Sedekah: Melampaui Transaksi Duniawi, Menuju Kekayaan Hakiki

Oleh: Arif Saefudin, S.Ag. (Pimpinan Pengembangan Cabang dan Ranting PCM Blambangan dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)
Seringkali kita memandang sedekah hanya sebagai tindakan memberi yang bersifat sosial. Namun, dalam kacamata Islam, sedekah adalah sebuah mekanisme ilahiah—sebuah sistem penyucian ganda yang membersihkan harta dari hak orang lain dan membersihkan jiwa dari penyakit kikir. Lebih dari sekadar transaksi dunia, sedekah adalah kunci pembuka pintu rezeki yang tak terduga dan jaminan keselamatan di hari akhir.
Inti dari ajaran sedekah adalah pengakuan bahwa di dalam harta yang kita miliki, terdapat hak orang lain—terutama kaum fakir dan miskin. Dengan menunaikan hak ini melalui sedekah, harta kita menjadi suci dan berkah.
Ketika kita mengeluarkan sebagian harta, hal itu berfungsi sebagai pembersih (tazkiyah) dari sifat kikir dan dari segala syubhat (kerancuan) yang mungkin melekat pada cara kita mencari rezeki. Allah SWT berfirman:
خُذْمِنْأَمْوَالِهِمْصَدَقَةًتُطَهِّرُهُمْوَتُزَكِّيهِمْبِهَاوَصَلِّعَلَيْهِمْۖإِنَّصَلَاتَكَسَكَنٌلَّهُمْۗوَاللَّهُسَمِيعٌعَلِيمٌ
Artinya: “Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenangan jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)
Ayat ini secara eksplisit menggunakan kata tuthahhiruhum (membersihkan) dan tuzakkiihim (mensucikan), menunjukkan bahwa sedekah memiliki fungsi spiritual dan moral yang utama, yaitu menyucikan orang yang berderma dari dosa dan penyakit hati.
Sedekah juga memiliki kekuatan luar biasa sebagai penolak bala dan pemadam kemurkaan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّصَدَقَةَالسِّرِّلَتُطْفِئُغَضَبَالرَّبِّتَبَارَكَوَتَعَالَى
Artinya: “Sesungguhnya sedekah yang tersembunyi (rahasia) itu memadamkan murka Tuhan Yang Mahasuci dan Maha Tinggi.” (HR. Ath-Thabrani)
Hadis ini mengajarkan kita bahwa bersedekah, terutama yang dilakukan secara rahasia (untuk menjaga keikhlasan), adalah cara paling efektif untuk memohon perlindungan dari musibah dan mendapatkan keridaan-Nya.
Jika dilihat secara hitungan matematis duniawi, mengeluarkan harta pasti menguranginya. Namun, dalam matematika langit, sedekah adalah aset yang justru mendatangkan penggantian berlipat ganda (multiplication factor).
Setan sering menakut-nakuti kita dengan kemiskinan agar kita enggan bersedekah. Namun, Allah menjanjikan penggantian yang pasti, sebagaimana firman-Nya:
وَمَاأَنفَقْتُممِّنشَيْءٍفَهُوَيُخْلِفُهُۖوَهُوَخَيْرُالرَّازِقِينَ
Artinya: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan di jalan Allah tidak akan sia-sia. Penggantian itu bisa berupa harta benda yang setara atau lebih, namun yang paling utama adalah penggantian dalam bentuk keberkahan, kemudahan urusan, kesehatan, dan ketenangan jiwa.
Selain itu, setiap hari, ada dua malaikat yang bertugas mendoakan orang-orang yang berinfak dan yang menahan hartanya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam sabdanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
مَامِنْيَوْمٍيُصْبِحُالْعِبَادُفِيهِإِلَّامَلَكَانِيَنْزِلَانِفَيَقُولُأَحَدُهُمَا:اللَّهُمَّأَعْطِمُنْفِقًاخَلَفًا،وَيَقُولُالْآخَرُ:اللَّهُمَّأَعْطِمُمْسِكًاتَلَفً
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada satu hari pun di mana hamba-hamba memasuki waktu pagi, kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari keduanya berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.’ Dan yang lain berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah kebinasaan (kerugian) kepada orang yang menahan hartanya (kikir).'” (HR. Bukhari dan Muslim)
Do`a malaikat ini menjadi motivasi spiritual yang sangat kuat. Siapa yang mau memilih doa malaikat untuk mendapatkan penggantian dan kelimpahan rezeki, dan siapa yang rela memilih do`a malaikat untuk kebinasaan dan kerugian?
Para ulama sepakat bahwa sedekah adalah salah satu pintu menuju Amal Jariyah (amal yang pahalanya terus mengalir) yang paling utama. Imam Ibnul Qayyim menekankan bahwa sedekah adalah ujian terberat bagi keimanan seseorang. Beliau berkata, penyakit hati yang paling sulit disembuhkan adalah hubbul mal (cinta harta), dan sedekah adalah obat yang paling mujarab. Dengan berderma, seseorang membuktikan bahwa ia lebih mencintai apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ia pegang di tangannya. Sedekah adalah “penyembuh” yang membersihkan jiwa dari sifat sombong dan terlalu mengandalkan dunia.
Konsep sedekah jariyah merupakan investasi paling cerdas yang ditawarkan Islam. Sedekah ini umumnya berupa sumbangan yang manfaatnya berkelanjutan, seperti membangun masjid, sekolah, sumur, atau mencetak buku ilmu yang bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَامَاتَالْإِنْسَانُانْقَطَعَعَمَلُهُإِلَّامِنْثَلَاثَةٍإِلَّامِنْصَدَقَةٍجَارِيَةٍأَوْعِلْمٍيُنْتَفَعُبِهِأَوْوَلَدٍصَالِحٍيَدْعُولَهُ
Artinya: “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Ini adalah tawaran terbesar bagi kita: memastikan akun pahala kita tetap aktif dan terisi, bahkan setelah kita meninggalkan dunia.
Jadi dapat dikatakan bahwa memahami keutamaan sedekah bukan hanya tentang mengetahui dalilnya, melainkan tentang mengubah paradigma dari menghitung-hitung jumlah yang keluar menjadi meyakini janji penggantian dari Dzat Yang Maha Kaya. Sedekah adalah polis asuransi terbaik kita dari kemiskinan dan malapetaka di dunia, serta tiket emas untuk meraih naungan dan kekayaan spiritual di akhirat.