Khutbah : Gerhana dan optimalisasi Ibadah yang Bersifat Ilmiah
Oleh : M. Abdurrasyid

Khutbah Gerhana Bulan : Gerhana dan optimalisasi Ibadah yang Bersifat Ilmiah
Khutbah 1
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَا لْأَرْضَ وَاخْتِ لَا فَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي ا لْأَلْبَابِ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّاللهُوَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَمَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَ أَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْ ئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا
الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُاللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَىاللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَاللهُتَعَالَى : وَمِنْ ءَاٰيَتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُۚ
لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَ لَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّه ٱِلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Hadirin rahimakumullah,
Fenomena gerhana matahari dan bulan sejak dahulu selalu menjadi perhatian umat manusia. Dahulu kala gerhana telah menginspirasi lahirnya berbagai cerita mitos, seperti Betara Kala atau kadang dikaitkan dengan peristiwa tertentu yang dianggap relevan. Sebagai contoh fenomena gerhana di zaman Rasulullah SAW justru dikaitkan dengan kematian putra beliau.
Akan tetapi, saat ini semuanya telah berubah. Manusia semakin paham bahwa gerhana adalah sebuah fenomena alam yang bersifat konstan mengikuti hukum kosmik yang berlaku dan tidak bisa dihindari oleh siapapun. Hal ini menunjukkan bahwa ada Dzat Yang Maha Agung sebagai pengendali alam semesta melalui hukum kosmik yang begitu akurat dan sempurna. Keberadaan hukum kosmik tersebut tidak mungkin direka-reka apalagi dimodifikasi oleh umat manusia dan menjadi hujjah nyata ada Tuhan yang memang wajib disembah.
Oleh karenanya, manusia dengan penuh kesadaran harus mengakui bahwa sejatinya dia hanya makhluk lemah dan bodoh di hadapan Sang Pencipta. Sehingga sudah sepatutnya manusia tidak merasa tinggi hati meskipun dianggap hebat di kalangan sesama.
Hadirin rahimakumullah,
Fenomena gerhana memang tidak pernah disinggung secara langsung dalam Al-Quran. Namun demikian, ada beberapa ayat yang menunjukkan bahwa hukum kosmik alam semesta itu nyata adanya. Seperti yang tertuang dalam surat Yasin ayat 38-40.
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ ٣٨
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ ٣
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ ٤٠
“(Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Begitu juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Berdasarkan ayat tersebut kita disuguhi fakta bahwa matahari dan bulan beredar di lintasannya masing-masing dan tidak mungkin bertumbukan. Informasi tersebut juga membuat logika bahwa gerhana adalah fenomena alam semakin nyata dan bisa dipelajari. Sehingga kita harus bersyukur kepada Allah SWT karena dengan adanya anugerah akal telah memungkinkan lahirnya ilmu astronomi dan metode hisabiah. Dengan ilmu dan metode tersebut manusia kemudian mampu menghitung secara tepat, kapan dan dimana gerhana akan terjadi. Bukan hanya yang terdekat, namun jauh ke depan di masa yang akan datang. Melalui pendekatan hisabiah kita akhirnya menjadi semakin yakin bahwa islam adalah agama benar dan tidak mungkin kontradiksi dengan pengetahuan ilmiah.
Hadirin rahikamullah,
Melalui pendekatan ilmiah berbasis pada metode hisabiah pula, umat islam hari ini mampu mempersiapkan diri untuk merencanakan lebih baik dalam rangka melenggarakan shalat sunnah setiap kali gerhana terjadi. Padahal tanpanya umat islam bisa saja melewatkan amalan sunnah yang bersifat muakkadah tersebut. Bagaimanapun juga, hukum asal perintah shalat sunnah gerhana hanya dilakukan bila kita menyaksikannya secara langsung. Sebagaimana tertuang dalam hadis berikut:
الْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ : اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيْمَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوْا حَتَّى تَنْكَشِفَ
Artinya: “Pada zaman Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari, yaitu pada hari wafatnya Ibrahim. Lalu orang-orang berseru, Terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya (mengalami gerhana), berdoalah kepada Allah dan shalatlah hingga kembali seperti semula.” (HR Al- Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, “Sampai terang kembali.”)
Hadirin rahimakumullah,
Keilmiahan agama islam yang tak terbantahkan juga seharusnya meneguhkan ketauhidan kita kepada Allah SWT. Maka dari itu setiap kali fenomena gerhana terjadi, umat islam jangan sampai melewatkannya tanpa melaksanakan sholat gerhana baik secara individu maupun secara berjamaah. Hal ini merupakan bukti nyata atas kesyukuran kita kepada Allah SWT sekaligus menjadi momen untuk menundukkan hati kita di hadapanNya.
Jika gerhana hanya dimaknai sebagai fenomena alam biasa, maka ruh ketauhidan bisa saja menjadi luntur. Namun dengan menggabungkan antara ilmu astronomi dan panggilan iman di hati, maka kehadiran gerhana akan membuat kita semakin mendekat kepada Allah dan menjauhkan sifat takabbur.
Sebagai penutup, mari jadikan momen gerhana kali ini sebagai tonggak menegaskan islam berkemajuan yang bersifat ilmiah. Sehingga Islam yang tidak hanya bersifat ritual seremonial semata tetapi juga mendakwahkan bahwa keselarasan pendekatan ilmiah juga penting dalam beragama. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjukNya kepada kita agar bisa memanfaatkan setiap momen untuk terus mendekatkan diri kepadaNya.
Khutbah 2
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُوَاللهُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَفِيْمَا
أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّاللهَ أَمَرَكُمْ بِ أَمْرٍ بَدَ أَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّاللهَوَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى
يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّىاللهُعَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآ ئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآ ئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُ ؤْ مِنِيْنَ وَاْلمُ ؤْ مِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْ لإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَ أَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَا ئِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ! إِنَّاللهَيَ أْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْ لإِحْسَانِ وَ إِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَاْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرْ__