BeritaDinamika Tabligh

PCM Kota Banjarnegara Gelar Kajian Triwulan

Banjarnegara – Pengajian triwulan PCM Kota Banjarnegara yang bertempat di SD Muhammadiyah 1&4 pada tanggal 27 Maret 2027/28 Syawal 1446H berlangsung dengan sukses. Hadir pada acara tersebut para pimpinan PCM Kota, utusan PRM dan PRA, serta utusan ortom dan AUM.

Pada kesempatan tersebut taushiah disampaikan oleh ust. M. Fikri Azis, Lc.MA (Salah satu mubaligh muda persyarikatan asli Banjarnegara yang merupakan lulusan dari Sudan dan Yaman). Tema pengajian adalah “Hidayah itu perlu diperjuangkan”.

Tema ini dirasa menarik dan penting (pen) karena di masyarakat kita masih banyak pemahaman yang mengatakan bahwa hidayah itu hanya ditunggu kedatangannya atau hidayah itu harus dicari.

Sedangkan ustadz Fikri memiliki pandangan lain. Sehingga beliau memulai taushiah dengan pertanyaan singkat. Hidayat sebenarnya itu mudah atau sulit? Tentu saja tidak semua hadirin mampu menjawab dengan mantap. Oleh karena itu, beliau dengan tegas menjelaskan bahwa hidayah itu sulit sehingga perlu diperjuangkan.

Sebagai bukti, Nabiullah Muhammad SAW saja tidak bisa mengislamkan paman tercintanya sendiri. Apalagi kita yang bukan siapa-siapa? Bukti berikutnya adalah kita secara rutin meminta hidayah sebanyak minimal 17 kali sehari.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

Tunjukilah kami jalan yang lurus

Ada hal menarik lainnya dari pernyataan ustadz Fikri terkait hidayah. Dikatakan bahwa hidayah itu bukan berasal dari amal ibadah kita seperti sholat, puasa, sedekah, bahkan doa sekalipun. Jadi hidayah memang harus diperjuangkan oleh seorang hamba. Lalu bagaimana caranya?

Mengutip pendapatnya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitabnya بدايةالهداية dengan menatap dunia pertama kali sehabis tidur kita bisa berusaha dan berjuang mendapat hidayah Allah SWT.

Pertama, فاذااستيقظت من النوم فاجتهد ان تستيقظ قبل طلوع الفجر Ketika kita bangun pagi hari, berjuanglah untuk berjaga sebelum terbitnya fajar. Hal ini tentu saja merupakan perkara sulit terutama di kalangan anak muda. Apalagi yang mereka sukanya begadang. Bahkan orang tua juga sulit jika tidak biasa melakukannnya.

Kalau ini berat, maka ingatlah perkataan Tabi’in Abu Hazim atau yang biasa disebut berikut Salamah bin Dinar berikut ini:
“Ada dua hal yang jika engkau mengetahuinya, engkau akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat:
Engkau melakukan hal yang tidak engkau sukai ketika hal itu disukai oleh AllahEngkau meninggalkan hal engkau sukai ketika hal itu dibenci oleh Allah”

Lalu jika kita berhasil bangun sebelum terbit fajar, maka lanjut Imam Ghazali

واليكن اول ما يجري على قلبك ولسانك ذكراالله تعالى

Setelah mata terbuka, jadikan hal yanh pertama kali melintas di hati dan meluncur dari bibir kita adalah dzikir pada Allah SWT. Seperti doa bangun tidur dan dzikir lainnya yang sudah hafal dan berasal dari ajaran rasulullah SAW.

Dalam berdoa tentu saja kita harus tau etikanya. Selain dengan suara yang lirih disertai harap-harap cemas maka Imam Ghazali memberi kita nasihat.

فاذا لبست ثيابك فانو به امتثال امرالله تعالى في ستر عوراتك

Ketika engkau mengenakan pakaian maka niatkan karena mengikuti perintah Allah dalam menutup aurat. Hal ini menunjukkan sebaiknya dalam keadaan terjaga aurat kita tertutup meskipun di rumah sendiri. Apalagi kita posisinya sedang berdoa.

Meskipun ini sebuah anjuran tapi niatkanlah nenutup aurat itu karena taat kepada perintah Allah SWT semata bukan karena makhluk. Jika niat kedua dilakukan maka kita akan memperoleh kerugian. Jadi poin pada amalan ini adalah menunjukkan ketaatan kita pada Allah SWT di atas segalanya.

Kemudian, karena kebiasaan manusia setelah bangun biasanya buang hajat maka jangan lupa adabnya dilakukan yaitu

فاذا قصدت بيت الماء لقضاء الحاجة فقدم في الدخول رجلك اليسري وفي الخروج رجالك اليمنى

Ketika kita masuk kamar kecil maka ayunkan kaki kiri ketika masuk dan ayunkan kaki kanan ketika keluar.

Hal ini dilakukan semata-mata karena mengikuti sunnah Nabi SAW. Jadi poinnya setelah taat kepada Allah maka kita ikuti taat kepada Rasul.

Setelah kita melaksanakan keempat hal tersebut maka kita bisa lakukan dua perkara lain sebagai bentuk melepas ikatan Syaithan yaitu:

“…Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepas lagi satu ikatan berikutnya. Kemudian jika ia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, jiwanya jadi kotor dan malas.” (HR. Al Bukhari)

Sebagai tambahan, dengan bangun sebelum terbit fajar maka ada amalan sunnah yang bisa dilakukan yaitu qiyamullail dan istighfar. Hal ini sejalan dengan perintah Allah dalam surat Al-Isra ayat 79 dan surat Adz-dzariat 18

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

“Dan pada akhir malam, mereka memohon ampunan (kepada Allah).”

Apa yang disampaikan oleh Imam Ghazali merupakan sebuah kebiasaan harian yang apabila diusahakan dan diperjuangkan keiatiqomahannya maka akan mudah kita tidak mengindahkan perkara tersebut. Begitu juga dengan shalat malam yang sifatnya sunnah. Bisa-bisa hati kecil kita malah meremehkannya. Na’udzubillahi min dzaalik.

Penulis
M.Abdurrasyid, PCM Kota Banjarnegara

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button