Artikel

Peran Ayah dalam Pendidikan Anak

Oleh: Mu`abas

Anggota MT PCM Sigaluh dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara

Pendidikan anak sering kali diidentikkan hanya dengan peran ibu, sementara ayah dianggap sebagai pencari nafkah semata. Padahal, dalam ajaran Islam, peran ayah dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak adalah fondasi utama yang tak tergantikan. Keterlibatan aktif seorang ayah bukan sekadar pelengkap, melainkan penentu arah spiritual dan mental anak. Melaksanakan peran pendidikan ini dengan sungguh-sungguh merupakan ibadah yang paling bernilai dan sarana terkuat untuk menguatkan keimanan seorang ayah itu sendiri.

Seorang ayah tidak hanya bertanggung jawab atas nafkah materi, tetapi yang jauh lebih penting adalah nafkah spiritual dan intelektual. Anak-anak membutuhkan figur ayah yang memberikan teladan ketaatan, mengajarkan prinsip-prinsip hidup, dan menanamkan nilai-nilai keimanan sejak dini.

Anak-anak belajar melalui observasi. Perkataan seorang ayah mungkin didengarkan, tetapi perbuatannya akan diwarisi. Keimanan yang kokoh pertama-tama ditanamkan melalui teladan nyata dari sang ayah. Jika anak melihat ayahnya konsisten dalam salat, jujur dalam bekerja, dan berakhlak mulia di rumah, maka nilai-nilai tersebut akan tertanam kuat.

Al-Qur’an secara spesifik mengabadikan dialog antara seorang ayah yang bijaksana, Luqman, dengan putranya, menegaskan bahwa pendidikan keimanan dimulai dari rumah dan dipimpin oleh ayah. Hal ini sebagaimana dinayatakan dalam firman Allah SWT dalam al qur`an surat Luqman ayat 13:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.'”

Pelajaran pertama yang diajarkan Luqman adalah tentang Tauhid (Keesaan Allah). Ini menunjukkan bahwa prioritas utama ayah dalam mendidik adalah menjaga akidah anak dari segala bentuk penyimpangan dan menyempurnakan keimanan mereka.

Peran ayah dalam pendidikan berfokus pada tiga pilar utama yang saling menguatkan yaitu:

Penanaman Aqidah dan Keimanan

Ayah bertanggung jawab memastikan bahwa anak tidak hanya mengenal Islam, tetapi juga mengamalkannya. Salah satu perintah tegas yang harus ditanamkan adalah kewajiban salat. Allah SWT berfirman:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Artinya: “Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan salat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”(Qs. Thaha: 132).

Ayat ini menempatkan perintah salat kepada keluarga sebagai tanggung jawab yang diiringi kesabaran (ishtabir) dari suami/ayah. Ketaatan suami dalam mendidik salat ini justru akan menjadi pembuka pintu rezeki. Ketika seorang ayah bersabar mendidik ketaatan, ia sedang menguatkan keimanannya sendiri.

Tanggungjawab Emosional

Ayah adalah sumber rasa aman dan kepercayaan diri bagi anak. Kehadiran ayah, baik fisik maupun emosional, sangat penting untuk kesehatan mental dan emosional anak. Ayah harus menjadi tempat anak bercerita dan mencari solusi. Rasulalalh SAW bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،… وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ

Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. … Dan seorang laki-laki adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas mereka.” (HR. Bukhori Muslim).

“Pemimpin (Ra’in)” di sini berarti penggembala, yang tugasnya adalah melindungi, membimbing, dan memenuhi kebutuhan. Tanggung jawab ini mencakup perlindungan dari bahaya fisik dan moral. Kesadaran akan tanggung jawab besar ini adalah penguat iman yang mendorong ayah untuk selalu berbuat yang terbaik.

Penanaman Akhlak Mulia

Ayah berperan dalam mengenalkan konsep Ihsan dan adab dalam interaksi sosial. Anak belajar dari ayahnya tentang bagaimana berinteraksi dengan hormat, mengelola amarah, dan bersikap adil. Nabi SAW bersabda:

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

Artinya: “Tidak ada pemberian dari seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada adab (pendidikan) yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Pemberian terbaik bukanlah harta warisan, melainkan adab. Ayah yang berupaya menanamkan adab yang baik pada anaknya berarti ia sedang menguatkan iman mereka, sebab akhlak yang baik adalah cerminan dari iman yang sempurna.

Peran ayah dalam pendidikan anak adalah investasi jangka panjang yang pahalanya terus mengalir (amal jariyah) dan menjadi penolong di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”

Anak saleh tidak lahir tanpa didikan dan keteladanan yang saleh pula. Maka, setiap ayah harus menyadari bahwa mendidik anak adalah medan jihad terpenting. Jadikanlah diri sebagai teladan ketaatan, guru pertama akidah, dan sumber kasih sayang yang adil. Dengan menunaikan amanah ini, keimanan seorang ayah akan terjaga, tumbuh, dan menjadi pilar kuat bagi ketahanan spiritual seluruh anggota keluarga.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button