Artikel

Husnul Khotimah: Akhir Hidup yang Indah

Husnul Khotimah: Akhir Hidup yang Indah

Oleh: Agus Priyadi (Anggota MT PCM Merden dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)

Setiap kisah memiliki akhir, dan akhir yang paling dinantikan oleh setiap Muslim adalah Husnul Khotimah, sebuah penutup kehidupan yang indah, diridhai, dan membawa pelakunya menuju kebahagiaan abadi. Kematian adalah misteri, namun proses menuju kematian yang baik adalah pilihan sadar yang harus diperjuangkan. Husnul Khotimah bukanlah akhir yang datang tiba-tiba tanpa sebab, melainkan klimaks dari sebuah perjalanan spiritual yang konsisten.

Husnul Khotimah (akhir yang baik) adalah sebuah anugerah agung dari Allah SWT, berupa taufik (kemudahan) yang diberikan kepada hamba-Nya untuk menutup usia dalam keadaan terbaik, baik saat sedang beribadah, bertaubat, atau dalam puncak keimanan.

Ulama besar, Imam Al-Ghazali, dalam karyanya, menyoroti bahwa kualitas akhir hidup sangat ditentukan oleh kualitas hati sepanjang hidup. Ia bak cermin yang memantulkan apa yang telah terukir di dalamnya. Jika hati dipenuhi ketaatan dan zikir, maka pada saat-saat terakhir, lidah akan dimudahkan mengucapkan kalimat tauhid.

Hakikat ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW, yang menjadi landasan filosofis bagi setiap Muslim yang mengejar akhir yang mulia. Rasulallah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ:

فَوَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا (متفق عليه – هذا جزء من حديث طويل)

Artinya: “Demi Allah yang tiada ilah (sesembahan) selain-Nya, sesungguhnya salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan penduduk surga, hingga jarak antara dirinya dengan surga hanya sehasta, lalu takdirnya mendahuluinya, ia pun beramal dengan amalan penduduk neraka, lantas ia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan penduduk neraka, hingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya sehasta, lalu takdirnya mendahuluinya, ia pun beramal dengan amalan penduduk surga, lantas ia masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim – ini adalah bagian dari hadis yang panjang)

Hadis ini mengajarkan sebuah pelajaran fundamental: bukan banyaknya amal yang menentukan, melainkan kondisi saat amal itu diakhiri. Ini adalah alasan mengapa doa untuk istiqamah (keteguhan) hingga akhir hayat menjadi inti dari perjuangan seorang Muslim.

Husnul Khotimah adalah jaminan bagi mereka yang memenuhi dua pilar utama yaitu:  Pertama, tauhid dan istiqamah dalam Iman. Al-Qur’an menjanjikan kedamaian hakiki bagi orang-orang yang teguh dalam keimanannya.

Ini adalah visi husnul khotimah yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Fushshilat ayat 30-31:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqamah, akan turun kepada mereka para malaikat (seraya berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.’ Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta.” (QS. Fushshilat: 30-31)

Pilar Kedua, menjauhi su’ul khotimah (akhir yang buruk). Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Ad-Dā’ wa Ad-Dawā’ secara tajam menjelaskan bahwa maksiat, dosa yang diremehkan, dan syahwat yang diperturutkan adalah penyebab utama Su’ul Khotimah. Beliau menyatakan bahwa dosa dan maksiat menghinakan pelakunya di saat sakaratul maut, ditambah godaan Setan yang luar biasa pada detik-detik terakhir, yang membuat lemahnya iman seseorang. Oleh karena itu, kunci meraih Husnul Khotimah bukan hanya memperbanyak amal, tetapi juga memperbaiki diri secara menyeluruh dan segera bertaubat.

Selain tanda utama berupa ucapan syahadat, Rasulullah SAW juga menyebutkan tanda-tanda fisik dan kondisi tertentu sebagai kabar gembira husnul khotimah. Sebagamana sabdanya:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ (رواه أحمد والترمذي وحسنه)

Artinya: “Tidaklah seorang Muslim meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah (siksa) kubur.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dan beliau menghasankannya)

Beberapa tanda lain yang juga dikategorikan sebagai Husnul Khotimah oleh ulama adalah: wafat karena penyakit perut, wafat karena tenggelam, wafat karena tertimpa reruntuhan, atau wafat saat mempertahankan harta dan kehormatan (syahid). Hal ini menunjukkan bahwa segala bentuk kesulitan yang dialami seorang mukmin dapat menjadi wasilah (perantara) Husnul Khotimah jika diiringi dengan kesabaran dan keikhlasan.

Untuk mengakhiri kisah hidup dengan husnul khotimah, diperlukan cara merawat diri yang fokus pada:

Memperbanyak Do`a: Do`a adalah senjata utama. Berdo`a dengan sungguh-sungguh agar diwafatkan dalam keadaan terbaik, sebagaimana do`a Nabi Yusuf ‘As.:

تَوَفَّنِي مُسۡلِمٗا وَأَلۡحِقۡنِي بِٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya: “Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101)

Husnu zhann Billah: Selalu berprasangka baik kepada Allah, terutama di akhir kehidupan. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal melainkan ia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.”

Memperbarui taubat: Selalu menjaga taubat, karena ia membersihkan hati dari noda yang dapat menghalangi datangnya taufik di akhir hayat.

Pada hakekatnya husnul khotimah adalah kesuksesan sejati. Ia adalah puncak prestasi tertinggi seorang hamba. Mari jadikan setiap detik kehidupan kita sebagai persiapan yang matang, agar ketika tirai kehidupan ditutup, kita termasuk dalam golongan yang disambut dengan senyuman para malaikat dan janji surga.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button