momen penting lainnya. Ini akan menghindari kebingungan dan perbedaan dalam praktik ibadah yang seringkali terjadi akibat perbedaan metode penetapan kalender. Keseragaman ini juga akan memperkuat ukhuwah Islamiyah dan identitas kolektif umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk senantiasa berpegang teguh pada tauhid murni, bahwa segala kebaikan dan keburukan datang dari Allah SWT, dan seorang Muslim harus senantiasa berprasangka baik (husnuzhan), berikhtiar, dan bertawakal kepada-Nya. Mempelajari bulan Hijriah adalah untuk memahami penanda waktu dan peristiwa sejarah Islam, bukan untuk mengaitkannya dengan takhayul.
Dalam konteks bulan Safar yang sedang kita jalani ini, kita diingatkan kembali untuk menolak segala bentuk takhayul dan mitos kesialan yang sering dikaitkan dengannya. Penolakan terhadap mitos batil juga sejalan dengan prinsip tajdid (pembaharuan) dalam Islam, yang menyerukan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menjauhi bid’ah (inovasi dalam agama) dan khurafat (takhayul). Sebuah praktik ibadah atau keyakinan yang tidak memiliki dalil kuat dari Al-Qur’an dan Sunnah, berpotensi menambah-nambah ajaran agama dan bisa membingungkan umat.
Marilah kita jaga kemurnian akidah kita, membersihkan hati dari segala bentuk kesyirikan dan takhayul, serta senantiasa bergantung hanya kepada Allah SWT dalam setiap keadaan. Semoga Allah SWT membimbing kita untuk selalu berada di jalan yang lurus.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيم
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، اتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Mari kita berdoa,
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي عَامِنَا الْجَدِيدِ، عَامِ الْهِجْرَةِ النَّبَوِيَّةِ الشَّرِيفَةِ، وَاجْعَلْهُ عَامَ خَيْرٍ
وَبَرَكَةٍ وَأَمْنٍ وَسَلَامَةٍ.
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الشُّرُورِ وَالْخُرَافَاتِ وَالتَّشَاؤُمِ، وَثَبِّتْنَا عَلَى التَّوْحِيدِ الْخَالِصِ وَالتَّوَكُّلِ الْكَامِلِ عَلَيْكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا الْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْعِلْمَ النَّافِعَ فِي هَذَا الْعَامِ، وَاجْعَلْهُ دَافِعًا لِتَقْوِيَةِ إِيْمَانِنَا وَبِنَاءِ مُجْتَمَعِنَا عَلَى أَسَاسِ الْحَقِّ وَالْعَدْلِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ




