Khutbah Jum'at

Khutbah Jum’at: Fikih Informasi dan Jiwa Jurnalis Dakwah

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag, M.Pd/ Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag, M.Pd

Khutbah Pertama

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الكِتَابَ، وَجَعَلَهُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالفُرْقَانِ.

نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ أَوَّلًا بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ التَّقْوَى، وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah,

Saat ini kita hidup di zaman yang disebut sebagai era digital—sebuah zaman di mana informasi hadir begitu cepat, deras, dan nyaris tanpa sekat. Dengan hanya satu klik, kabar bisa tersebar ke seluruh dunia. Tapi sayangnya, tidak semua kabar membawa kebaikan. Banyak pula informasi yang menyesatkan, membingungkan, bahkan merusak persatuan umat.

Di tengah arus besar ini, umat Islam tidak bisa tinggal diam. Kita perlu memiliki panduan yang jelas dan prinsip yang kokoh dalam menyikapi, memilih, dan menyebarkan informasi. Inilah yang dalam khazanah Islam disebut sebagai fikih informasi—yakni cara pandang syar’i dan etis dalam berinteraksi dengan berita, data, dan narasi kehidupan.

Lebih dari itu, umat juga membutuhkan para penyampai informasi yang berjiwa tangguh dan berhati jernih. Merekalah para jurnalis dakwah—bukan sekadar penulis atau pembuat konten, tetapi pejuang dakwah yang membawa cahaya Islam dalam ruang digital.

Namun untuk menjadi jurnalis dakwah yang sejati, tidak cukup hanya dengan kemampuan teknis. Harus ada kekuatan jiwa. Harus ada yang disebut sebagai panca jiwa jurnalis dakwah: jiwa muaddib, musaddid, mujaddid, muwahhid, dan mujahid.

Oleh karena itu, khutbah hari ini akan mengajak kita semua merenungi dua hal penting yang menjadi fondasi dakwah digital kita: fikih informasi dan jiwa jurnalis dakwah. Dua hal yang jika dipadukan, akan menjadi sayap kokoh untuk menerbangkan risalah Islam yang rahmatan lil ‘alamin di langit digital dan kehidupan nyata.

Di tengah derasnya arus informasi yang kita hadapi hari ini—melalui media sosial, pesan berantai, situs berita, maupun forum-forum diskusi—umat Islam harus menyadari bahwa informasi bukanlah benda mati. Ia hidup, mengalir, dan punya kuasa. Bahkan, informasi hari ini bisa menggerakkan pasar, membentuk opini publik, menciptakan persepsi politik, hingga memicu konflik sosial. Maka, tidak berlebihan jika informasi dianggap sebagai senjata abad ini: bisa menjadi sarana penyelamat, tetapi juga bisa berubah menjadi bencana, tergantung siapa yang menggunakannya dan dengan niat apa ia disebarkan.

Islam tidak tinggal diam. Dalam khazanah syariat dan peradabannya, Islam membangun satu konsep penting yang disebut fikih informasi. Yakni panduan syar’i dan etis dalam menyikapi dan mengelola informasi. Islam bukan hanya mendorong umatnya untuk menyampaikan berita dengan benar, tetapi juga menyaring, memilah, memverifikasi, dan memaknai informasi sebelum ia disebarkan. Ini adalah bentuk tanggung jawab kolektif yang tak bisa ditawar.

Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah,

Dalam kerangka fikih ini, para ulama menyebutkan bahwa informasi berfungsi bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai instrumen dakwah dan perubahan sosial. Ada delapan fungsi strategis yang dijelaskan:

  1. Ta’lim – informasi harus mengajar, mencerdaskan, bukan membodohi. Setiap kabar yang kita sebar seharusnya membawa nilai pendidikan.
  2. Tanwir – informasi seharusnya memberi cahaya bagi akal dan hati umat, bukan menambah gelapnya prasangka.
  3. Taudhih – informasi berfungsi untuk menjelaskan, meluruskan yang simpang siur, bukan memperkeruh suasana.
  4. Tajdid – sebagai pembaru, informasi seharusnya menyegarkan semangat umat dengan nilai-nilai Islam yang sesuai zaman, bukan terjebak pada wacana lama yang tidak relevan.
  5. Tau’iyah – menyadarkan. Informasi yang baik akan menggugah kesadaran sosial, spiritual, dan moral umat.
  6. Tarjih – memperkuat nilai yang benar, bukan sekadar menyebar fakta yang belum tentu maslahat.
  7. Tanzhim – membantu keteraturan umat, menjadi acuan dalam mengambil sikap bersama.
  8. Wasilah al-hiwar – menjadi sarana dialog, bukan provokasi atau adu domba.

Bayangkan, jika informasi yang kita sebar hari ini tidak mendidik, tidak mencerdaskan, tidak memberi arah dan persatuan, maka pada dasarnya kita telah mengkhianati fungsi dakwah yang melekat dalam setiap kata dan narasi.

Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah,

Jika informasi memiliki kekuatan luar biasa, maka tentu yang menyampaikannya pun harus memiliki kekuatan moral dan spiritual. Di sinilah pentingnya apa yang disebut sebagai panca jiwa jurnalis dakwah—lima karakter batiniah yang harus dimiliki oleh setiap Muslim yang terlibat dalam aktivitas penyampaian informasi, terlebih dalam dunia dakwah media.

Pertama, jiwa Muaddib – pendidik.
Seorang jurnalis dakwah adalah seorang guru, pengasuh jiwa umat melalui tulisannya, narasinya, dan ucapannya. Ia tidak menyampaikan informasi dengan nada murka, sinis, atau menjatuhkan, tapi mengajak, mendidik, dan menuntun umat kepada nilai-nilai Islam. Maka setiap kata harus menjadi nasihat, bukan caci maki.

Kedua, jiwa Musaddid – pelurus.
Ia tidak hanya menyampaikan berita, tapi memastikan bahwa berita itu benar, valid, berimbang. Ia menolak menyebar hoaks, tidak tergoda oleh klik, viral, atau sensasi. Ia lebih memilih kebenaran daripada kepopuleran.

Ketiga, jiwa Mujaddid – pembaharu.
Dalam menghadapi zaman yang terus berubah, jurnalis dakwah harus mampu menyegarkan cara pandang umat. Ia tidak sekadar mengulang-ulang wacana lama, tapi membawanya ke konteks baru, dengan gaya dan pendekatan yang sesuai dengan tuntutan zaman, tanpa kehilangan ruh keislaman.

Keempat, jiwa Muwahhid – pemersatu.
Ia tidak membuat narasi yang memecah belah, tidak menjadikan perbedaan sebagai bahan bakar konflik. Ia justru menjadikan medianya sebagai ruang dialog, tempat berbagai pandangan bisa saling menyapa dalam bingkai ukhuwah.

Kelima, jiwa Mujahid – pejuang.
Ia berani menyampaikan kebenaran walaupun itu pahit. Ia tidak takut mengambil posisi membela keadilan. Ia tidak mudah tergoda oleh kekuasaan atau keuntungan. Ia terus menyuarakan Islam sebagai rahmat bagi semesta, bukan hanya untuk kelompoknya saja.

Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah,

Kelima jiwa ini bukan teori semata. Di tengah maraknya konten destruktif, ujaran kebencian, manipulasi informasi, dan eksploitasi media, menanamkan panca jiwa ini adalah bentuk jihad informasi yang sangat dibutuhkan hari ini. Tanpa itu, kita hanya akan menjadi penyebar sensasi, bukan pembawa cahaya.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته، إنه هو السميع العليم.

أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم.

Khutbah Kedua

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله تعظيماً لشأنه، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

للَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الدُّعَاةِ إِلَى رِسَالَتِكَ بِالحِكْمَةِ وَالمَوْعِظَةِ الحَسَنَةِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا، لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ.عباد الله،

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى، وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون.

فاذكروا الله يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.

Wa aqimish shalah.

Unduh File Khutbah ini di sini!
KHUTBAH JUM’AT FIKIH INFORMASI

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button