Artikel

Etika Seorang Murid Kepada Gurunya

Oleh: Wahyudi Sarju Abdurrahim,Lc,M.M (Anggota Majelis Tablig PWM Jawa Tengah dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muflihun Temanggung)

Dalam Islam, hubungan antara murid dan guru adalah hubungan yang sangat mulia dan sakral. Guru tidak hanya dipandang sebagai pengajar ilmu, tetapi juga sebagai pewaris para nabi yang menyebarkan kebenaran dan membimbing umat ke jalan yang lurus. Oleh karena itu, Islam menuntut seorang murid untuk memiliki etika yang tinggi terhadap gurunya. Etika ini tidak hanya mencerminkan adab, tetapi juga merupakan kunci keberkahan ilmu yang dipelajari.

Dasar-dasar Etika Murid dalam Islam

Etika murid terhadap guru berlandaskan pada Al-Qur’an, Hadis Nabi, dan praktik para ulama salaf.

1. Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis Nabi

  • Menghormati dan Memuliakan Guru. Al-Qur’an mengajarkan pentingnya menghormati orang-orang yang berilmu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.”.”

Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa orang yang berilmu memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, dan oleh karena itu, mereka patut dihormati.

Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya menghormati orang yang lebih tua dan berilmu. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

Artinya: “Bukan dari golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. Tirmidzi). Guru, yang biasanya lebih tua dan memiliki ilmu lebih, termasuk dalam kategori yang wajib dihormati.

  • Rendah Hati dan Taat Sikap rendah hati adalah prasyarat bagi seorang murid untuk dapat menyerap ilmu. Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS dalam Surat Al-Kahfi menjadi contoh nyata. Meskipun Nabi Musa adalah seorang nabi yang mulia, beliau tetap bersikap tawadhu’ (rendah hati) di hadapan Nabi Khidir. Nabi Musa berkata:

قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

“Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku sebagian dari ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al-Kahfi: 66).

Kisah ini menunjukkan bahwa seorang murid harus bersikap tunduk dan patuh kepada gurunya demi mendapatkan ilmu.

Contoh Praktik Para Ulama Salaf

Para ulama terdahulu memberikan teladan terbaik dalam beretika kepada guru. Sikap mereka menjadi acuan bagi kita dalam menuntut ilmu.

  • Imam Syafi’i Imam Syafi’i, salah satu imam mazhab terbesar, sangat memuliakan gurunya, Imam Malik. Beliau berkata:

“Aku tidak pernah membalik lembaran kertas di hadapan Imam Malik, karena takut suaranya mengganggu beliau.” Sikap ini menunjukkan rasa hormat yang luar biasa, di mana seorang murid bahkan menjaga ketenangan agar tidak mengganggu konsentrasi gurunya.

  • Sufyan Ats-Tsauri Seorang ulama besar bernama Sufyan Ats-Tsauri pernah ditanya tentang adab seorang murid. Beliau menjawab:

“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu.” Jawaban ini menekankan bahwa adab adalah fondasi yang lebih penting daripada ilmu itu sendiri, karena tanpa adab, ilmu tidak akan berkah.

  • Imam Ahmad bin Hanbal Imam Ahmad bin Hanbal adalah murid yang setia kepada Imam Syafi’i. Beliau sering mendampingi gurunya, dan ketika ditanya mengapa beliau melakukan itu, Imam Ahmad menjawab:

“Aku telah menemani Syafi’i selama 30 tahun. Selama itu, aku tidak pernah melihat suatu keburukan darinya, bahkan aku tidak pernah merasa kenyang bersamanya. Kami tidak membahas urusan dunia, kecuali hanya sesekali. Syafi’i itu orang yang beradab dan berilmu.” Sikap ini menggambarkan kecintaan dan penghormatan yang mendalam dari seorang murid kepada gurunya, yang menganggap kebersamaan dengan guru sebagai sesuatu yang sangat berharga.

Etika Praktis Seorang Murid

Selain landasan teologis dan teladan para ulama, ada beberapa etika praktis yang perlu diterapkan seorang murid dalam kehidupan sehari-hari:

  • Datang Tepat Waktu dan Bersiap Diri: Murid harus datang ke majelis ilmu lebih awal dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, seperti buku catatan dan alat tulis. Hal ini menunjukkan keseriusan dan penghargaan terhadap waktu guru.
  • Tidak Memotong Pembicaraan: Ketika guru sedang menjelaskan, seorang murid harus mendengarkan dengan seksama dan tidak menyela. Jika ada pertanyaan, tunggulah sampai guru selesai berbicara.
  • Bertanya dengan Sopan: Jika ada hal yang belum jelas, tanyakanlah dengan kata-kata yang santun dan penuh adab. Hindari pertanyaan yang terkesan menguji atau meremehkan.
  • Mendengar dengan Penuh Perhatian: Menatap wajah guru saat beliau berbicara adalah bentuk penghormatan. Menulis catatan saat mendengarkan juga merupakan cara untuk menunjukkan keseriusan dan membantu dalam mengingat materi.
  • Membantu Guru: Jika memungkinkan, tawarkanlah bantuan kepada guru, baik dalam urusan kecil maupun besar. Ini menunjukkan rasa bakti dan terima kasih.

Keberkahan Ilmu dan Relasi Murid-Guru

Hubungan antara murid dan guru dalam Islam tidak sekadar hubungan transaksional antara pemberi dan penerima informasi. Ini adalah hubungan spiritual yang bertujuan untuk mendapatkan keberkahan. Ketika seorang murid beradab, hatinya akan terbuka untuk menerima ilmu, dan ilmu yang masuk akan menjadi berkah, tidak hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Sebaliknya, ilmu yang diperoleh tanpa adab ibarat air yang jatuh ke tanah tandus, ia akan menguap dan tidak menghasilkan buah apa pun.Para ulama menasihati bahwa adab jauh lebih penting daripada ilmu. Imam Malik pernah berkata kepada seorang pemuda dari Bani Hasyim, “Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.” Nasihat ini begitu mendalam karena ilmu yang tidak dihiasi adab hanya akan menimbulkan kesombongan.

Kesimpulan

Etika seorang murid terhadap gurunya bukanlah sekadar formalitas, melainkan prinsip fundamental dalam Islam yang menentukan keberkahan dan manfaat ilmu. Dengan menghormati, rendah hati, dan beradab kepada guru, seorang murid tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga meneladani akhlak mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para ulama terdahulu. Ilmu yang diperoleh dengan adab akan menjadi cahaya yang menerangi kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.

Ponpes Al-Muflihun memberikan kesempatan bagi Anda untuk berzakat, berwakaf dan berinfak untuk keperluan santri dhuafa dan anak yatim yang mukim di Pondol. Kirimkan dana anda melalui LazizMu KLL Ponpes Al Muflihun:

Kirim ke LazisMu KL Ponpes Al-Muflihun

No Rek: BSI: 7890090073

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Check Also
Close
Back to top button