ArtikelFiqhIbadahKhutbahKhutbah Gerhana

Peristiwa Gerhana Bulan Total 7-8 September 2025

Panduan Astronomi dan Tuntunan Ibadah


Maklumat MTT PP Muhammadiyah tentang Gerhana Bulan Total 7 & 8 September 2025

DOWNLOAD FILE


Pendahuluan: Menyambut “Blood Moon” di Langit Indonesia

Pada malam yang terbentang dari 7 hingga 8 September 2025, langit Indonesia akan menjadi panggung bagi salah satu pertunjukan astronomi paling memukau tahun ini. Bulan Purnama, yang biasanya bersinar putih terang, secara perlahan akan meredup dan bertransformasi, mengenakan rona merah tembaga yang dramatis.1 Fenomena agung ini dikenal sebagai Gerhana Bulan Total, atau yang populer disebut “Blood Moon”.3


Link web Interaktif: https://falakmu.id/khusuf/


Peristiwa ini memiliki signifikansi ganda. Bagi para ilmuwan, astronom, dan masyarakat umum, ini adalah kesempatan langka untuk menyaksikan secara langsung mekanika presisi tata surya kita. Namun, bagi umat Islam, gerhana bulan—atau khusuf al-qamar—adalah momen spiritual yang mendalam, sebuah ayat atau tanda kebesaran Allah SWT yang mengundang refleksi, zikir, dan ibadah. Laporan ini dirancang untuk menjembatani kedua perspektif tersebut, menyajikan panduan komprehensif yang memadukan keajaiban sains dengan kekhusyukan tuntunan ibadah.

Sebagai klarifikasi awal yang esensial, perlu ditegaskan bahwa fenomena yang akan terjadi pada 7-8 September 2025 adalah Gerhana Bulan Total, bukan gerhana matahari. Perbedaan mendasar terletak pada posisi benda-benda langit. Gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan (konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan), sehingga bayangan Bumi menutupi Bulan.5 Sebaliknya, gerhana matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi (konfigurasi Matahari-Bulan-Bumi), sehingga bayangan Bulan jatuh ke sebagian permukaan Bumi. Dengan fondasi pemahaman yang benar ini, kita dapat melangkah lebih jauh untuk menjelajahi setiap aspek dari peristiwa langit yang akan datang.

Bab 1: Di Balik Tirai Merah Darah: Membedah Sains Gerhana Bulan

1.1 Anatomi Gerhana: Ketika Bumi Menjadi Tirai Kosmik

Secara konseptual, gerhana bulan adalah peristiwa geometri kosmik yang sederhana namun elegan. Fenomena ini hanya dapat terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu garis lurus yang nyaris sempurna, sebuah konfigurasi yang dikenal sebagai syzygy, dengan Bumi berada tepat di tengah.6 Posisi ini menyebabkan Bumi menghalangi cahaya Matahari yang seharusnya menyinari Bulan, sehingga bayangan planet kita jatuh menutupi permukaan satelit alaminya.

Bayangan yang dihasilkan oleh Bumi tidak seragam, melainkan terdiri dari dua bagian konsentris yang berbeda 5:

  1. Umbra: Ini adalah bayangan inti yang paling gelap dan pekat. Ketika Bulan melintas dan masuk sepenuhnya ke dalam kerucut umbra inilah Gerhana Bulan Total terjadi.1
  2. Penumbra: Ini adalah bayangan luar yang lebih samar dan redup. Ketika Bulan hanya melintasi area penumbra, yang terjadi adalah Gerhana Bulan Penumbra, di mana Bulan hanya tampak sedikit lebih redup dari biasanya dan sering kali sulit dibedakan dengan mata telanjang.5

Peristiwa pada 7-8 September 2025 adalah yang paling dramatis, di mana seluruh piringan Bulan akan tenggelam sepenuhnya ke dalam bayangan umbra Bumi.

1.2 Ilmu di Balik Warna Merah: Fenomena “Blood Moon”

Sebuah pertanyaan yang sering muncul adalah: jika Bulan sepenuhnya berada dalam bayangan gelap Bumi, mengapa ia tidak menghilang dari pandangan dan justru tampak berwarna kemerahan? Jawabannya terletak pada atmosfer Bumi.

Atmosfer planet kita bertindak seperti lensa raksasa yang membengkokkan (membiaskan) cahaya Matahari. Ketika cahaya Matahari melewati lapisan atmosfer Bumi, sebagian besar spektrum cahaya biru dengan panjang gelombang yang lebih pendek akan dihamburkan ke segala arah. Fenomena inilah yang dikenal sebagai Hamburan Rayleigh, alasan yang sama mengapa langit kita tampak biru di siang hari.6

Sementara itu, cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang—yaitu spektrum merah dan oranye—lebih mampu menembus atmosfer dan dibiaskan ke arah kerucut bayangan umbra. Akibatnya, bayangan inti Bumi tidak sepenuhnya gelap, melainkan diisi oleh cahaya kemerahan yang telah disaring ini. Ketika Bulan masuk ke dalam umbra, ia diterangi oleh cahaya merah tersebut. Secara puitis, saat Gerhana Bulan Total, Bulan sedang memantulkan cahaya dari seluruh matahari terbit dan terbenam yang terjadi di Bumi pada saat yang bersamaan.

Intensitas dan corak warna merah ini dapat bervariasi pada setiap gerhana. Kondisi atmosfer Bumi saat itu sangat berpengaruh; atmosfer yang lebih bersih akan menghasilkan warna yang lebih terang, sementara tingkat polusi, debu, atau abu vulkanik yang tinggi di atmosfer dapat membuat Bulan tampak lebih gelap atau lebih pekat warna merahnya.8

1.3 Kronologi Peristiwa di Langit: Tahapan Gerhana dari Awal Hingga Akhir

Proses Gerhana Bulan Total berlangsung dalam serangkaian fase yang dapat diamati secara visual. Para astronom menggunakan terminologi standar untuk menandai setiap tahap penting dalam peristiwa ini, memberikan panduan yang jelas bagi para pengamat.10

  • Fase P1 (Awal Gerhana Penumbra): Ini adalah momen ketika tepi piringan Bulan pertama kali menyentuh bayangan penumbra Bumi. Secara visual, perubahan ini sangat halus. Bulan hanya akan tampak sedikit lebih redup dari biasanya, sebuah perubahan yang mungkin tidak terdeteksi oleh mata telanjang.
  • Fase U1 (Awal Gerhana Sebagian): Momen yang lebih jelas secara visual, ketika tepi Bulan mulai memasuki bayangan umbra yang gelap. Pengamat akan melihat seolah-olah ada “gigitan” gelap yang perlahan merambat di permukaan Bulan.
  • Fase U2 (Awal Gerhana Total): Seluruh piringan Bulan telah sepenuhnya masuk ke dalam bayangan umbra. Dari titik ini, warna kemerahan yang khas akan mulai muncul dan mendominasi penampakan Bulan.
  • Fase Puncak (Maksimum): Ini adalah titik tengah gerhana, di mana Bulan berada pada posisi terdekat dengan pusat bayangan umbra Bumi. Pada saat inilah Bulan akan tampak paling gelap dan paling pekat warna merahnya.
  • Fase U3 (Akhir Gerhana Total): Bulan mulai bergerak keluar dari bayangan umbra. Salah satu tepi piringan Bulan akan kembali bersinar terang, menandakan berakhirnya fase totalitas.
  • Fase U4 (Akhir Gerhana Sebagian): Seluruh piringan Bulan telah sepenuhnya meninggalkan bayangan umbra. “Gigitan” gelap terakhir telah hilang, dan Bulan kembali diterangi cahaya Matahari secara langsung, meskipun masih berada dalam bayangan penumbra yang redup.
  • Fase P4 (Akhir Gerhana Penumbra): Bulan sepenuhnya keluar dari bayangan penumbra Bumi. Fenomena gerhana secara resmi berakhir, dan Bulan kembali bersinar sebagai bulan purnama yang normal.

Bab 2: Panduan Pengamatan di Seluruh Nusantara

2.1 Peta Visibilitas: Siapa Saja yang Dapat Menyaksikannya?

Salah satu keistimewaan Gerhana Bulan Total 7-8 September 2025 adalah cakupan visibilitasnya yang sangat luas. Fenomena ini dapat disaksikan dari seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur, dengan syarat utama kondisi cuaca cerah dan langit tidak berawan.1 Hal ini menjadikannya sebuah peristiwa astronomi berskala nasional yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.

Dalam konteks global, gerhana ini juga akan terlihat di sebagian besar wilayah Eropa, Afrika, Asia, dan Australia.1 Sebaliknya, sebagian besar benua Amerika tidak akan dapat menyaksikannya karena peristiwa ini terjadi saat siang hari di wilayah tersebut.4

2.2 Jadwal Presisi Gerhana: Jangan Sampai Terlewat!

Memiliki jadwal yang akurat sangat krusial, tidak hanya untuk memastikan tidak ada momen yang terlewatkan saat pengamatan, tetapi juga sebagai panduan untuk pelaksanaan Shalat Gerhana (Salat Khusuf). Waktu pelaksanaan ibadah ini terikat secara langsung pada durasi terjadinya fenomena gerhana itu sendiri.

Berdasarkan kompilasi dan sintesis data dari berbagai lembaga astronomi dan meteorologi terkemuka, termasuk BMKG dan timeanddate.com, berikut adalah jadwal lengkap setiap fase gerhana yang telah dikonversi untuk tiga zona waktu utama di Indonesia.13

Tabel 1: Jadwal Lengkap Fase Gerhana Bulan Total 7-8 September 2025 untuk Zona Waktu Indonesia

Fase Gerhana Deskripsi Visual Waktu Indonesia Barat (WIB) – (Semarang, Jakarta, dll.) Waktu Indonesia Tengah (WITA) Waktu Indonesia Timur (WIT)
P1 (Awal Penumbra) Bulan mulai sedikit meredup. 7 Sep, 22:28 7 Sep, 23:28 8 Sep, 00:28
U1 (Awal Sebagian) “Gigitan” gelap mulai tampak pada Bulan. 7 Sep, 23:27 8 Sep, 00:27 8 Sep, 01:27
U2 (Awal Total) Bulan sepenuhnya masuk bayangan, warna merah dimulai. 8 Sep, 00:30 8 Sep, 01:30 8 Sep, 02:30
PUNCAK (Maksimum) Bulan berada di pusat bayangan, warna paling pekat. 8 Sep, 01:11 8 Sep, 02:11 8 Sep, 03:11
U3 (Akhir Total) Tepi Bulan mulai terang kembali. 8 Sep, 01:52 8 Sep, 02:52 8 Sep, 03:52
U4 (Akhir Sebagian) “Gigitan” gelap terakhir meninggalkan Bulan. 8 Sep, 02:56 8 Sep, 03:56 8 Sep, 04:56
P4 (Akhir Penumbra) Gerhana berakhir, Bulan kembali purnama normal. 8 Sep, 03:55 8 Sep, 04:55 8 Sep, 05:55

Poin penting yang perlu dicatat adalah durasi fase totalitas—periode antara fase U2 dan U3—yang akan berlangsung selama 82 menit (1 jam 22 menit). Durasi ini tergolong cukup panjang, menjadikannya salah satu gerhana bulan total terlama dalam beberapa tahun terakhir dan memberikan waktu yang lebih dari cukup untuk pengamatan dan pelaksanaan ibadah.1

2.3 Kiat Observasi Optimal

Menyaksikan gerhana bulan adalah pengalaman yang dapat diakses oleh semua orang tanpa memerlukan peralatan khusus.

  • Aman dengan Mata Telanjang: Berbeda dengan gerhana matahari yang memancarkan radiasi berbahaya, gerhana bulan sepenuhnya aman untuk diamati secara langsung dengan mata telanjang dari awal hingga akhir.15
  • Pilih Lokasi Terbaik: Untuk mendapatkan pengalaman terbaik, carilah lokasi pengamatan yang minim polusi cahaya, seperti area pedesaan atau pinggir kota. Pastikan juga lokasi tersebut memiliki pandangan yang lapang dan tidak terhalang oleh gedung tinggi atau pepohonan ke arah langit.
  • Peralatan Pendukung (Opsional): Meskipun tidak wajib, penggunaan alat bantu optik seperti binokuler atau teleskop kecil akan sangat meningkatkan pengalaman pengamatan. Dengan alat ini, detail kawah di permukaan Bulan dan gradasi warna kemerahan selama fase totalitas akan terlihat jauh lebih jelas dan menakjubkan.

Bab 3: Menyaksikan Gerhana Secara Daring: Panduan Siaran Langsung (Live Streaming)

Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menyaksikan gerhana secara langsung. Kendala seperti cuaca mendung, hujan, atau lokasi yang terhalang polusi cahaya sering kali menjadi penghalang. Untungnya, teknologi modern menyediakan alternatif yang sangat baik melalui siaran langsung atau live streaming.

Saat ini, tautan spesifik untuk siaran langsung Gerhana Bulan Total 7 September 2025 memang belum tersedia, karena biasanya baru diumumkan oleh lembaga-lembaga terkait beberapa minggu atau hari sebelum peristiwa berlangsung. Namun, berdasarkan pengalaman dari peristiwa-peristiwa astronomi sebelumnya, ada beberapa lembaga tepercaya yang hampir pasti akan menyelenggarakan siaran langsung. Masyarakat dianjurkan untuk memantau dan mengikuti kanal-kanal resmi dari lembaga-lembaga berikut:

  1. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN): BRIN, melalui pusat riset antariksa-nya, secara rutin melakukan pengamatan dan siaran langsung fenomena langit. Kanal YouTube resmi mereka, khususnya dari stasiun pengamatan seperti BRIN Biak, sering menjadi sumber utama siaran langsung untuk wilayah Indonesia.16
  2. Observatorium Bosscha – ITB: Sebagai observatorium astronomi tertua di Indonesia, Bosscha memiliki tradisi panjang dalam edukasi publik. Mereka sering mengadakan acara Pengamatan Virtual Langit Malam (PVLM) yang disiarkan melalui kanal YouTube resmi mereka, menyajikan gambar langsung dari teleskop disertai penjelasan dari para astronom.18
  3. NASA (National Aeronautics and Space Administration): Badan antariksa Amerika Serikat ini sering menyediakan siaran langsung global untuk peristiwa-peristiwa astronomi besar melalui kanal YouTube NASA dan situs web resminya, NASA TV. Siaran ini biasanya menampilkan gambar dari berbagai teleskop di seluruh dunia.20
  4. Kelompok Astronomi Internasional: Organisasi seperti Dubai Astronomy Group telah mengumumkan rencana untuk menyelenggarakan siaran global yang menampilkan gambar dari enam benua.9 Proyek-proyek seperti Virtual Telescope Project juga sering kali menyediakan siaran langsung yang dapat diakses secara gratis.

Dengan mengikuti kanal-kanal ini, masyarakat dapat memastikan diri untuk tidak ketinggalan momen berharga ini, terlepas dari kondisi cuaca atau lokasi geografis mereka.

Bab 4: Tuntunan Ibadah: Salat Gerhana Bulan (Khusuf) Sesuai Manhaj Tarjih Muhammadiyah

Dalam pandangan Islam, gerhana bukanlah sekadar fenomena alam, melainkan sebuah tanda (ayat) yang agung dari Allah SWT, yang berfungsi sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya dan momentum untuk meningkatkan ketakwaan.

4.1 Dasar Syar’i dan Filosofi Ibadah

Landasan utama ibadah saat gerhana adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang secara fundamental mengubah persepsi masyarakat dari takhayul menuju tauhid. Pada masa itu, gerhana sering dikaitkan dengan peristiwa besar seperti kematian atau kelahiran seorang tokoh. Nabi Muhammad SAW meluruskan keyakinan ini secara tegas:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ، لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا.

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya. Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, kerjakanlah salat, dan bersedekahlah.” (HR. al-Bukhari).21

Hadis ini tidak hanya menafikan mitos, tetapi juga memberikan serangkaian amalan yang dianjurkan: berdoa, bertakbir, bersedekah, dan yang paling utama adalah mendirikan salat khusus yang disebut Salat Khusuf (untuk gerhana bulan) atau Salat Kusuf (untuk gerhana matahari).

Struktur unik dari Salat Gerhana, yang memiliki dua kali berdiri dan dua kali rukuk dalam setiap rakaat, memiliki tujuan yang mendalam. Ini bukanlah bentuk yang arbitrer, melainkan sebuah mekanisme ibadah yang dirancang agar durasinya dapat disesuaikan dengan panjangnya peristiwa gerhana itu sendiri. Perintah untuk “mengerjakan salat sampai gerhana itu terang (selesai)” 21 menunjukkan bahwa salat ini adalah respons spiritual yang berlangsung secara

real-time, di mana panjangnya ibadah mencerminkan durasi tanda kebesaran Allah yang sedang berlangsung di langit.

4.2 Panduan Praktis Pelaksanaan Salat Khusuf (Langkah demi Langkah)

Berdasarkan tuntunan dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, berikut adalah tata cara pelaksanaan Salat Gerhana Bulan secara rinci dan sistematis 21:

  1. Seruan Salat: Imam menyerukan اَلصَّلَاةُ جَامِعَةٌ (aṣ−ṣalaˉtujaˉmi′ah), yang berarti “mari mendirikan salat berjamaah”. Seruan ini dilakukan tanpa didahului azan maupun iqamah.21
  2. Niat: Niat untuk melaksanakan Salat Gerhana dilakukan di dalam hati, bersamaan dengan takbiratul ihram.
  3. Rakaat Pertama:
  • Takbiratul Ihram.
  • Membaca Doa Iftitah, Ta’awudz, dan Basmalah (dibaca secara pelan/sirr).
  • Membaca Surah Al-Fatihah, diikuti dengan bacaan surah atau ayat Al-Qur’an yang panjang (dianjurkan seperti Surah Al-Baqarah). Bacaan ini disunnahkan untuk dikeraskan suaranya (jahr).23
  • Rukuk Pertama: Melakukan rukuk dengan tuma’ninah dan memperpanjang bacaan tasbihnya, lebih lama dari rukuk pada salat biasa.
  • I’tidal Pertama: Bangkit dari rukuk sambil membaca سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ (sami′allaˉhulimanḥamidah), dan jamaah menjawab رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ (rabbanaˉwalakal−ḥamd).
  • Berdiri Lagi (Qiyam Kedua): Setelah i’tidal, tidak langsung sujud. Sebaliknya, kembali berdiri tegak dalam posisi bersedekap, lalu membaca Surah Al-Fatihah lagi, diikuti dengan bacaan surah panjang kedua (yang durasinya lebih pendek dari yang pertama).23
  • Rukuk Kedua: Melakukan rukuk untuk kedua kalinya, dengan durasi yang lebih singkat dari rukuk yang pertama.
  • I’tidal Kedua: Bangkit dari rukuk kedua.
  • Sujud: Melakukan dua kali sujud yang juga diperpanjang durasinya, dipisahkan oleh duduk di antara dua sujud, sebagaimana salat biasa.
  1. Rakaat Kedua:
  • Bangkit berdiri untuk mengerjakan rakaat kedua. Gerakannya sama persis dengan rakaat pertama (dimulai dari membaca Al-Fatihah, tanpa perlu mengulang Doa Iftitah), namun dengan bacaan surah dan durasi rukuk serta sujud yang lebih singkat dibandingkan rakaat pertama.23
  1. Tasyahud Akhir dan Salam: Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, dilanjutkan dengan tasyahud akhir dan diakhiri dengan salam.
  2. Khotbah: Setelah salat selesai, imam berdiri untuk menyampaikan satu kali khotbah yang berisi nasihat, puji-pujian kepada Allah, dan pengingat akan tanda-tanda kekuasaan-Nya, serta ajakan untuk memperbanyak istigfar, sedekah, dan amal saleh lainnya.23

4.3 Ketentuan Waktu dan Tempat

  • Waktu Pelaksanaan: Salat Gerhana dilaksanakan pada rentang waktu saat gerhana mulai terlihat hingga berakhir atau selesai. Jika gerhana telah usai sementara salat masih ditunaikan, maka salat tetap dilanjutkan dengan memperpendek bacaan hingga selesai.21
  • Tempat Pelaksanaan: Salat ini dapat dilaksanakan baik di dalam masjid maupun di tanah lapang.23
  • Siapa yang Melaksanakan: Tuntunan untuk mengerjakan Salat Gerhana ini berlaku bagi setiap Muslim yang berada di kawasan atau wilayah yang dilintasi dan dapat menyaksikan gerhana tersebut.23

Bab 5: Naskah Khotbah Gerhana: Merenungi Tanda Kebesaran Allah SWT

Setelah pelaksanaan Salat Khusuf, disunnahkan bagi imam untuk menyampaikan khotbah. Khotbah ini bertujuan untuk memperkuat pesan spiritual dari peristiwa gerhana, mengarahkan jamaah dari kekaguman semata menjadi perenungan iman yang mendalam.

(Contoh Naskah Khotbah)

  • Pembukaan:
  • Memulai dengan memuji Allah SWT atas segala nikmat dan kebesaran-Nya.
  • Mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
  • Isi Khotbah – Tema Utama: Dari Takhayul Menuju Tauhid
    Ma’asyiral Muslimin, jamaah Salat Gerhana yang dirahmati Allah,
    Malam ini, Allah SWT memperlihatkan kepada kita salah satu dari tanda-tanda (ayat) kebesaran-Nya yang luar biasa. Kita saksikan bersama bagaimana bulan yang terang benderang perlahan meredup, berubah warna menjadi kemerahan, seolah tunduk pada sebuah perintah agung. Peristiwa yang kita sebut gerhana ini bukanlah pertanda buruk, bukan pula karena bulan ditelan raksasa sebagaimana mitos orang-orang terdahulu. Islam datang untuk membebaskan akal kita dari belenggu takhayul dan membimbing hati kita menuju cahaya tauhid. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ، لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا.

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya. Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, kerjakanlah salat, dan bersedekahlah.” (HR. al-Bukhari).21

Hadis ini adalah sebuah revolusi pemikiran. Nabi mengajarkan kita bahwa gerhana bukanlah sebuah anomali atau kekacauan, melainkan sebuah keteraturan. Ia adalah bagian dari sistem alam semesta yang berjalan dengan perhitungan yang sangat presisi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin: 40).27

Keteraturan inilah yang memungkinkan para ilmuwan hari ini menghitung kapan gerhana akan terjadi, di mana ia bisa dilihat, dan berapa lama ia akan berlangsung. Ilmu pengetahuan modern tidak bertentangan dengan iman, justru ia semakin menyingkap keagungan dan presisi ciptaan Allah SWT.

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Maka, puncak dari perenungan kita malam ini adalah sebuah kesadaran tauhid yang murni. Sebesar dan seindah apapun bulan, semegah dan sepanas apapun matahari, keduanya hanyalah makhluk ciptaan Allah. Mereka tunduk, patuh, dan beredar sesuai ketetapan-Nya. Oleh karena itu, kekaguman kita jangan sampai berhenti pada makhluk, tetapi harus menembus hingga kepada Sang Khaliq, Sang Pencipta. Allah SWT berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 37).29

Inilah inti pesan gerhana: ia adalah panggilan untuk kembali bersujud hanya kepada Allah. Salat yang baru saja kita laksanakan adalah wujud kepatuhan kita pada panggilan tersebut.

  • Penutup Khotbah:
    Marilah kita jadikan momen gerhana ini sebagai titik tolak untuk memperbarui iman dan ketakwaan kita. Mari perbanyak zikir untuk mengingat-Nya, perbanyak istigfar untuk memohon ampunan-Nya, dan perbanyak sedekah untuk membantu sesama. Semoga Allah SWT menerima ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa mampu membaca dan merenungi tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta.

Penutup: Refleksi di Bawah Langit Merah Kejinggaan

Gerhana Bulan Total pada 7-8 September 2025 menawarkan sebuah perjalanan intelektual dan spiritual yang lengkap. Dari pemahaman ilmiah tentang tarian presisi antara Matahari, Bumi, dan Bulan, kita diajak untuk beralih menuju perenungan yang mendalam tentang Sang Maha Sutradara di balik semua keteraturan ini.

Peristiwa ini hendaknya tidak dialami secara terpisah—sebagai tontonan sains saja atau ritual ibadah semata. Sebaliknya, ia adalah undangan untuk sebuah pengalaman yang holistik dan utuh. Sebuah momen di mana kekaguman kita terhadap ayat kauniyah (tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta) dapat memperkuat dan memperdalam keimanan kita kepada Sang Maha Pengatur.

Dengan panduan ini, semoga kita semua dapat mempersiapkan diri—baik dengan pengetahuan dan alat observasi, maupun dengan hati yang bersih dan siap untuk beribadah. Agar ketika Bulan memerah di langit malam nanti, momen langka tersebut tidak hanya menjadi kenangan visual, tetapi juga menjadi sarana untuk meningkatkan ilmu dan iman, mendekatkan diri kita kepada Pencipta langit dan bumi.


Ulasan Gerhana Bulan 7 September

S-MLM-01_Gerhana Bulan Total September 2025


Karya yang dikutip

  1. Gerhana Bulan Total Bakal Hiasi Langit Aceh pada 7-8 September Mendatang, diakses September 3, 2025, https://aceh.kemenag.go.id/baca/gerhana-bulan-total-bakal-hiasi-langit-aceh-pada-7-8-september-mendatang
  2. 9 Fenomena Langit September 2025, Ada Hujan Meteor dan Gerhana Bulan Darah, diakses September 3, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=XtzwyvaTa7Q
  3. Video: Akan Ada Fenomena Gerhana Bulan Total 7 September, Catat Waktunya! – 20detik, diakses September 3, 2025, https://20.detik.com/detikupdate/20250903-250903010/video-akan-ada-fenomena-gerhana-bulan-total-7-september-catat-waktunya
  4. 10 must-see night sky events this September 2025: Blood Moon, Jupiter-Moon pairing, new moon and more, diakses September 3, 2025, https://timesofindia.indiatimes.com/science/10-must-see-night-sky-events-this-september-2025-blood-moon-jupiter-moon-pairing-new-moon-and-more/articleshow/123585408.cms
  5. Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari: Pengertian dan Proses Terjadinya – Aku Pintar, diakses September 3, 2025, https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/gerhana-bulan-dan-gerhana-matahari-pengertian-dan-proses-terjadinya-
  6. Gerhana Bulan Total 7 September 2025 – Hilal dan Gerhana – BMKG, diakses September 3, 2025, https://www.bmkg.go.id/tanda-waktu/hilal-gerhana/gerhana-bulan-total-7-september-2025
  7. Proses Terjadinya Gerhana Bulan dan Jenisnya, Saat Langit jadi Redup – detikcom, diakses September 3, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6916501/proses-terjadinya-gerhana-bulan-dan-jenisnya-saat-langit-jadi-redup
  8. September 2025 Blood Moon: Who Can See It and Why It’s Red | WION Podcast – YouTube, diakses September 3, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=80-JqHKEZFY
  9. Total lunar eclipse in UAE: When and where to watch on September 7, diakses September 3, 2025, https://timesofindia.indiatimes.com/world/middle-east/total-lunar-eclipse-in-uae-when-and-where-to-watch-on-september-7/articleshow/123612491.cms
  10. Tahapan Proses Terjadinya Gerhana Bulan dari Awal Hingga Akhir …, diakses September 3, 2025, https://kumparan.com/ragam-info/tahapan-proses-terjadinya-gerhana-bulan-dari-awal-hingga-akhir-22GWPL1cimL
  11. 3 Fenomena Langit Bulan September 2025, Ada Gerhana Bulan Total | IDN Times, diakses September 3, 2025, https://www.idntimes.com/science/discovery/fenomena-langit-bulan-september-2025-ada-gerhana-bulan-total-00-6kn2w-5v1xpd
  12. Blood Moon eclipse visible across Africa, Europe, Asia, and Australia on September 7, diakses September 3, 2025, https://watchers.news/2025/09/02/blood-moon-eclipse-across-africa-europe-asia-australia-september-7/
  13. September 7, 2025 Total Lunar Eclipse in Jakarta, Jakarta Special …, diakses September 3, 2025, https://www.timeanddate.com/eclipse/in/indonesia/jakarta?iso=20250907
  14. Ada Gerhana Bulan Total 7 September di Indonesia, Catat Waktunya! – detikNews, diakses September 3, 2025, https://news.detik.com/berita/d-8090996/ada-gerhana-bulan-total-7-september-di-indonesia-catat-waktunya
  15. Fenomena Langka ‘Blood Moon’ pada 7–8 September 2025 – RRI, diakses September 3, 2025, https://rri.co.id/lain-lain/1800006/fenomena-langka-blood-moon-pada-7-8-september-2025
  16. Link Streaming Gerhana Bulan Total 8 November 2022 – detikInet, diakses September 3, 2025, https://inet.detik.com/science/d-6393797/link-streaming-gerhana-bulan-total-8-november-2022
  17. BRIN Biak – YouTube, diakses September 3, 2025, https://www.youtube.com/channel/UCgAN59qxIxCJlufxf5XkG4Q
  18. Indah, Penampakan Gerhana Bulan Total Hasil Pengamatan Observatorium Bosscha, diakses September 3, 2025, https://itb.ac.id/berita/indah-penampakan-gerhana-bulan-total-hasil-pengamatan-observatorium-bosscha/57897
  19. Pengamatan Virtual Langit Malam 2021 #2 – Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 – YouTube, diakses September 3, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=R174vKeYei0
  20. Earth’s Moon – NASA Science, diakses September 3, 2025, https://science.nasa.gov/moon/
  21. Tuntunan Shalat Kusufain (Shalat Gerhana Matahari / Bulan) – Muhammadiyah, diakses September 3, 2025, https://muhammadiyah.or.id/2020/08/tuntunan-shalat-kusufain-shalat-gerhana-matahari-bulan/
  22. Doa saat Melihat Gerhana Bulan Lengkap dengan Bahasa Arab, Latin, dan Artinya, diakses September 3, 2025, https://www.liputan6.com/hot/read/5958117/doa-saat-melihat-gerhana-bulan-lengkap-dengan-bahasa-arab-latin-dan-artinya
  23. Waktu dan Tata Cara Salat Gerhana | Muhammadiyah, diakses September 3, 2025, https://muhammadiyah.or.id/2022/11/waktu-dan-tata-cara-salat-gerhana-2/
  24. Tata Cara Shalat Gerhana – Universitas Muhammadiyah Metro, diakses September 3, 2025, https://ummetro.ac.id/tata-cara-shalat-gerhana/
  25. MAKLUMAT MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH NO. 02/MLM/I.1/E/2023 TENTANG SALAT GERHANA BULAN SEBAGIAN AHAD P, diakses September 3, 2025, https://tarjih.or.id/wp-content/uploads/2023/10/S-MLM-02_Gerhana-Bulan.pdf
  26. Teks Khutbah Gerhana Bulan Sebagian 29 Oktober 2023: Mari …, diakses September 3, 2025, https://www.liputan6.com/islami/read/5435041/teks-khutbah-gerhana-bulan-sebagian-29-oktober-2023-mari-meningkatkan-kedekatan-kepada-allah-swt
  27. Khutbah Salat Gerhana: Gerhana Bulan, Tanda Kebesaran Allah – Kementerian Agama RI, diakses September 3, 2025, https://kemenag.go.id/islam/khutbah-salat-gerhana-gerhana-bulan-tanda-kebesaran-allah-k6lgix
  28. 4 Contoh Khutbah Gerhana Bulan Total, Momen Merenungi Keagungan Allah – detikcom, diakses September 3, 2025, https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6394763/4-contoh-khutbah-gerhana-bulan-total-momen-merenungi-keagungan-allah
  29. Fikih Shalat Gerhana: Apakah Khutbah Gerhana itu Wajib? – Dakwah.ID, diakses September 3, 2025, https://www.dakwah.id/fikih-shalat-gerhana-khutbah-gerhana/

Kasmui

Dosen Kimia, Komputasi, IT, dan AI UNNES; Ketua PCM Gunungpati 2; Anggota Majelis Tabligh PDM Kota Semarang & PWM Jawa Tengah; Anggota Tim Pengembang Software KHGT MTT PP Muhammadiyah; Praktisi Ilmu Falak: https://hisabmu.com/, https://falakmu.id/.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button