Panggilan Bangkit: Tinggalkan Selimut Kemalasan, Raih Keberkahan Pagi
Mister Kismadi, SE (Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah Kelas Banjarnegara dan MPI Cabang Kalibening

Pagi hari adalah janji baru, sebuah kanvas kosong yang disajikan Tuhan bagi setiap hamba-Nya. Namun, seringkali janji indah itu harus berhadapan dengan “selimut kemalasan” yang begitu hangat dan membuai. Kita semua pernah merasakannya: tarikan bantal, bujukan mata untuk terpejam sedikit lebih lama, bisikan untuk menunda pekerjaan hingga matahari meninggi.
Inilah momen krusial, saat iman dan tekad diuji. Bangkit dari selimut kemalasan di pagi hari bukan sekadar soal mengusir rasa kantuk, melainkan tentang memilih jalan keberuntungan, mendisiplinkan jiwa, dan meraih keberkahan yang Allah hamparkan di waktu fajar.
Mengapa Pagi Hari Begitu Istimewa?
Dalam pandangan Islam, waktu pagi—khususnya setelah Subuh hingga terbit matahari—adalah waktu yang penuh dengan limpahan rezeki dan keberkahan. Waktu ini menjadi penentu kualitas hari yang akan kita jalani.
- Doa Keberkahan Nabi ﷺ
Rasulullah ﷺ secara khusus mendoakan keberkahan bagi umatnya di waktu pagi. Beliau bersabda:
“اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا“
Artinya: “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya (di waktu awal hari).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Hadis ini adalah motivasi terbesar. Dengan bangkit pagi dan memulai aktivitas positif, kita langsung menyambut doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah ﷺ, mengikat diri pada janji keberkahan dalam setiap urusan: rezeki, ilmu, pekerjaan, dan ibadah.
- Kunci Rezeki Dunia dan Akhirat
Ulama salaf sering menasihati agar kita tidak tidur setelah shalat Subuh. Mereka meyakini bahwa tidur di waktu tersebut dapat menghalangi datangnya rezeki. Rezeki di sini tidak hanya berarti materi, tetapi juga rezeki waktu, rezeki kesehatan, dan rezeki hidayah. Memulai hari dengan beribadah dan beraktivitas adalah bentuk upaya menjemput takdir yang baik.
- Pertanda Kehidupan dan Kematian Spiritual
Nabi ﷺ pernah membuat perbandingan yang tajam antara orang yang berzikir (mengingat Tuhannya) dan orang yang lalai (tidak mengingat Tuhannya):
“Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari)
Meninggalkan selimut kemalasan untuk shalat, berzikir, membaca Al-Qur’an, atau segera bekerja adalah tanda kehidupan spiritual. Sebaliknya, terus terlelap dalam kelalaian adalah simbol dari kematian batin.
Strategi Melawan Bisikan Kemalasan
Melawan selimut kemalasan adalah sebuah jihad kecil yang harus dimenangkan setiap hari. Berikut adalah beberapa langkah praktis:
- Kuatkan Niat dan Tetapkan Tujuan.
Tanyakan pada diri sendiri: “Apa tujuan terbesar yang ingin aku capai hari ini?” Niatkan segala aktivitas, bahkan yang duniawi, sebagai ibadah. Saat alarm berbunyi, ingatkan diri bahwa panggilan itu lebih utama daripada kenyamanan sesaat.
- Zikir Sebagai Benteng Awal.
Jangan biarkan bangun tidur menjadi transisi langsung ke dunia. Setelah bangun, segera duduk dan mulai zikir pagi (sebagaimana artikel sebelumnya). Zikir adalah penguatan spiritual yang melindungi hati dari godaan setan dan bisikan menunda-nunda.
- Hindari Penundaan Sedetik Pun.
Godaan terbesar adalah tombol snooze. Begitu alarm berbunyi, segera paksa tubuh untuk bangkit, walaupun harus dengan sedikit paksaan. Berwudhu adalah cara efektif untuk memutus rantai kemalasan karena kesegaran air menghilangkan kantuk.
- Fokus pada Kebaikan Pertama.
Prioritaskan ibadah fardhu (Shalat Subuh) dan amalan sunnah di awal hari. Setelah selesai, mulailah pekerjaan atau belajar yang paling penting. Menyelesaikan satu tugas penting di awal hari akan memberikan dorongan energi positif dan rasa puas yang bertahan hingga petang.
Kesimpulan
Panggilan untuk bangkit adalah panggilan untuk bertanggung jawab atas waktu yang dianugerahkan Allah. Jangan biarkan selimut kemalasan merampas keberkahan rezeki, ilmu, dan waktu Anda. Jadikan waktu pagi sebagai waktu emas, waktu untuk menanam benih amal saleh dan kerja keras, karena hanya dengan begitu kita akan menuai hasilnya di sepanjang hari dan, yang lebih penting, di akhirat kelak.
Sudahkah Anda menanggalkan selimut kemalasan dan menyambut keberkahan pagi hari ini?