
Malu, Perhiasan Termahal Bagi Wanita
Oleh: Ernawati (Guru SD Muhammadiyah Kranggan)
Secantik apa pun rupa seorang wanita, sepintar apa pun akalnya, dan setinggi apa pun jabatannya, tetaplah rasa malu yang menjadi perhiasan paling berharga dalam dirinya. Rasa malu bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan moral dan spiritual yang menjaga kehormatan, martabat, dan peran mulia seorang wanita dalam keluarga dan masyarakat.
Mengapa Rasa Malu Penting bagi Wanita?
Rasa malu adalah sifat fitrah yang Allah tanamkan dalam diri manusia, terutama pada wanita. Dalam Islam, rasa malu (al-haya’) dianggap sebagai bagian dari iman. Ia adalah benteng yang menjaga seseorang dari melakukan perbuatan yang tidak pantas, mendorongnya untuk bersikap sopan, menjaga aurat, serta berinteraksi dengan adab dan tata krama yang baik.
Bagi seorang wanita, rasa malu menjadi pelindung dari pelecehan dan pandangan rendah. Ia menjadi filter dalam berkata, berpakaian, bersosialisasi, hingga menggunakan media sosial. Ketika seorang wanita memiliki rasa malu, ia akan sangat menjaga marwah dirinya, keluarganya, dan agamanya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Al-hayā’u syu’batun min al-īmān”
“Malu adalah cabang dari iman.”
— (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat lain:
“Malu tidak datang kecuali dengan kebaikan.”
— (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam Islam, wanita yang pemalu dipuji oleh Rasulullah ﷺ. Salah satu contohnya adalah kisah putri Nabi Syu’aib yang disebut dalam Al-Qur’an:
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu.”
— (QS. Al-Qashash: 25)
Cara berjalan yang menggambarkan rasa malu menjadi sorotan positif dalam ayat ini, menunjukkan bahwa sikap tersebut merupakan keutamaan yang luhur.
Malu Seperti Apa yang Dianjurkan untuk Wanita?
Malu yang terpuji bukanlah rasa takut yang menghambat potensi, melainkan rasa sadar akan nilai diri dan komitmen kepada norma agama. Malu yang benar membuat wanita:
Menjaga aurat dan penampilan sesuai syariat.
Menjaga pergaulan dan interaksi yang baik dengan lawan jenis.
Tidak sembarangan dalam berbicara, mengekspresikan diri, atau mengumbar kehidupan pribadi di depan umum.
Menolak hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama, meskipun dianggap umum oleh masyarakat.
Namun, rasa malu yang berlebihan sehingga membuat wanita tidak berani menyuarakan kebenaran atau memperjuangkan haknya tidak termasuk dalam malu yang dianjurkan. Islam menyeimbangkan antara rasa malu dan keberanian yang terhormat.
Akibat Jika Wanita Tidak Memiliki Rasa Malu
Ketika rasa malu hilang dari diri wanita, maka hilang pula benteng utama yang melindunginya dari berbagai kerusakan moral. Beberapa akibatnya:
Kerusakan akhlak dan martabat: Terlihat dalam gaya hidup bebas, pakaian terbuka, dan interaksi bebas tanpa batas.
Menurunnya kehormatan keluarga: Karena wanita adalah penjaga kehormatan keluarga.
Rentan menjadi objek eksploitasi: Wanita tanpa rasa malu mudah dieksploitasi oleh media, industri hiburan, atau individu yang tidak bertanggung jawab.
Rusaknya tatanan sosial: Peran wanita sangat sentral dalam membangun masyarakat. Ketika rasa malunya hilang, masyarakat pun ikut rusak secara nilai.
Keterkaitan Rasa Malu dengan Keberhasilan Pendidikan Generasi
Wanita, sebagai ibu dan madrasah pertama bagi anak-anaknya, memainkan peran besar dalam membentuk karakter generasi berikutnya. Wanita yang memiliki rasa malu akan mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai sopan santun, adab, dan etika yang tinggi. Ia akan menjadi contoh nyata bagaimana menjaga kehormatan diri, berbicara yang santun, dan bertindak dengan pertimbangan agama.
Sebaliknya, ibu yang tak punya rasa malu akan sulit menjadi teladan dalam mendidik akhlak. Anak-anak akan tumbuh tanpa batasan moral yang jelas, yang berujung pada kerusakan perilaku dan lemahnya nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka.
Rasa malu bukan hanya bagian dari kepribadian wanita, tapi juga identitas dan kehormatan dirinya. Ia adalah pelindung, penyejuk, dan penjaga nilai-nilai luhur dalam keluarga dan masyarakat. Maka, secantik apa pun parasmu, sepintar apa pun dirimu, setinggi apa pun kariermu—jika rasa malu tetap terjaga, maka engkau telah menjaga mutiara terindah dalam dirimu.