Artikel

Menguatkan Keimanan: Jalan Menuju Ketenangan Hakiki

Oleh: Mu`abas (Anggota MT PCM Sigaluh dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)

Iman bukanlah sekadar pengakuan di lisan, melainkan keyakinan kokoh dalam hati yang termanifestasi dalam amal perbuatan—sebuah prinsip mendasar dalam Islam. Iman ibarat pohon yang butuh disiram, dipupuk, dan dijaga agar tumbuh kuat dan berbuah manis. Kehidupan dunia ini penuh dengan fitnah, godaan, dan tantangan yang bisa mengikis iman. Oleh karena itu, bagi seorang Mukmin, upaya untuk menguatkan dan menjaga keimanan adalah sebuah perjalanan spiritual yang tiada henti, sebagai bekal menuju kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Para ulama Ahlussunnah wal Jamaah sepakat bahwa iman itu dapat bertambah dan berkurang (Yazid wa Yanqush). Ia bertambah dengan ketaatan dan amal saleh, serta berkurang dengan kemaksiatan dan kelalaian. Kesadaran akan fluktuasi iman ini menjadi pendorong utama bagi kita untuk senantiasa berintrospeksi dan berusaha meningkatkannya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an tentang bertambahnya keimanan yakni Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.”

Ayat ini menegaskan bahwa interaksi dengan wahyu Allah (tilawah dan tadabbur Al-Qur’an) memiliki dampak langsung terhadap peningkatan kualitas iman, yang ditandai dengan rasa takut dan tawakal yang semakin mendalam.

Menguatkan keimanan bukanlah tugas yang muskil, melainkan serangkaian upaya istiqamah yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa langkahnya diantaranya:

  1. Ilmu dan Tadabbur al Qur`an

Ilmu adalah fondasi iman. Mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-Nya (Asmaul Husna) serta memahami ajaran Islam secara mendalam akan mengokohkan keyakinan. Cara terbaik untuk mendapatkan ilmu adalah dengan mempelajari dan merenungkan (tadabbur) Al-Qur’an. Hal inj sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Fath ayat 4:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)…”

Ketenangan batin (sakinah) yang diturunkan Allah adalah buah dari keimanan, dan ketenangan inilah yang memampukan seorang Mukmin untuk menghadapi segala ujian hidup.

  1. Iman dan Amal Sholeh

Iman yang benar harus diikuti dengan amal saleh (perbuatan baik). Keduanya adalah kesatuan yang tak terpisahkan. Amal saleh adalah bukti nyata kebenaran iman di hati, sekaligus pupuk yang menyuburkan keimanan itu sendiri. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

  1. Mujahadah dan Ketaatan Berkelanjutan

Keimanan perlu diperjuangkan (mujahadah). Ini termasuk melaksanakan ibadah wajib dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, serta memperbanyak ibadah sunah. Ketaatan yang konsisten, meskipun kecil, lebih dicintai Allah daripada ketaatan yang besar namun terputus-putus. Rasulalah SAW bersabda:

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَىٰ عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Artinya: “Iman itu terdiri dari tujuh puluh sekian cabang atau enam puluh sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada tuhan selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan. Dan rasa malu (al-Hayaa’) adalah bagian dari iman.”(HR Muslim).

Hadis ini mengajarkan bahwa iman meliputi keyakinan hati (Laa ilaaha illallah), amal fisik (menyingkirkan gangguan), dan sifat mulia (al-Hayaa’). Setiap cabang kebaikan yang kita lakukan, sekecil apa pun, adalah bentuk penguatan iman.

  1. Bersabar dan Ridlo Menghadapi Ujian

Ujian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan Mukmin, dan ujian adalah cara Allah untuk menguji dan menguatkan keimanan hamba-Nya. Ketika dihadapkan pada kesulitan, keimanan seseorang akan teruji. Kesabaran dan keridhaan adalah kunci utama untuk mempertahankan keimanan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 22:

وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

Artinya: “Dan ketika orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.’ Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali keimanan dan ketundukan.”

Dalam situasi yang paling sulit (Perang Khandaq), keimanan para sahabat justru bertambah kuat, menunjukkan bahwa ujian berat dapat menjadi sarana dahsyat untuk menguatkan keyakinan jika dihadapi dengan kesabaran dan penyerahan diri (taslim).

Untuk menguatkan iman, kita juga harus mengetahui apa saja yang dapat melemahkan atau menghancurkannya.

  1. Menjauhi Kemaksiatan

Kemaksiatan adalah racun bagi hati dan penyebab utama merosotnya keimanan. Dosa, baik kecil maupun besar, jika terus dilakukan, akan menutupi hati hingga menjadi gelap. Allah SWT berfirman:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ صُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ ﴿كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴾

Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan satu kesalahan, maka ditorehkan di hatinya satu titik hitam. Apabila ia melepaskan diri (dari dosa), beristigfar, dan bertaubat, maka hatinya menjadi mengkilap kembali. Jika ia mengulanginya (dosa), maka ditambahkan titik hitam itu hingga menutupi hatinya, dan itulah ‘ar-Ran’ yang Allah sebutkan: ‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka. (QS. Al-Muthaffifin: 14).”

  1. Berada dalam Lingkungan Baik

Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Bergaul dengan orang-orang saleh (sholihin) akan memotivasi kita dalam ketaatan dan menjauhkan kita dari kemaksiatan. Rasulalah SAW bersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Artinya: “Seseorang itu tergantung pada agama temannya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang ia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Daud).

Memilih teman yang saleh adalah langkah preventif untuk menjaga keistiqamahan dan menguatkan keimanan.

Perlu kita ketahui bahwa menguatkan keimanan adalah sebuah ikhtiar sepanjang hayat. Kita harus menyadari bahwa kekuatan untuk beriman dan beramal saleh sepenuhnya datang dari Allah SWT. Oleh karena itu, doa memohon keteguhan hati adalah senjata terampuh seorang Mukmin.

Dengan terus berilmu, beramal saleh, menjauhi maksiat, memilih lingkungan yang baik, dan senantiasa memohon pertolongan Allah, insya Allah keimanan kita akan tumbuh kokoh, membawa kita pada kehidupan yang tenang (hayatan thayyibah) di dunia, dan mencapai puncak kebahagiaan di akhirat. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang teguh imannya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button