IbadahTabligh MenjawabTuntunan

Bolehkah Bermakmum Kepada Imam Yang Beda Niat?

Seseorang pernah bertanya kepada ustadznya, tentang kebiasaanya bersama istrinya. Bahwa dia terbiasa setelah solat fardu berjamaah di masjid, segera pulang ke rumah, untuk dapat solat berjamaah dengan istrinya. Lalu bagaimanakah hukumnya?

Secara ringkas, hal itu diperbolehkan. Saat imam berbeda niat dengan makmumnya. Tidak hanya dalam kasus di atas saja, tapi semua kasus beda niat antara imam dan makmum dalam solat berjamaah. Hal ini ditegaskan oleh imam Nawawi dalam Majmuk Syarah Muhazab.

Misalnya imam niat solat sunah, dan makmum niat solat wajib, atau sebaliknya. Contoh pertama seperti kasus di atas, sang suami tentu berniat solat sunah, bakdiyah fardu misalnya. Sedangkan sang istri, berniat solat fardu, sesuai waktu pelaksanaanya. Adapun contoh kasus sebaliknya, jika sang imam niat solat nazar 2 rakaat, sedangkan makmumnya berniat solat fardu, maka tetap sah, tidak ada masalah.

Perbedaan niat imam dan makmum, juga diperbolehkan dalam konteks sama-sama solat wajib yang jumlah rakaatnya sama, seperti zuhur dan ashar. Contoh yang paling banyak terjadi adalah solat jamak, khususnya jamak takhir. Ada kalanya imam sedang solat ashar, tapi makmum yang baru datang dari tempat wudu, solat di belakangnya dengan niat solat zuhur takhir. Hal ini diperbolehkan, Majelis Tarjih Muhammadiyah juga memfatwakan serupa (Tanya Jawab Agama jilid 4 Hal. 128).

Pendapat ini dilandasi hadis tenteng kejadian sahabat Muadz bin Jabal ra. yang terbiasa solat isya berjamaah bersama Nabi, lalu ia segera pulang ke kaumnya, untuk menjadi imam mereka dalam solat isya berjamaah.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : إِنَّ مُعَاذًا كَانَ يُصَلِّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشَاءَ الآخِرَةِ, ثُمَّ يَرْجِعُ إِلى قَوْمِهِ فَيُصَلِّى بِهِمْ تِلْكَ الصَّلَاةَ. (رواه البخارى)

“Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu ia berkata : “Sesungguhnya Muadz bin Jabal dahulu melakukan shalat isya, kemudian Kembali ke kaumnya dan melakukan shalat sunnah beserta kaumnya shalat isya.” (HR. Bukhari)

Dalam Riwayat Asy-Syafi’I dan Ad-Daruquthni disebutkan bahwa ada tambahan kata Nabi Saw.: “(Shalat itu) untukmu yang sunnah, sedang untuk kaummu yang wajib.”

Walhasil, perbedaan niat solat antara imam dan makmum bukan masalah, dan tidak menjadikan batalnya salat. Wallahu a’lam bil shawab []

Oleh: Muhammad Rifqi Arriza, Lc. MA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Check Also
Close
Back to top button