Khutbah Jum’at : Bulan Dzulhijjah, Laboratorium Spiritual Transformasi Diri Melalui Ibadah Haji Dan Kurban
Oleh : Dr Kyai Sumarno, S.Pd.I, M.Pd.I (Mudir IMBS Miftahul Ulum Pekajangan-Pekalongan)

Khutbah Jum’at : Edisi Dzulhijjah 1446 H
Bulan Dzulhijjah: Laboratorium Spiritual Transformasi Diri Melalui Ibadah Haji Dan Kurban
Oleh : Dr Kyai Sumarno, S.Pd.I, M.Pd.I (Mudir IMBS Miftahul Ulum Pekajangan-Pekalongan)
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ فَضَّلَ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ عَلَى سَائِرِ الْأَيَّامِ، وجَعَلَهُ مُوْسِمًا لِعِتْقِ الرِّقَابِ وَمَغْفِرَةِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلَالِ وَالْكَمَالِ وَالدَّوَامِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ، وَأَتْقَى مَنْ وَقَفَ بِالْمَشَاعِرِ وَطَافَ بِالْبَيْتِ الحَرامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَئِمَّةِ الْأَعْلَام. عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan nikmat iman dan Islam kepada kita. Nikmat yang tak terhingga ini adalah anugerah terbesar yang patut kita syukuri di setiap hembusan napas. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, sosok teladan sempurna bagi seluruh umat manusia, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah hingga akhir zaman.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Kita saat ini berada di bulan Dzulhijjah, sebuah bulan yang diberkahi, yang sarat dengan keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT. Bulan ini bukan sekadar penanda waktu, melainkan sebuah gerbang menuju peningkatan spiritual yang signifikan. Dzulhijjah identik dengan dua ibadah agung yang memiliki dimensi pendidikan spiritual dan sosial yang amat mendalam: ibadah haji dan ibadah kurban. Kedua ibadah ini, sebagaimana kita pahami, bukanlah sekadar ritual formalitas belaka, melainkan merupakan media yang sangat efektif untuk mencapai transformasi diri seorang Muslim menuju pribadi yang lebih bertakwa, berintegritas, dan bermanfaat bagi sesama. Allah SWT berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia, Surat Al-Baqarah ayat 197:
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ ١٩٧
Artinya : Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata kotor), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa saja kebaikan yang kamu kerjakan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Ayat ini secara gamblang dan tegas menyebutkan pentingnya takwa sebagai bekal utama dan terbaik dalam menunaikan ibadah haji. Takwa, dalam esensinya, adalah inti dari setiap proses transformasi diri seorang Muslim. Ibadah haji secara keseluruhan mengajarkan kita tentang kesabaran yang tak terbatas, keikhlasan yang murni, persamaan harkat dan martabat manusia, serta persatuan umat yang kokoh. Di tanah suci, kita menyaksikan secara langsung jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia, dengan latar belakang ras, suku, bahasa, dan status sosial yang berbeda, berkumpul dalam satu tujuan mulia. Mereka mengenakan pakaian ihram yang seragam, melepaskan segala atribut keduniaan, dan melebur dalam satu barisan di hadapan Ka’bah. Fenomena ini adalah pendidikan langsung tentang egalitarianisme sejati dan persaudaraan universal dalam Islam, menghilangkan sekat-sekat materi dan sosial.
Dari perspektif pendidikan Islam, haji adalah sebuah madrasah agung yang mengajarkan nilai-nilai luhur. Tawaf (mengelilingi Ka’bah) mengajarkan kita tentang ketaatan dan kepatuhan pada satu poros sentral, yaitu Allah SWT, serta menunjukkan bahwa seluruh aktivitas hidup seorang Muslim harus berpusat pada-Nya. Sa’i (berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah) mengajarkan kita tentang perjuangan gigih, ketabahan, dan pengorbanan, meneladani kisah Siti Hajar yang tak kenal menyerah mencari air untuk putranya, Ismail. Ini adalah simbol dari usaha keras dan optimisme dalam menghadapi setiap tantangan hidup. Sementara itu, Wukuf di Arafah adalah puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Di padang Arafah, kita merenung, bermuhasabah diri, memohon ampunan atas segala dosa, dan merasakan betapa kecilnya kita di hadapan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Ini adalah momen pencerahan spiritual yang mendalam, di mana hati dan pikiran terhubung langsung dengan Sang Pencipta.
Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, menggarisbawahi bahwa haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati dan jiwa. Beliau menekankan bahwa tujuan haji adalah membersihkan jiwa dari kotoran dosa dan memperkuat ikatan dengan Allah, sehingga setelah kembali dari haji, seseorang benar-benar menjadi pribadi yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Ini adalah esensi dari transformasi diri melalui ibadah haji.
Kemudian, ibadah kedua yang menjadi ciri khas dan keutamaan bulan Dzulhijjah adalah ibadah kurban. Ibadah ini juga sarat dengan pelajaran berharga tentang transformasi diri dan memiliki dimensi sosial yang kuat. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ ٣٧
Artinya : Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap petunjuk-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Hajj: 37)
Ayat yang mulia ini secara tegas menyatakan bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah wujud fisik dari daging atau darah kurban, melainkan ketakwaan yang mendorong seseorang untuk berkurban. Kurban mengajarkan kita tentang pengorbanan yang tulus, keikhlasan yang tanpa pamrih, dan kepedulian sosial yang mendalam. Dengan berkurban, kita tidak hanya berbagi rezeki dengan sesama, terutama kaum fakir miskin dan yang membutuhkan, tetapi juga secara simbolis menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam diri kita, seperti keserakahan, egoisme, kebakhilan, dan kecintaan berlebihan pada dunia. Kurban adalah manifestasi nyata dari rasa syukur kita kepada Allah dan solidaritas sosial yang harus melekat pada setiap Muslim.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini merupakan penekanan terhadap pentingnya niat dan keikhlasan dalam beramal. Kurban bukan sekadar penyembelihan hewan, tetapi representasi dari pengorbanan jiwa dan harta demi mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan takwa dan kepedulian sosial, bukan hanya memenuhi syariat secara lahiriah.
Maka, marilah kita jadikan bulan Dzulhijjah yang penuh berkah ini sebagai momentum emas untuk melakukan transformasi diri secara menyeluruh. Bagi mereka yang telah diberikan kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, persiapkan diri dengan sebaik-baiknya, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Bagi mereka yang belum mampu berhaji, manfaatkanlah kesempatan berkurban sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, menumbuhkan sifat-sifat mulia, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan, petunjuk, dan keikhlasan untuk menjadi hamba-Nya yang bertakwa dan selalu berupaya untuk bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik. Amin Ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ.