Artikel

Tak Sampai Dasarnya Kecuali Setelah 70 Tahun (Kedalaman Neraka)

Oleh : Didi Eko Ristanto

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال:
بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ سمع وجبة، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “أتدرون ما هذا؟” قلنا: الله ورسوله أعلم، قال: “هذا حجر أرسل في النار منذ سبعين خريفاً، فالآن حين انتهى إلى قعرها”.
رواه مسلم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh (suara benturan keras). Maka Rasulullah bersabda, ‘Tahukah kalian suara apa itu?’ Kami menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Maka beliau bersabda, ‘Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak tujuh puluh tahun yang lalu, dan sekarang ia baru sampai ke dasarnya.'”
(HR. Muslim)

Hadits yang mengguncang hati, menggugah kesadaran, dan membuat kita sejenak diam, lalu merenung dalam-dalam tentang ngerinya siksa Neraka, betapa dalamnya neraka itu, ngerinya membayangkan nasib kita kelak di akhirat.

Laa ilaaha illallah… Allahu Akbar.
Bayangkan saudaraku, batu itu bukan melayang di ruang hampa, tapi terjatuh dari atas neraka menembus kegelapan dan hawa panas.

Bukan semenit, bukan sehari, bukan seminggu, tapi tujuh puluh tahun lamanya ia terjun bebas. Belum juga sampai ke dasarnya. Begitu dalam… begitu luas… begitu mengerikan. Baru berdentum sampai ke dasar setelah 70 tahun.

Itu baru satu bagian dari neraka. Itu baru gambaran kedalaman satu lapisan saja. Maka bagaimana dengan isinya? Bagaimana dengan panasnya, siksaannya, minuman darah nanahnya, Malaikat penyiksanya, cambuknya, jeritannya, dan para penghuninya yang terkurung di dalamnya?

Bila sebuah batu saja terus meluncur jatuh baru sampai dasarnya setelah 70 tahun, bagaimana dengan manusia yang di dalamnya disiksa, diikat, dibakar, diseret, tanpa jeda, tanpa akhir, karena mereka berpaling dari Allah di dunia yang fana ini? lalu bagaimana caranya mereka keluar dari Neraka yang sedalam dan seluas itu?

Hadits ini bukan sekadar gambaran mengerikan untuk ditakuti. Tapi ia adalah pengingat, betapa beratnya akibat dari hidup yang jauh dari Allah.

Hari ini, kita masih di atas tanah, belum dilempar ke dalam tanah kubur. Kita masih diberi pagi, masih diberi waktu untuk bangun, belum dilemparkan ke dasar neraka. Itu berarti kita masih diberi kesempatan untuk kembali ke Allah. Kembali bertaubat dan memperbaiki kualitas taqwa kita padaNya.

Maka jangan tunggu malaikat maut mendatangi. Jangan tunggu detak terakhir jantung ini untuk baru merasa takut. Karena di akhirat nanti tidak ada kata “maaf saya tidak tahu,” “maaf,saya lupa”, “maaf saya sibuk”, atau “izinkan saya kembali, saya janji akan rajin ibadah.”

Hadits ini menampar kelalaian kita,
Sudahkah hati ini takut kepada neraka?
Atau sudah terlalu sering tertawa sampai lupa bahwa kita sedang berjalan menuju alam kubur?

Ya Allah, jauhkan kami dari api neraka…
Ya Allah, lindungi kami, orang tua kami, pasangan kami dan anak keturunan kami dari Api Neraka.
Ya Allah, tanamkan rasa takut yang menyelamatkan kami dari perbuatan-perbuatan penyebab masuk neraka
Ya Allah, istiqamahkan hati kami untuk terus kembali taat di jalanMu, meski jatuh berkali-kali, terlempar berulang kali.

Saudaraku, rutinkan doa perlindungan dari Jahanam setiap di tasyahud akhir sebelum salam. Rutinkan baca doa sapu jagad. Robbana Atina fid Dunya Hasanah, wa fil Akhirati Hasanah, WAQINA AZABANNAR…WAQINA AZABANNAR…WAQINA AZABANNAR. Amin.

Kultum Subuh, Selasa, 10 Juni 2025 di Masjid At-Taqwa.
Cilacap, 10 Juni 2025

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button