Artikel

Menjadi Yang Pertama Dalam Kebaikan

Oleh : M. Abdurrrsayid ( PCM Kota Banjarnegara)

Menjadi yang pertama dalam kebaikan

Pada saat ka’bah hendak direnovasi, para pemuka Quraisy berebut untuk meletakkan kembali Hajar Aswad di tempatnya. Namun karena sebuah konsensus untuk menghindari pertikaian, maka mereka kemudian sepakat bahwa siapa yang pertama kali datang ke Ka’bah esok harinya maka dialah yang berhak untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Hari yang dinanti pun tiba, di luar dugaan ternyata para pemuka Quraisy mendapati pemuda yang tidak terlibat konsensus justru datang paling awal. Ya, beliau adalah Muhammad Al Amiin. Seorang pemuda yang disegani karena nilai integritas dan kualitas akhlak yang luar biasa di kalangan mereka. Beliau ternyata juga sangat bijaksana.

Meskipun dianggap jadi pemenang beliau tetap mengikutsertakan semua pemuka kaum untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula.

Begitulah kualitas utama dari sosok pilihan yang selalu terdepan dalam kebaikan. Sikap semacam ini tetap beliau jaga meskipun beliau telah menjadi Rasul penutup kenabian. Bahkan semangat kompetisi untuk jadi terdepan dalam kebaikan menjadi spirit ajaran Islam yang beliau sebarkan.

Para pengikut beliau juga diperintahkan supaya bersegera dalam menjalankan perintah ilahi tanpa harus menunda-nunda sebagaimana tertuang dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 133

[ ] وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُها السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa

Sedangkan bagi mereka yang bermalas-malasan melaksanakan perintah akan terseret pada perilaku hina. Contohnya mereka yang lalai melakukan sholat maka dikatakan sebagai orang yang celaka.
[ ] الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُون

Perintah menyegerakan dalam hal kebaikan tidak hanya dalam tataran konsep semata. Namun Rasulullah juga kerap menyebut diri beliau menjadi orang yang paling terdepan dalam berbuat serta berperilaku baik.Sebagai contoh beliau adalah orang yang paling dermawan, sehingga tidak ada seorang pun datang meminta pada beliau pasti akan diberi.

Bersegera dalam melakukan kebaikan merupakan manifestasi dari perintah Allah supaya umat manusia terutama kaum muslimin terus berlomba-lomba dalam kebaikan baik dimanapun dan dalam kondisi apapun sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 148

[ ] وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Pertama memang lebih utama

Ada banyak kasus dimana mereka yang berada di posisi pertama akan mendapatkan kemuliaan. Bahkan dalam perkara dunia sekalipun kita juga kerap melihat mereka yang berada di garda terdepan akan memperoleh imbalan. Meskipun konteks kemuliaan dan imbalan semacam itu kerap menjadi pemicu lahirnya penyakit hati, namun nyatanya sudah menjadi naluri manusia bahwa aslinya mereka berkeinginan untuk selalu menjadi yang pertama. Hanya saja faktor kemauan dan kemampuan yang kerap jadi pembeda.
Dalam ranah berbuat baik, menjadi yang pertama bisa mendatangkan berbagai kebaikan lainnya. Bahkan dalam Islam disebutkan mereka yang berbuat baik kemudian dicontoh oleh yang lainnya maka pahala akan berlipatganda.

[ ] عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)

Hadis tersebut adalah sumber inspirasi agar setiap muslim tidak hanya berbuat baik dalam ranah personal. Ada perintah ilahi secara halus supaya kebaikan itu menyebar dengan cara dia mengajak sesama berbuat hal yang sama. Inilah juga menjadi motivasi dakwah yang sudah mengapa kita harus berusaha berbuat baik kapan dan dimanapun kita berada. Dan kalau nilai kebaikan sudah menjadi pengetahuan bersama maka manusia kembali berkompetisi merebut posisi terdepan sesuai kemauan dan kemampuan. Misalkan saat sholat berjamaah atau sholat Jumat, maka shaf pertama idealnya diperebutkan karena ada imbalan yang luar biasa. Namun nyatanya banyak orang tidak mau mengisi shaf terdepan walaupun aslinya memiliki kemampuan sekalipun.

Menjadi pertama namun bukan tujuan utama

Meskipun menjadi yang pertama dan terbaik adalah perkara utama, namun segala amal itu kembali pada niatnya. Jika memang amalan yang kita lakukan karena taqarrub illallah atau benar-benar tulus menjadi jalan mendekatkan diri padaNya maka kebaikanlah yang akan kita dapatkan. Sebaliknya, meskipun kita di mata khalayak sebagai yang terbaik dan yang pertama namun niat kita karena dunia maka kita tetap mendapatkan kebaikan meskipun sebatas di kehidupan dunia saja.

Oleh karena itu sebelum melakukan kebaikan apapun mari kita evaluasi terlebih dahulu niat yang ada di kalbu. Menjadi kompetitif dalam berbuat baik itu bukan semata gerakan nafsu, tapi lebih mengarah pada perwujudan ketaatan kita pada Sang Pencipta. Oleh karena itu, ketika kita dimudahkan olehNya menjadi orang yang konsisten di garda terdepan maka kisah mengenai peletakan Hajar Aswad harus menjadi teladan.

Kita boleh terus berusaha menjadi yang pertama tapi itu bukan tujuan utama. Jangan sampai prestasi yang kita raih justru membuat kita tergelincir pada penyakit hati bernama tinggi hati. Sebaliknya setelah dimudahkan untuk selalu berada di garis terdepan maka sejatinya rendah hati bisa menjadi parameter kunci. Apakah kita bisa tetap membumi atau malah kita lupa daratan dibuatnya. Karena di mata yang Maha Mulia prestasi itu hanyalah ujian, yang terpenting justru keikhlasan.
Wallahu a’lam bisshowab

MARs, Banjarnegara18 April 2025

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button