
Masyhuda Darussalam,S.Pd,M.Pd 1558269, Warga Muhammadiyah Ranting Gunungpring)
Pada kali ini kita akan menyampaikan persoalan tentang pentingnya menghargai orang lain, menghargai perbedaan pandangan keagamaan. Karena pada zaman sekarang yang semakin terbuka, semakin bebas itu justru terjadi sesuatu yang merisaukan. Orang merasa bangga, merasa benar dengan pandangan keagamaannya. Kemudian disertai dengan meremehkan atau bahkan menyalahkan pandangan keagamaan yang berbeda padahal di dalam Surat Al-Maidah ayat 48 Allah berfirman:
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًاۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ
Artinya : Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya). Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Allah hendak mengujimu tentang karunia yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Maka, berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang selama ini kamu perselisihkan.
Setiap umat itu sudah diberikan aturan dan jalan terang, bukan hanya masing-masing umat keagamaan tetapi juga seakan-akan Allah itu menyampaikan bahwa masing-masing umat itu memang punya pandangan pemahaman terhadap keagamaan itu yang potensi berbedanya ada. Apabila Allah menghendaki bisa saja dijadikan umat itu satu macam. Tetapi itu tidak baik dijadikan satu macam saja. Misalnya manusia itu dibuat hanya memiliki naluri seperti hewan. Binatang itu melakukan sesuatu hanya berdasarkan naluri, tidak ada kreativitas.
Maka memang Allah sengaja menjadikan manusia itu berbeda-beda, bermacam-macam, untuk supaya saling bertegur sapa, supaya saling menghargai, supaya saling menghormati, dan Perbedaan itu oleh Allah disebut sebagai ujian atau cobaan bagi kita atas apa yang diberikan Allah kepada kita.
Maka, perintahnya Fastabiqul Khairat maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan, berlomba-lombalah untuk menjadi yang terbaik. Jadi memang kita sebagai umat beragama diberi kesempatan untuk mencari yang terbaik, mencari yang paling benar, kemudian setelah ketemu kita yakini kemudian kita amalkan dengan sebaik mungkin tanpa menyalahkan orang yang pandangan keagamaannya berbeda. Kita sangat miris mendengar seseorang yang menyampaikan “Saya menyesal, dulu telah ikut Muhammadiyah”. Keluar dari Muhammadiyah itu silakan saja tetapi tidak usah menyesal, kemudian mengungkit-ungkit Muhammadiyah sebagai gerakan yang tidak benar. Hal tersebut tidak lucu, kalau orang seperti itu malah kelihatan semakin sempitnya pandangan keagamaannya, semakin sempitnya pemahaman keagamaannya.
Orang itu kalau luas pemahaman keagamaannya pasti dengan mudah menghargai orang-orang yang berbeda pemahaman keagamaannya. Al Quran saja sudah memerintahkan Fastabiqul Khairat, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Berlomba itu bukan untuk mengalahkan tetapi untuk mengungguli tanpa menyakiti. Jadi berlomba itu mengungguli tanpa menyakiti sehingga kita punya keyakinan masing-masing tetapi tidak usah menyakiti yang lain. Itulah prinsip dari Fastabiqul Khairat.Maka Allah mengatakan silahkan kamu berlomba lomba, memilih yang terbaik yang kamu yakini dan kamu amalkan. Berbeda-beda silahkan, nanti akan diuji oleh Allah atas apa yang kamu kerjakan atas apa yang kamu beda-bedakan, mana yang benar akan dikembalikan kepada Allah.
Hal tersebut bukan berarti kita itu boleh seenaknya saja. Apabila Allah mengatakan nanti perbedaan-perbedaan itu akan dikembalikan kepada Allah, siapa yang paling benar itu bukan berarti terus besok .Memang besok, akhirnya di akhirat itu siapa yang paling benar tetapi ikhtiar di dunia ini adalah mencari yang paling benar. Itulah yang kita kembalikan kepada rujukan suci Alquran, Insyaallah kalau semuanya rujukannya sama kitab suci Alquran maka tidak akan terjadi pertentangan kalau ada itu hanya perbedaan-perbedaan yang sedikit saja, kalau sedikit perbedaannya itu tidak akan menjadi masalah bahkan di dalam keilmuan Islam itu ada kaidah Ushul fiqih yaitu “Hasil ijtihad seorang ulama atau beberapa orang ulama itu tidak bisa menghapus atau menggugurkan hasil ijtihad yang lain”.
Sehingga para ulama terdahulu itu luar biasa, meskipun mereka berbeda fatwanya, meskipun mereka berbeda ijtihadnya, tetapi mereka saling menghargai. Kita sebagai orang Islam yang keilmuannya belum terlalu tinggi, maka jaganlah merasa paling benar sendiri, kemudian menyalahkan orang lain.
Berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 48 tadi kita mencari yang paling benar semaksimal kemampuan, mencari yang paling baik untuk diamalkan, bahwa kemudian kita menyaksikan kawan-kawan atau orang-orang yang berbeda dengan kita pemahaman dan pengamalan ajaran islamnya kita hargai saja. Jadi tetap teguh dengan keyakinan kita, tetapi tidak menyakiti yang berbeda dengan keyakinan kita. Begitulah prinsipnya, kalau itu dilakukan Insyaallah umat ini akan indah sekali.Tapi jangan berharap satu warna, itu tidak mungkin, karena Allah sudah mengatakan tidak akan dilakukan itu.
Meskipun Allah bisa menjadikan orang Islam itu satu warna tapi itu tidak dilakukan, sebab kalau dilakukan nanti manusia turun derajatnya hanya seperti binatang. Maka Allah sekali lagi mengingatkan, kita diberi potensi, diberi kemampuan untuk membandingkan untuk memilah dan memilih, itu bagian dari ujian. Kemudian kita bisa unggul tanpa meyakiti, Jadi, Fastabiqul Khairat itu berlomba-lombalah menjadi yang terbaik tanpa menyakiti yang lainnya, bahkan prinsipnya kalau kita punya kelebihan tugas kita adalah mengangkat, mencerahkan orang-orang yang memang kekurangan. Tapi kalau kita itu punya kekurangan maka belajarlah kepada yang punya kelebihan. Jadi, Fastabiqul Khairat seperti itu, bukan unggul untuk menyakiti. Jadi, Fastabiqul Khairat mendorong kita punya militansi tetapi penuh toleransi gampangnya kalau ke dalam itu militan kalau keluar itu toleran.
Oleh karena itu, harus kita miliki dan yang bisa seperti itu hanya orang-orang yang cerdas. Jadi kalau militansi tanpa toleransi hanya dimiliki oleh orang-orang yang kurang begitu cerdas. Mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan dengan prinsip punya keunggulan tanpa menyakiti, punya militansi penuh toleransi.