Artikel

Cara Mensyukuri Nikmat

Oleh : Masyhuda Darussalam,S.Pd,M.Pd

Cara Mensyukuri Nikmat

(Masyhuda Darussalam,S.Pd,M.Pd 1558269 Anggota Bidang Dakwah PCPM Muntilan )

Rezeki artinya pemberian, karunia, bahkan Imam Ali Al Jurjani menyatakan yang disebut rezeki adalah pemberian karunia baik dia konkret maupun abstrak. Apabila demikian, belum pernah sesaat pun dalam hidup kita ini rezeki pernah berhenti. Sejak kita bangun tidur, sampai kita tidur lagi ketemu sore, sejak kita bangun tidur sampai kita tidur lagi, bahkan tidur itu sendiri rezeki dari Allah. Terhadap rezeki yang banyak, kalau ingin menghitung kita tidak akan pernah sanggup menghitungnya.Allah hanya minta satu, syukuri itu. Kalau kamu syukuri aku tambah kalau kamu ingkar tidak pandai bersyukur awas azabKu itu pedih.

وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ‌ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. (QS Ibrahim: 7)

Jadi ayat ini mau bilang nikmat bisa berubah menjadi bencana kalau kita tidak pandai mensyukurinya, termasuk urusan rezeki ini. Itu sebabnya kami sampaikan orang kaya bisa masuk surga karena hartanya, orang kaya bisa terjungkal ke neraka juga karena hartanya. Syukur apa tidak syukur?. Pejabat bisa masuk surga karena jabatannya, pejabat pun bisa terjungkal ke neraka juga karena jabatannya. Syukur apa tidak syukur?. Orang alim itu bisa sampai ke surga karena ilmunya, Orang alim itu bisa masuk neraka lebih dulu dari penyembah berhala juga karena ilmunya. Syukur apa tidak syukur?.

Kemudian bagaimana mensyukuri sebuah suatu Rezeki itu?.Mensyukuri nikmat itu caranya ada 2. Pertama syukur qauli syukur dalam bentuk ucapan. Terima kasih ya Allah, terima kasih Tuhan. Kalau yang model ucapan tersebut banyak diantara kita semua bisa. Tetapi yang berat itu yang kedua syukur fi’li syukur dalam bentuk perbuatan. Mempergunakan suatu nikmat sesuai dengan kehendak yang memberinya, itulah syukur yang sesungguhnya. Jadi kalau mulutnya tidak pernah berhenti, Ya Allah terima kasih dikasih harta yang banyak tapi pelitnya minta ampun itu belum syukur yang sebenarnya. Mempergunakan suatu nikmat sesuai dengan kehendak yang memberi nikmat itu. Janganlah diberikan nikmat tapi digunakan untuk menentang yang memberinya. Janganlah diberikan nikmat tapi untuk bermaksiat kepada yang memberinya. Itu sungguh sesuatu yang perbuatan yang kita tidak tahu diri. Nikmat akan bertambah kalau kita syukuri, tapi akan berubah menjadi bencana kalau kita tidak pandai mensyukurinya.

Karena itu, bukan cuma uang Rezeki itu. Bahkan sebagian ulama mengatakan rezeki itu garis besarnya dua macam anfus (diri) dan amwal (materi). Anfus terjemahan dari diri, kekayaan yang ada dalam kepribadian kita seperti kemampuan keahlian, skill,wibawa, otoritas itu masuk dalam anfus. yang amwal ialah bentuk-bentuk materi yang kita kuasai tanah, rumah, uang. Amwal dan anfus itu harta tetapi dua-duanya bukan tujuan dua-duanya hanya sekedar alat untuk mencapai tujuan. Yang alat harus dijadikan alat, kalau alat dijadikan tujuan maka kita akan kehilangan tujuan yang sebenarnya.

Coba kita tanya kepada pembaca semuanya selama ini memperalat duit, apa duit yang memperalat pembaca?. Selama ini kita memperalat harta atau harta yang memperalat kita?. Tadi telah kita sampaikan bahwa rezeki apapun bentuknya itu sekedar alat bukan tujuan. Lalu apa tujuan kita?. Tujuan kita itu dua, pertama namanya tujuan jangka pendek yaitu فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً Fitdunya Hasanah itu tujuan jangka pendek.. Yang kedua tujuan jangka panjang yaitu وَّفِى اْلاٰخِرَةِ حَسَنَةً Wa fi akhirati hasanah. Kebahagiaan di dunia sebagai tujuan jangka pendek dan kebahagiaan akhirat sebagai tujuan jangka panjang untuk mencapai tujuan inilah kita menggunakan alat. Alat itu namanya Rezeki. Jadi rezeki ini untuk tujuan jangka pendek harus mengantarkan kita mencapai Fitdunya Hasanah untuk tujuan jangka panjang dia harus menghantar kita Wa fi akhirati hasanah.. Kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Alatnya rezeki ini pangkat dan jabatan, kemampuan dan kewenangan, harta dan semua kekuatan materi yang kita miliki, untuk tujuan jangka pendek harus membangun Fitdunya Hasanah tujuan jangka panjang menciptakan Wa fi akhirati hasanah. Kita tidak sekedar punya tujuan jangka pendek dari hidup ini kita punya tujuan jangka panjang karena ada tujuan jangka panjang cara mencapai tujuan jangka pendeknya diwarnai oleh keyakinan tujuan jangka panjang.

Maksudnya seperti ini, kita berkeinginan punya rumah bagus tapi kalau korupsi, akhiratnya gimana ini?. Tidak terjebak menghalalkan cara, karena orang yang tujuannya cuma pokoknya dunianya senang itu mudah menghalalkan segala cara, tapi kita punya kebahagiaan di akhirat nanti. Ini yang mewarnai cara kita mencapai tujuan jangka pendek. Contohnya, Iya kita kepengin naik jabatan tapi kalau jilat atas injak bawah, sikut kiri kanan, teman jadi lawan, lawan jadi teman nanti akhirat kita gimana?. Jadi dengan tujuan menghalalkan segala cara bisa membuat kita mudah jatuh ke hal-hal seperti itu. Oleh karena itu, rezeki yang diberikan Allah kepada kita untuk tujuan jangka pendek harus digunakan sebagai alat mencapai Fitdunya Hasanah untuk tujuan jangka panjang harus digunakan untuk mencapai Wa fi akhirati hasanah.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button