
Al-Mar’u ma’a man ahabba
Bila merenungi hadis “Al-Mar’u ma’a man ahabba” (المرء مع من أحب), maknanya lebih dari sekadar janji kebersamaan di akhirat. Hadis ini adalah cermin yang memantulkan hakikat cinta sejati.
Cinta itu adalah sebuah ikatan, bukan hanya dalam hati, tapi juga dalam tindakan. Kalimat ini menyentuh kita dengan pesan yang dalam:
“Seseorang akan selalu terdorong untuk mendekati, meniru, dan meneladani setiap jejak langkah orang yang dicintainya. Hatinya terpaut, pikirannya terpusat, dan tindakannya terinspirasi oleh sosok itu. Maka, bila yang kau cintai adalah Rasulullah, jiwamu tak akan pernah puas sebelum bisa meneladani sunnahnya, mencontoh akhlaknya, dan menghidupkan ajarannya dalam setiap tarikan napas.”
Kalimat المرء مع من أحب ini mengingatkan kita, bahwa cinta sejati bukanlah sekadar ucapan di bibir, melainkan sebuah perjuangan tanpa henti untuk menjadi bagian dari apa yang kita cintai.
Siapa yang tak ingin meneladani kehidupan Rasulullah SAW? Lebih dari sekadar utusan, beliau adalah teladan nyata dalam setiap detik kehidupannya. Buku “Find Out Rasulullah Habits” berhasil merangkum 24 jam sehari Nabi Muhammad SAW, memperlihatkan sebuah pola kehidupan yang teratur, seimbang, dan penuh berkah. Dari bangun tidur hingga kembali tidur, setiap momen diisi dengan ibadah, interaksi sosial, dan tugas kenabian yang tak kenal lelah.
Cek link Infografis Alokasi Waktu Harian Nabi

Kehidupan Malam: Antara Ibadah dan Istirahat yang Efektif
Rutinitas Nabi dimulai pada pukul 00.00, jauh sebelum terbit fajar. Setelah istirahat singkat, beliau bangkit untuk melaksanakan Shalat Tahajud yang khusyuk hingga menjelang Subuh. Inilah momen personal beliau dengan Sang Pencipta, di mana beliau membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang panjang, bahkan hingga kaki beliau bengkak.
Sekitar pukul 04.30, beliau menunaikan Shalat Sunnah Fajar yang singkat namun penuh makna. Waktu istirahat total beliau hanya sekitar 3 jam, terbagi dalam dua sesi tidur singkat di malam hari dan tidur siang (qailulah) yang efektif. Pola tidur ini menunjukkan bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas, dengan hati yang tak pernah lalai mengingat Allah.
Pagi Hari yang Produktif: Dari Masjid Hingga Mengurus Keluarga
Pagi hari adalah waktu yang sangat padat. Setelah memimpin Shalat Subuh berjamaah di masjid, beliau tidak langsung pulang. Sebaliknya, beliau berzikir, berdialog dengan para sahabat, dan menanyakan kabar mereka. Pemandangan ini menciptakan hubungan erat antara pemimpin dan umatnya.
Antara pukul 06.00 hingga 08.00, beliau kembali ke rumah untuk mengunjungi istri-istrinya secara bergiliran. Setiap kunjungan berlangsung singkat namun penuh kehangatan, diisi dengan percakapan, doa, bahkan Shalat Dhuha. Ini adalah bukti nyata keadilan dan perhatian beliau terhadap keluarga.
Tugas Kenabian dan Urusan Komunitas
Menjelang tengah hari, aktivitas Nabi semakin meluas. Mulai pukul 10.00, beliau mengadakan Majlis Dhuha, sebuah forum terbuka di masjid untuk mengajar, menyelesaikan masalah umat, dan memberikan fatwa. Beliau juga tak segan turun ke lapangan untuk menyelesaikan masalah sosial, mengunjungi para sahabat yang sakit, hingga memenuhi undangan makan dari orang miskin.
Di sela-sela kesibukan, beliau tidak melupakan keluarga. Beliau terlihat bermain dengan cucu-cucunya, Hasan dan Husain, yang menunjukkan sisi kelembutan dan keceriaan seorang kakek.
Sore Hari: Antara Doa, Keluarga, dan Masyarakat
Setelah menunaikan Shalat Zuhur dan Ashar, beliau kembali ke rumah untuk kembali mengunjungi istri-istrinya secara bergilir. Sore hari menjadi waktu yang lebih santai, diisi dengan percakapan ringan, berbagi hikmah, dan bahkan candaan. Harmonisasi rumah tangga menjadi prioritas.
Pada pukul 18.00, setelah Shalat Maghrib, beliau makan malam bersama keluarga. Kebiasaannya adalah tidak makan sendirian, dan jika ada makanan lebih, beliau mengundang sahabat yang membutuhkan.
Timeline sejarah kehidupan Nabi Muhammad
Penutup Hari: Waktu Bersama dan Persiapan Tidur
Rasulullah SAW sengaja mengakhirkan waktu Shalat Isya hingga pukul 20.00-21.30 agar tidak memberatkan para sahabat. Setelah itu, beliau membatasi percakapan dan bersiap untuk beristirahat.
Sebelum tidur, beliau senantiasa membersihkan mulut dengan siwak dan membaca doa. Beliau tidur di atas kasur tipis yang terbuat dari sabut kurma, yang seringkali meninggalkan bekas di punggungnya. Ini adalah cerminan dari kesederhanaan dan kezuhudan beliau.
Dari ringkasan ini, kita bisa melihat bahwa 24 jam Rasulullah SAW adalah perpaduan sempurna antara ibadah, kepemimpinan, dan perhatian mendalam terhadap keluarga dan umat. Beliau adalah pemimpin yang adil, suami yang penyayang, ayah yang lembut, sekaligus hamba yang taat. Meneladani kebiasaan ini bukanlah hal mustahil, melainkan sebuah jalan untuk mencapai keseimbangan hidup yang penuh berkah.
Artikel selengkapnya dapat didownload dan dibaca melalui link berikut:
- Ringkasan Kebiasaan Harian Rasulullah SAW
- Find_Out_Rasulullah_Habits_Kebiasaan_Nabi_SAW_Selama_24_Jam_Arafat
Baca artikel lain: https://majelistablighpwmjateng.com/author/kasmui/