Artikel

Bahaya Pujian (Taburi Wajahnya Dengan Debu)

Oleh : Didi Eko Ristanto

Pujian sering kali terdengar manis di telinga, namun tahukah kita bahwa Rasulullah justru memperingatkan dengan keras bahaya pujian yang berlebihan?

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الْمَدَّاحِينَ فَاحْثُوا فِي وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ»

“Jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji berlebihan, maka taburilah wajah mereka dengan debu.”
(HR. Muslim, no. 3002)

Hadits ini menunjukkan ketidaksukaan Nabi terhadap pujian yang berlebihan karena bisa membahayakan hati orang yang dipuji maupun yang memuji. Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:

احْثُوا فِي وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ»
“Taburkanlah tanah ke wajah orang-orang yang gemar memuji.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Kenapa Pujian Itu Berbahaya?

Karena pujian bisa menumbuhkan penyakit hati: riya’, ujub, takabur, dan merasa lebih baik dari orang lain. Ini adalah penyakit yang sangat berbahaya dan bisa menghancurkan amal kebaikan.

Bahkan iblis dilaknat oleh Allah karena merasa lebih baik dari Nabi Adam. Ia berkata:

“أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ”
“Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”
(QS. Al-A’raf: 12)

Ucapan ini adalah bentuk kesombongan, ujub, dan merasa lebih mulia, yang akhirnya menyebabkan iblis terusir dan dilaknat selamanya.

Padahal hal itu merupakan bahaya yang tidak remeh, bahkan penghancur dan membinasakan. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ»

“Tiga hal yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang merasa takjub terhadap dirinya sendiri (ujub).”
(HR. al-Bazzar dan al-Baihaqi)

Hadits ini menegaskan bahwa ujub termasuk penyakit yang membinasakan. Merasa kagum dengan diri sendiri adalah pintu menuju kerusakan amal dan kehancuran hati.

Tentang riya’, Nabi juga bersabda:

أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ» قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ»
“Yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya: “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Riya’.”
(HR. Ahmad)

Riya adalah amal yang tampak baik, tapi niatnya bukan karena Allah. Pujian yang salah tempat bisa menjadi pemicu riya dan menjerumuskan pelakunya dalam dosa yang besar.

Islam tidak melarang memuji, tapi membatasi dan mengarahkan agar pujian tetap dalam koridor adab dan tauhid.

1. Ucapkan “Mā shā Allāh, La Quwwata Illa Billah”

Allah berfirman:

“وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ”
“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu: ‘Mā shā Allāh, lā quwwata illā billāh’ (Masya Allah, tidak ada kekuatan kecuali dari Allah)?”
(QS. Al-Kahfi: 39)

Ini menunjukkan bahwa saat melihat kebaikan pada orang lain, kita kembalikan semua itu kepada kehendak Allah, bukan karena kehebatan manusia.

2. Doakan dengan “Bārakallāh”
Daripada berkata “keren banget” atau “hebat”, lebih utama mengucapkan:

“بَارَكَ اللَّهُ لَكَ”
“Semoga Allah memberkahimu.”
Atau:
“بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ”
“Semoga Allah memberkahi dirimu.”

Ini bukan hanya adab, tapi bentuk kasih sayang kepada saudara kita agar tidak terjebak dalam pujian yang menipu.

Jika kita dipuji, maka jangan merasa senang berlebihan, apalagi sampai bangga. Rasulullah mengajarkan doa berikut:
اللَّهُمَّ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، وَاغْفِرْ لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ، وَاجْعَلْنِي خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّونَ»
“Ya Allah, jangan Engkau hukum aku karena apa yang mereka katakan, ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui, dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka.”
(HR. Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)

Pujian bisa menjadi ujian. Jangan remehkan bahayanya. Ia bisa menumbuhkan racun di hati: ujub, riya’, dan takabur.

Maka, mari kita jaga lisan dan hati. Puji dengan adab, dan terimalah pujian dengan istighfar. Karena yang benar-benar tahu isi hati kita hanya Allah.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button