
Shalawat adalah ibadah yang mulia. Namun, penting untuk memahami maknanya dan memastikan praktiknya sesuai dengan ajaran Islam, karena beberapa shalawat dapat mengandung unsur bid’ah, syirik, atau bahkan kekufuran. Ustadz Mujiman dan Ustadz Sofyan Chalid Ruray menjelaskan bahwa banyak umat Islam mungkin membaca atau mengamalkan shalawat tanpa menyadari kandungan maknanya yang menyimpang.
I. Shalawat dan Praktik yang Dianggap Bermasalah/Menyimpang
A. Mengandung Syirik, Kekufuran, atau Berlebihan (Ghuluw) dalam Menyifati Nabi
-
- Shalawat Tibbil Qulub:
-
-
- Lafaz yang Dianggap Bermasalah: “Allahumma sholli ala sayyidina Muhammadin tibbil qulub wa dawaiha wa afiyatil abdani wa syifaiha wa nuril absari wa dhiyaiha“.
- Alasan Menyimpang: Maknanya yang menyifati Nabi Muhammad SAW sebagai “penawar hati dan pengobatnya,” “penyehat dan penyembuh badan,” serta “cahaya dan penerang pandangan mata” dinilai berlebihan. Penyembuh dan penyehat sejati adalah Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW sendiri tidak mampu memberi manfaat atau mencegah bahaya dari dirinya kecuali atas kehendak Allah (QS. Al-A’raf ayat 188). Lafaz ini merupakan gubahan para “tuan guru” atau ahli syair, bukan yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW, sahabat, tabi’in, atau imam mujtahid.
-
-
- Shalawat Nariyah (juga dikenal sebagai Tafrijiyah atau Kurtubiyah):
- Lafaz yang Dianggap Bermasalah: Diawali dengan “Allahumma sholli sholatan kamilatan wasallim salaman tamman ala sayyidina Muhammadin...”.
- Alasan Menyimpang: Makna dari shalawat ini, seperti “…yang dengan beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang diinginkan dapat digapai,” dianggap bertentangan dengan akidah tauhid. Hanya Allah SWT yang mampu mengurai keruwetan hidup, menghilangkan kesusahan, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan permintaan(QS. An-Naml 62). Jika diyakini bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri yang dapat melakukan hal-hal tersebut, maka ini bisa menjadi syirik. Shalawat ini juga dianggap bid’ah karena tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
- Shalawat Nariyah (juga dikenal sebagai Tafrijiyah atau Kurtubiyah):
-
- Shalawat Burdah (Syair Al-Bushiri):
-
-
- Alasan Menyimpang: Syair ini mengandung kesyirikan yang parah. Contoh lafaznya: “Wahai makhluk yang paling mulia, tidak ada tempat aku berlindung kecuali kepadamu ketika aku ditimpa musibah“. Ini mengesampingkan Allah SWT sebagai satu-satunya tempat berlindung. Selain itu, ada klaim bahwa “di antara anugerahmu dunia dan akhiratnya” dan “ilmu yang engkau miliki ilmu tentang Lauhul Mahfuzh dan catatan takdir”. Padahal, dunia dan akhirat adalah milik Allah SWT(QS. Al-Lail 13) dan hanya Allah SWT yang mengetahui perkara gaib (QS. An-Naml 65).
- Sifat yang Kurang Tepat: Penyebutan Nabi Muhammad SAW sebagai “habib” (kekasih) dalam shalawat Burdah juga dinilai kurang tepat oleh ulama. Tingkatan cinta yang lebih tinggi adalah “khalil” (sahabat karib), dan Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa Allah SWT telah menjadikannya sebagai “khalil,” sama seperti Nabi Ibrahim AS. Hanya dua hamba yang mencapai tingkatan “khalil” ini, yaitu Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS.
-
-
- Shalawat Fatih (Gubahan At-Tijani):
- Alasan Menyimpang: Shalawat ini dianggap bid’ah dan mengandung kekufuran, serta merupakan kedustaan atas nama Rasulullah SAW. Klaim pendiri Tarekat Tijaniyah, At-Tijani, bahwa membaca shalawat ini satu kali setara dengan membaca Al-Qur’an 30 juz sebanyak 6 kali, atau bahkan 6.000 kali, adalah kekufuran. Ini menyamakan atau bahkan menganggap ucapan makhluk lebih baik dari kalam Allah (Al-Qur’an). Tidak ada satu pun dalil, baik shahih maupun dhaif, yang mendukung klaim fadilah semacam ini, dan mengklaimnya sebagai sabda Nabi Muhammad SAW adalah kebohongan besar. Nabi SAW telah mengingatkan bahwa siapa pun yang berdusta atas namanya dengan sengaja, tempatnya adalah neraka.
- Shalawat Fatih (Gubahan At-Tijani):
B. Bid’ah dalam Lafaz, Penggunaan, atau Praktik
-
- Penggunaan Lafaz atau Nama yang Tidak Tepat:
-
-
- Shalawat Badar: Penyebutan “Toha” dan “Yasin” sebagai nama Nabi Muhammad SAW tidak memiliki dalil shahih. Shalawat Badar juga menggunakan sifat “habibullah” untuk Nabi, yang seharusnya “khalilullah”.
- Tawasul yang Bid’ah:
- Shalawat Badar dan Burdah: Lafaz seperti “tawassalna bismillahi wabilhadi Rasulillah”(kami bertawasul dengan Nabi Muhammad SAW) dan “wa kullu mujahidin lillahi bi ahli Badr ya Allah” (bertawasul dengan para mujahid peserta Perang Badar) adalah tawasul yang bid’ah. Begitu pula dalam shalawat Burdah, ada lafaz “Ya Rabb bil Musthofa balligh maqashidana” (wahai Rabb, dengan Al-Mustafa sampaikan kami kepada maksud-maksud kami). Tawasul semacam ini tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan setiap amalan yang tidak memiliki petunjuk dari beliau adalah tertolak.
- Menentukan Jumlah Khusus Tanpa Dalil:
- Meskipun dianjurkan memperbanyak shalawat, menentukan jumlah khusus (misal 100 kali, 1.000 kali, atau 4.444 kali untuk Shalawat Nariyah, atau 6.000 kali untuk Shalawat Fatih) tanpa dalil yang jelas adalah bid’ah. Setiap bid’ah adalah sesat dan tempatnya di neraka.
- Meyakini Keutamaan Khusus Tanpa Dalil:
- Keyakinan bahwa membaca shalawat Nariyah 4.444 kali akan mengabulkan semua permintaan, atau membaca shalawat Fatih 100 kali pada malam Jumat dapat menghapus dosa 400 tahun, merupakan keyakinan yang bid’ah. Menetapkan pahala, barokah, atau fadilah memerlukan dalil syar’i.
- Menentukan Waktu atau Tempat Khusus Tanpa Dalil:
- Membatasi perbanyakan shalawat pada hari atau waktu tertentu (seperti hari Senin atau Kamis) tanpa dalil adalah bid’ah. Namun, memperbanyak shalawat pada hari Jumat diperbolehkan karena ada dalilnya.
- Menentukan tempat-tempat khusus (selain yang sudah disyariatkan seperti saat memasuki atau keluar masjid, atau di Masjid Nabawi) untuk memperbanyak shalawat tanpa dalil juga termasuk bid’ah.
- Menambahkan Lafaz Shalawat pada Keadaan yang Tidak Disyariatkan:
- Menambah kumandang shalawat saat adzanadalah bid’ah. Bershalawat setelah adzan memang disyariatkan, tetapi menambahkannya ke dalam lafaz adzan itu sendiri tidak.
- Sahabat Ibnu Umar RA pernah melarang seseorang yang bersin lalu mengucapkan “Alhamdulillah wa sallam ‘ala Rasulillah“, karena Nabi SAW hanya mengajarkan mengucapkan “Alhamdulillah” saat bersin. Jika lafaz sudah ditetapkan dalam syariat tanpa shalawat, jangan ditambah-tambahi.
- Syair atau Lagu yang Menyesatkan Akidah:
- Beberapa syair yang dianggap shalawat, seperti “malam Jemuah poro mayit podo tilik omah bali ing kuburan” (malam Jumat para mayat menengok rumah dan kembali ke kuburan), sebenarnya menanamkan keyakinan yang merusak akidah. Hal ini bertentangan dengan konsep alam barzakh (alam kubur) yang “terdinding” dan “terhijab,” di mana mayat tidak bisa kembali ke dunia.
-
C. Praktik Shalawat yang Dilarang
-
- Bershalawat Sambil Bernyanyi atau Diiringi Musik:
-
-
- Bershalawat sambil bernyanyi-nyanyi atau diiringi musik, apalagi sampai berjoget, adalah bid’ah. Musik itu sendiri dianggap maksiat berdasarkan kesepakatan ulama empat mazhab dan hadis-hadis shahih. Menggunakan musik dalam ibadah dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap syariat dan Nabi Muhammad SAW.
- Bershalawat dengan Suara Keras atau Berjamaah (seperti Paduan Suara):
- Pada dasarnya, berdoa (termasuk bershalawat) dianjurkan untuk dipelankan, bukan dikeraskan. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa Allah SWT Maha Mendengar dan Maha Dekat, sehingga tidak perlu mengeraskan suara seperti berdoa kepada yang tuli atau jauh. Melakukan shalawat secara berjamaah, dipimpin oleh seseorang lalu diikuti oleh jamaah dengan satu suara seperti kor, juga merupakan cara yang bid’ah karena tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW.
-
II. Shalawat yang Dianjurkan dan Keutamaannya
A. Prinsip dan Contoh Shalawat yang Sesuai Sunnah:
-
- Bacalah shalawat yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Janganlah berlebih-lebihan kepada Nabi, karena umat terdahulu binasa akibat berlebihan dalam agama. Tempatkan Nabi sebagai hamba dan utusan Allah SWT.
- Contoh Shalawat yang Dituntunkan:
- Shalawat yang dibaca saat shalat (dalam tasyahhud awal maupun akhir), yang memiliki berbagai variasi lafaz yang kurang lebih mirip.
- Lafaz shalawat yang sederhana dan jelas seperti: “Alaihissalatu wassalam,” “Shallallahu alaihi wasallam,” atau “Allahumma sholli ala Muhammad“.
B. Keutamaan Membaca Shalawat yang Benar:
-
- Allah SWT akan bershalawat (memberikan rahmat dan pujian) kepada pembacanya 10 kali.
- Dosa-dosa akan dihapus sebanyak 10.
- Derajat akan ditingkatkan sebanyak 10 kali.
- Allah SWT akan menurunkan rahmat dan maghfirah(ampunan).
- Termasuk orang yang paling dekat kedudukannya dengan Nabi Muhammad SAW di Hari Kiamat (“aqrabuhum minni manzilah”).
- Akan mendapatkan syafaat(pertolongan) Nabi Muhammad SAW.
- Shalawat yang dibaca akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
- Shalawat adalah salah satu sebab terkabulnya doa, karena “setiap doa terhalang sampai berselawat kepada Nabi”.
- Shalawat yang mutlak (umum) dapat dibaca kapan saja(pagi, siang, sore, maupun malam).
III. Prinsip Umum dalam Bershalawat
Penting untuk diingat bahwa ibadah yang paling utama bukanlah yang paling banyak atau paling indah lafaznya, melainkan yang paling sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Berhati-hatilah terhadap ucapan atau amalan yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan jangan mudah terpesona oleh kata-kata indah yang justru dapat menyesatkan. Mari jaga kemurnian tauhid dan jauhi segala bentuk syirik dan bid’ah dalam beribadah, termasuk dalam bershalawat kepada Rasulullah SAW. Ibadah membutuhkan ilmu, bukan sekadar mendengarkan tanpa pemahaman yang benar.
Referensi Link Youtube:
- Ustadz Mujiman: https://www.youtube.com/watch?v=CIEJRVkSfII
- Ustadz Sofyan Chalid Ruray: https://www.youtube.com/watch?v=Fn3pS5HqScc