Artikel

Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid

Masyhuda Darussalam, M.Pd (Alumni Sekolah Tabligh PWM Jateng)

Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid

(Masyhuda Darussalam,S.Pd,M.Pd 1558269 Alumni Sekolah Tabligh PWM JATENG)

Kembali kita akan meneruskan gerakan Islam berkemajuan. Pada waktu-waktu yang lalu kita sudah menyampaikan tentang Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah. Kali ini kita akan menyampaikan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid. Tajdid adalah pembaharuan yang ditujukan dalam rangka memudahkan pengamalan ajaran Islam.

Dengan Tajdid itu harapan kita, harapan persyarikatan ajaran Islam yang sudah baku itu akan mudah diamalkan oleh siapa saja dan kapan saja dalam situasi budaya yang semakin maju dan semakin berkembang.

Selain itu tajdid juga merupakan konsekuensi logis dari Muhammadiyah yang mengamalkan ajaran islam yang hendak mencerahkan umat manusia, mengubah dari kegelapan menjadi cahaya yang terang benderang. Maka Tajdid ini menjadi ciri khas gerakan Muhammadiyah.
Mudah-mudahan dengan cara yang dilakukan oleh persyarikatan Muhammadiyah itu betul-betul cita-cita dan harapan agar Islam itu menjadi agama yang unggul yang mengungguli ajaran-ajaran yang lain. Bisa menemukan titik terang untuk terwujudnya dalam kehidupan, sebab keunggulan Islam itu memang satu keharusan. Di dalam Alquran ada tiga ayat yang senada yaitu:
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَࣖ

Artinya : Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar agar Dia mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.(Ash Shaff ayat 9)

Menjadi unggul dan memenangkan itu tidak mungkin terwujud kalau umat Islam tidak mengguli atas umat-umat yang lainnya. Kita bisa unggul ketika ajaran islam dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Muhammadiyah menyadari bahwa ajaran islam sudah baku dan tidak bisa berubah tetapi pengamalannya itu bisa berubah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Contohnya seperti ini, Islam mengajarkan kedisiplinan, bakunya Islam mengajarkan agar umat Islam berlaku disiplin. Tetapi cara mendisiplinkan orang itu tentu sangat berkembang. Kalau dulu agar disiplin harus tanda tangan absen,tanda tangan daftar hadir. Sekarang daftar hadir tidak perlu pakai tanda tangan lagi sudah pakai sistem. Bahkan kalau kita di Madinah di Masjid Nabawi ingin masuk roudhoh itu sudah daftar pakai sistem. Itu artinya ajaran tentang disiplin tetap, tetapi dengan berbagai macam cara sesuai dengan kemajuan zaman.

Dengan cara yang demikian, maka kita akan mendapatkan kemudahan-kemudahan di dalam mengamalkan ajaran Islam tidak terikat oleh ruang dan waktu. Bahkan dalam konteks tertentu, kita bisa memahami misalnya terkait larangan juga sesuai dengan perkembangan zaman. Dulu Nabi melarang berbisik-bisik di tengah orang yang ketiga, itu menyebabkan orang yang ketiga tersinggung karena tidak diajak bicara. Sekarang konteksnya bisa berbeda, kalau kita selfie foto bersama kawan-kawan tapi ada satu orang yang tidak diajak, itu konteksnya sama dengan hadits berbisik-bisik. Menyebabkan orang yang tidak diajak foto selfie itu tersinggung. Jadi pemahaman acara islam itu betul-betul sesuai dengan perkebangan dan dinamika zaman.

Muhammadiyah selalu konsisten menjadikan dirinya sebagai gerakan tajdid. Dengan Tajdid itu, maka Muhammadiyah juga amal usaha Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi. Selain senantiasa menemukan metode baru, juga harus senantiasa menggunakan cara yang baru supaya bisa eksis di dalam masyarakat. Kalau kita sudah berinovasi maka tidak tertutup kemungkinan inovasi yang kita lakukan itu akan ditiru oleh lembaga atau pihak lain.

Kalau kita sudah ditiru dan tidak jaran yang meniru itu bisa lebih sukses daripada yang ditiru. Oleh karena itu sebagai gerakan tajdid Muhammadiyah juga amal usahanya itu tidak boleh berhenti berinovasi. Berhenti berinovasi sama dengan mendaftarkan diri untuk mati.

Kita mengajak kepada warga kader dan pimpinan persyarikatan selalu menjaga posisi kita sebagai gerakan tajdid dengan cara tidak pernah berhenti berinovasi selalu menemukan hal baru agar senantiasa sejalan dengan perkembangan zaman. Sebab Allah dalam Surat Ar-ra’du berfirman bahwa yang akan tetap eksis di dunia ini hanyalah yang tetap bermanfaat bagi manusia. Maka tugas kita sebagai gerakan Tajwid adalah menjaga agar Muhammadiyah ini tetap bermanfaat bagi manusia. Supaya tetap bermanfaat maka kita harus siap berubah mengikuti perkembangan zaman, yang tidak siap berubah pasti akan tergilas oleh sejarah.

Kita juga mengajak semuanya marilah kita senantiasa menjaga agar persyarikatan ini tetap bermanfaat bagi umat manusia dan supaya tetap bermanfaat kita harus senantiasa mampu beradaptasi dengan perubahan sejarah. Di dalam Muhammadiyah mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah purifikasi, aspek kedua adalah dinamisasi. Purifikasi diterapkan untuk urusan akidah dan ibadah sedangkan dinamisasi diterapkan untuk urusan muamalah duniawiyah. Dalam urusan akidah dan ibadah sifatnya pemurnian. Pemurnian artinya mengembalikan kepada sumber aslinya, bagaimana Alquran mengajarkan, bagaimana Nabi Muhammad mencontohkan. Mengapa perlu ada pemurnian? karena di dalam kenyataannya sejalan dengan perkembangan zaman dan pergaulan dengan budaya maka sering kita jumpai pengamalan ajaran Islam yang terkait dengan akidah dan ibadah itu sering terjadi percampuran atau sinkretitasi maka dalam hal ini Muhammadiyah memposisikan diri mengajak kepada umat Islam supaya dalam aspek akidah dan ibadah kita betul-betul mencukupkan diri dengan apa yang diajarkan oleh Alquran dan apa yang dicontohkan oleh nabi. Kita tidak perlu menambah dan tidak perlu mengurangi.

Mengapa ini perlu ditekankan? Sebab dalam perjalanan beribadah itu senantiasa ada godaan-godaan yang godaan itu kadang-kadang muncul dari diri kita karena misalnya kurang puas dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi sehingga menambah menurut keinginan sendiri, tidak perlu kita teladani yang seperti ini. Kita sekali lagi dalam akidah dan ibadah betul-betul mencukupkan diri dengan apa yang dicontohkan oleh nabi kita bisa menggunakan prinsip seperti yang dilakukan oleh Umar Bin Khattab. Ketika Umar Bin Khattab mencium Hajar Aswad dia lalu mengatakan : “Hajar Aswad kamu itu hanya batu biasa tidak bisa memberi manfaat dan tidak bisa menerima surat kalau aku tidak melihat Nabi mencium kamu tidak mungkin aku mencium kamu”.

Jadi Umar memberi teladan pada kita supaya dalam urusan ibadah itu hanya betul-betul mengikuti apa yang dicontohkan Nabi tidak tanya sebabnya apa. Jadi mengapa seperti itu? Karena Nabi melakukan seperti itu.Itulah prinsip yang dicontohkan oleh sahabat Umar Bin Khattab.

Sekarang yang kedua, dalam urusan Muamalah Duniawiyah dalam urusan pergaulan sosial kemasyarakatan maka Muhammadiyah bersikap dinamis. Dinamis itu artinya sesuai dengan perkembangan zaman. Kita mengikuti dinamika zaman maka dalam aspek muamalah duniawiyah penggunaan akal pikiran itu sangat ditekankan sehingga memerlukan yang namanya kreativitas.

Jadi kalau dalam ibadah tidak boleh kreatif tetapi dalam muamalah duniawiyah kita harus senantiasa kreatif . Sehingga Islam ini hadirnya memberi manfaat bagi seluruh umat manusia dengan demikian Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid itu menjadi jalan lempang untuk terwujudnya Islam yang rahmatan lil alamin.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button