ArtikelDinamika Tabligh

Mahasiswa Sekolah Tabligh Banjarnegara Siap Manggung Dakwah

PCM Sudah Siapkan Panggungnya

Mahasiswa sekolah tabligh PWM jateng di Banjarnegara kini melangkah dengan semangat baru. Mereka bukan hanya belajar teori dakwah di kelas, tetapi siap “manggung dakwah” di tengah masyarakat. Di bawah pembinaan Majelis Tabligh Muhammadiyah PWM Jawa Tengah dan Majelis Tabligh Muhammadiyah PDM Banjarnegara, generasi muda ini dibentuk menjadi muballigh berilmu, berakhlak, dan berani tampil tanpa demam panggung.

Langkah ini disambut hangat oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se Daerah Banjarnegara yang telah menyiapkan panggung dakwah, bukan hanya secara fisik, tetapi juga melalui pembinaan, pelatihan, dan penguatan jaringan jamaah. Artinya, dakwah tidak lagi sekadar wacana, tetapi menjadi gerakan nyata.

Kesiapan Mahasiswa: Ilmu, Iman, dan Aksi

Mahasiswa tabligh memahami bahwa berdakwah bukan hanya berbicara, tetapi juga menyentuh hati dan meneladankan amal. Sebagaimana firman Allah:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ”

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”
(QS. An-Nahl [16]: 125)

Dengan bekal AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan), mereka siap menjadi dai masjid dan dai masyarakat yang mengajak dengan cara yang bijak, santun, dan menggembirakan.

Kesiapan PCM: Panggung Dakwah Telah Ada

PCM sebagai struktur dakwah Muhammadiyah di tingkat cabang telah menyediakan berbagai sarana seperti mimbar tabligh, pengajian akbar, dan panggung dakwah terbuka. Di sinilah mahasiswa Muhammadiyah diuji keberaniannya untuk tampil — bukan sekadar retorika, tapi menghadirkan Islam yang mencerahkan (Islam berkemajuan).

Majelis Tabligh Muhammadiyah selalu menekankan bahwa dakwah harus berjalan secara sistematis, bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, serta responsif terhadap kebutuhan masyarakat modern.

Kini, mahasiswa tabligh tidak lagi menunggu panggung. Mereka sudah siap, dan PCM pun sudah menyiapkan panggungnya. Saatnya tampil dengan keyakinan, bukan untuk tampil hebat, tapi untuk menegakkan yang haq.

Do’a yang sering dipanjatkan

وَقُلْ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي


“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka memahami perkataanku.”
(QS. Thaha [20]: 25–28)

Oleh : Subehi (Mahasiswa sekolah tabligh PWM di Banjarnegara)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button