Artikel

Dakwah Berbasis Budaya

Oleh : Masyhuda Darussalam,M.Pd (Alumni Sekolah Tabligh PWM Jateng)

Muhammadiyah dan kebudayaan itu sering ada diskusi yang diperdebatkan, tetapi sesungguhnya Muhammadiyah bukanlah gerakan yang anti kebudayaan bahkan bagi Muhammadiyah kebudayaan merupakan sarana yang sangat penting untuk kepentingan dakwah. Oleh karena itu, pada risalah Islam berkemajuan juga dikaji soal dakwah berbasis budaya dan ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 4 :

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهٖ لِيُبَيِّنَ لَهُمْۗ فَيُضِلُّ اللّٰهُ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ۝٤

Artinya : Kami tidak mengutus seorang rasul pun, kecuali dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka, Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki (karena kecenderungannya untuk sesat), dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Dia Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Jadi kami sudah mengutus para rasul itu sesuai dengan lisan kaumnya, sesuai dengan budaya, jadi lisan di sini tidak sekedar bahasa tetapi juga budaya. Mengapa? karena rasul itu diutus untuk menyampaikan risalah, kalau tidak sesuai atau jauh dengan kultur adab dan kebiasaan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, nanti akan banyak kendala dalam menyampaikan risalah Allah. Oleh karena itu, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam Amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid selalu mengapresiasi, menghormati dan menghargai budaya di masyarakat tempat di mana Muhammadiyah melaksanakan dakwah. Kebudayaan, kesenian dan semacamnya itu tetap dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk dakwah Islam Amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan demikian kita sekalian tidak boleh tabu dengan budaya, bahkan bagi Muhammadiyah kebudayaan itu merupakan persoalan ke duniaan dalam persoalan keduniaan atau muamalah duniawiyah itu berlaku. Sabda Rasulullah SAW :

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ

“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.”  (HR. Muslim, no. 2363).

Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu dan bagi Muhammadiyah yang dimaksud dengan urusan dunia adalah segala perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para nabi. Dengan demikian dalam hal metode dakwah menggunakan kebudayaan kesenian dan semacamnya ini termasuk urusan dunia yang akan dipakai atau tidak, terserah kepada kebijakan manusia. Jadi terserah kepada kalkulasi dari kita manusia kalau kalkulasinya dipandang itu bermanfaat dipandang mendukung yang akan digunakan sepanjang kebudayaan itu tidak menimbulkan penyimpangan dalam aspek akidah dan ibadah.

Rasulullah SAW bersabda: “kamu sekalian tidak akan bisa menjangkau seluruh manusia dengan seluruh harta bendamu, tetapi kamu bisa menjangkau manusia atau mempengaruhi manusia dengan wajah ceria dan akhlak mulia”. Kita dalam berdakwah adalah untuk mempengaruhi orang lain agar orang lain mau dengan sukarela mengikuti ajaran Islam yang kita serukan kepada masyarakat. Dan itu tidak bisa kita pengaruhi masyarakat dengan harta, dengan uang, kalau ada orang terpengaruh dengan pemberian, baik itu materi uang dan yang semacamnya pasti itu sifatnya hanya sementara dan mudah goyah, mudah berubah.

Pada tahun 1980-an pernah terjadi kejadian terkait dengan dakwah Islam di daerah pegunungan di Kaliangkrik kabupaten Magelang. Pada waktu itu ada misionaris Nasrani yang menyebarkan ajaran agamanya di masyarakat. Hal tersebut tentu dengan membawa Supermi dan macam-macam itu atau hal-hal yang bersifat konsumtif. Itu diberikan kepada masyarakat dan pada waktu itu ada sekitar 25 orang yang akhirnya berpindah agama. Kebetulan pada waktu itu tokoh masyarakat atau ahli agama di tempat tersebut tentu bukan orang Muhammadiyah, berpendapat kalau masalah seperti ini yang bisa mengatasi adalah orang Muhammadiyah.

Maka dipanggil lah orang Muhammadiyah untuk ke kampung tersebut kemudian melaksanakan pendekatan persuasif kepada kawan-kawan yang sudah berpindah agama. Sehingga 25 orang itu kemudian kembali memeluk agama Islam dengan pendekatan kultural yang dilakukan oleh tokoh Muhammadiyah. Alhamdulillah kemudian mereka tidak lagi memeluk agama Nasrani dan mereka kembali ke pangkuan Islam dengan teguh sampai sekarang sampai beranak cucu. itu apa yang kami sampaikan mempengaruhi keyakinan seseorang dengan harta benda itu sifatnya sangat sementara dan mudah berubah. maka nabi mengatakan kepada kita sekalian bahwa kamu bisa mempengaruhi orang lain itu dengan wajah ceria dan akhlak mulia, dakwah islam Amar ma’ruf nahi mungkar itu harus dengan dua prinsip dengan wajah ceria dan akhlak mulia. Insyaallah itu akan sangat membekas, kami membayangkan dulu ketika para pedagang Gujarat datang ke Melayu untuk menyebarkan ajaran Islam waktu itu Sudah barang tentu komunikasi dengan bahasa itu sangat menjadi kendala karena mereka tidak bisa berbahasa Indonesia sedangkan orang Melayu tidak bisa berbahasa Arab atau berbahasa Inggris. Maka kami membayangkan kunci sukses mereka berdakwah adalah dengan wajah ceria dan akhlak mulia. Oleh karena itu mari para mubaligh, para Dai, kita pegang prinsip ini dakwah yang ramah budaya bukan marah kepada budaya apalagi budaya marah, itu sangat tidak cocok dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW Mari sekali lagi dakwah dengan ramah budaya dan membudayakan sikap ramah Insyaallah ini akan lebih membekas dalam menyebarkan risalah Islam di masyarakat dunia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Check Also
Close
Back to top button