
Kematian adalah kepastian yang tak bisa dihindari. Setiap jiwa akan mencicipinya. Namun, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan yang panjang dan abadi di alam barzakh. Di alam ini, setiap insan akan mendapati balasan atas amal perbuatannya. Ada yang merasakan nikmat kubur, dan ada pula yang disiksa dengan pedih. Lalu, bagaimana kita bisa memastikan kubur kita menjadi taman dari taman-taman surga? Mari kita pelajari amalan-amalan yang menjadi bekal penting.
Al-Quran dan hadis Nabi SAW secara jelas menggambarkan kondisi di alam kubur. Allah SWT berfirman:
وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Artinya: “Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 100)
Ayat ini menegaskan adanya alam transisi yang disebut barzakh, di mana arwah berada hingga hari kiamat. Di alam ini, setiap amal perbuatan akan mendatangkan konsekuensi.
Hadis Nabi SAW pun memberikan gambaran yang jelas. Rasulullah SAW bersabda tentang seorang hamba yang beriman di alam kubur:
فَيَقُولُ الْمَلَكَانِ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ. فَيَقُولَانِ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ. فَيَقُولَانِ: مَنْ هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللَّهِ. فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ، فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا، وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ
Artinya: “Kedua malaikat bertanya, ‘Siapa Tuhanmu?’ Dia menjawab, ‘Tuhanku adalah Allah.’ Mereka bertanya, ‘Apa agamamu?’ Dia menjawab, ‘Agamaku adalah Islam.’ Mereka bertanya, ‘Siapa lelaki yang diutus di antara kalian ini?’ Dia menjawab, ‘Dia adalah Rasulullah.’ Maka, malaikat berseru dari langit, ‘Sungguh benar hamba-Ku, bentangkanlah baginya permadani dari surga, pakaikanlah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya pintu menuju surga.’ Maka, datanglah kepadanya aroma dan keharuman surga, dan dilapangkanlah kuburnya seluas pandangan mata.” (HR. Abu Dawud)
Selain amalan yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa amalan lain yang juga sangat efektif menjadi penyelamat dari siksa kubur:
- Sholat Fardu yang Terjaga
Shalat adalah tiang agama. Menjaga shalat lima waktu dengan khusyuk dan tepat waktu adalah salah satu amalan terpenting. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Ahwalul Qubur menyebutkan bahwa amal shalat akan datang dalam rupa cahaya dan akan menjadi teman di dalam kubur. Shalat yang dikerjakan dengan benar adalah wujud nyata dari ketaatan seorang hamba kepada Rabbnya, dan ketaatan ini akan melindunginya dari azab.
- Sedekah Jariyah
Sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya terus mengalir meskipun pemberinya telah meninggal. Amalan ini sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, sumur, atau mendanai pendidikan, akan terus menghasilkan pahala yang menerangi kubur dan menjauhkan dari azab.
- Kesabaran Menghadapi Musibah dan Sakit.
Sakit dan musibah bisa menjadi penghapus dosa. Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ، إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
Artinya: “Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu penyakit atau sesuatu yang lebih ringan dari itu, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Meninggal dalam keadaan sakit, terutama jika sabar dan ridha, bisa menjadi sebab diampuninya dosa-dosa, yang pada akhirnya akan menyelamatkan dari siksa kubur.
- Berbakti Kepada Orang Tua.
Ridha Allah terletak pada ridha orang tua. Berbakti kepada keduanya adalah amal yang sangat mulia. Imam Al-Qurthubi, seorang mufasir terkenal, pernah menyatakan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu amalan yang bisa meringankan bahkan menghilangkan azab kubur, karena ia adalah salah satu amalan paling dicintai oleh Allah.
- Menjauhi Dosa Dosa Besar
Azab kubur adalah konsekuensi dari kemaksiatan. Beberapa hadis secara spesifik menyebutkan dosa-dosa yang bisa menyebabkan azab kubur, seperti mengadu domba (namimah) dan tidak menjaga kebersihan dari air kencing. Rasulullah SAW pernah melewati dua kuburan dan bersabda:
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
Artinya: “Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa karena dosa besar (yang sulit dihindari), melainkan karena perbuatan yang (sebenarnya) bisa dihindari. Salah satunya tidak menjaga kebersihan dari air kencing, dan yang lainnya gemar mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari)
Para ulama, dari masa ke masa, selalu menekankan pentingnya persiapan menghadapi kematian. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah ditanya tentang amalan yang paling dicintai Allah, beliau menjawab, “Amal yang paling dicintai Allah adalah menjaga shalat.” Ini menunjukkan bahwa fondasi utama keselamatan adalah ketaatan kepada Allah melalui ibadah-ibadah wajib.
Sebagai penutup, amalan-amalan ini adalah jembatan kita menuju kubur yang lapang dan bercahaya. Janganlah kita hanya mengandalkan amalan-amalan ringan, tetapi haruslah kita menyempurnakan seluruh ibadah wajib kita dan menjauhi segala larangan Allah. Persiapan terbaik adalah taubat yang tulus dan istiqamah di jalan kebenaran. Semoga Allah SWT menjadikan kubur kita sebagai taman dari taman-taman surga. Aamiin.
Oleh: Suyanto (Pengurus PCM Bawang dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)