KhutbahKhutbah Jum'at

Khutbah Jumat : Membimbing Nafsu Agar Tidak Terjerumus pada Kerugian

Oleh : Galuh Andi Luxmana, M.Pd. (Majelis Tabligh PWM Jateng)

Khutbah Jumat: Membimbing Nafsu Agar Tidak Terjerumus pada Kerugian

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ‎وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Laksanakanlah perintah-perintah-Nya dan jauhilah segala larangan-Nya. Ingatlah, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara, dan sebaik-baik bekal adalah ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hadirin jamaah Jumat yang mulia, hari ini hati kita kembali dipertemukan dalam rumah Allah yang penuh berkah ini. Namun, di balik ketenangan ini, mari sejenak kita merenungkan tentang sebuah kekuatan dahsyat yang bersemayam dalam diri kita masing-masing: nafsu.

Nafsu, ibarat api yang membara. Jika dipelihara dengan bijak, ia akan menghangatkan dan menerangi jalan hidup kita. Namun, jika dibiarkan liar tak terkendali, ia akan membakar habis segala kebaikan, menghanguskan amal ibadah, dan menjerumuskan kita ke dalam jurang kerugian yang tak bertepi.

Betapa sering kita menyaksikan, bahkan mungkin mengalami sendiri, bagaimana nafsu telah membutakan mata hati. Nafsu dunia yang menggelora, hasrat untuk memiliki harta yang berlimpah tanpa menghiraukan halal dan haram. Nafsu kekuasaan yang memabukkan, hingga tega menginjak-injak hak sesama. Nafsu syahwat yang menyesatkan, menjauhkan kita dari ridha Allah.

Lihatlah betapa banyak orang yang terjerumus dalam kubangan korupsi, menjarah hak-hak rakyat demi memuaskan nafsu serakahnya. Mereka mengira telah meraih keuntungan duniawi, padahal di sisi Allah, kerugian besar telah menanti. Mereka membangun istana di dunia, namun merobohkan istananya di akhirat.

Saksikanlah pula bagaimana nafsu amarah yang tak terkendali telah merusak hubungan antar sesama. Pembulian, permusuhan, bahkan pertumpahan darah terjadi hanya karena ego dan nafsu yang tidak mampu diredam. Kita saling menyakiti, padahal kita adalah saudara dalam iman.

Dan betapa banyak pula yang terperosok dalam jerat judi online, terbuai oleh janji-janji palsu kekayaan instan. Mereka mempertaruhkan harta, keluarga, bahkan masa depan mereka hanya demi memuaskan nafsu sesaat. Akhirnya, yang tersisa hanyalah penyesalan dan kerugian yang mendalam.

Wahai kaum muslimin, sadarlah! Nafsu adalah ujian yang sangat berat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika kita gagal mengendalikannya, maka kerugian yang nyata akan menimpa kita, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat yang kekal.

Allah Azza wa Jalla telah memperingatkan kita dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an Surah Al-Asr:

وَالْعَصْرِۙ ۝ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ۝ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Asr: 1-3)

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa mayoritas manusia berada dalam kerugian. Mengapa? Karena mereka lebih mengikuti hawa nafsu duniawi daripada petunjuk Allah. Kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran. Inilah benteng yang dapat melindungi kita dari kerugian akibat mengikuti nafsu yang menyesatkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah memberikan nasihat yang sangat berharga tentang bahaya mengikuti hawa nafsu. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, beliau bersabda:

“اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ ”

“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kosong kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Hadits ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap nafsu. Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mengekang keinginan duniawi yang berlebihan dan fokus pada persiapan untuk kehidupan akhirat yang abadi. Sebaliknya, orang yang lemah adalah mereka yang menjadi budak nafsunya, terus menerus mengejar kesenangan dunia tanpa memikirkan akibatnya di akhirat.

Wahai saudara-saudaraku seiman, mari kita introspeksi diri. Sudahkah kita mampu membimbing nafsu kita ke jalan yang benar? Ataukah selama ini kita justru diperbudak olehnya? Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian, ataukah kita hanya terlena dengan gemerlap dunia yang fana ini?

Ingatlah, penyesalan di akhirat tidak akan berguna lagi. Kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri hanyalah ada di dunia ini. Maka, selagi Allah masih memberikan kita waktu dan kesempatan, mari kita berjuang sekuat tenaga untuk mengendalikan nafsu kita, mendekatkan diri kepada Allah, dan memperbanyak amal saleh.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita kekuatan untuk melawan hawa nafsu yang buruk, membimbing kita ke jalan yang lurus, dan menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah 2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button