BeritaDinamika PesyarikatanDinamika Tabligh

Dakwah Kultural Muhammadiyah Ranting Kranggan 1, Tampilkan Wayang Pada Halal Bihalal

Suasana religius dan penuh kekeluargaan menyelimuti halaman SD Muhammadiyah Kranggan pada Jumat pagi, 25 April 2025. Di komplek Muhammadiyah Center Ranting Kranggan 1, warga Muhammadiyah berkumpul dalam kegiatan rutin selapanan berupa pengajian Jumat pagi yang kali ini terasa lebih istimewa karena dirangkai dengan acara halal bihalal pasca Idul Fitri. Dihadiri oleh seluruh warga Muhammadiyah, ortom dan Karyawan AUM di ranting Kranggan serta siswa siswi SD Muhammadiyah Kranggan acara ini terasa sekali kebersamaannya.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kranggan 1 dan dilaksanakan oleh Ikatan Remaja Masjid Darul Arqom Kranggan (IRMADA) serta dibantu oleh AMM Ranting Kranggan 1 dengan menghadirkan narasumber istimewa, Ki Bagus Pujiono, S.Si., M.M., dari Boyolali. Beliau dikenal luas sebagai mubaligh dan akademisi yang memiliki pemahaman keislaman mendalam dan pendekatan yang hangat dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang begitu menyentuh hati, dibawakan oleh kader muda Pemuda Muhammadiyah Kranggan, Muhammad Ghozi Tazakka. Lantunan merdu surat Ali Imron ayat 102-104 mengundang kekhusyukan dan membuka ruang batin para hadirin untuk menyambut nasihat dan ilmu yang akan disampaikan.

Setelah sesi pembukaan yang khidmat, suasana semakin syahdu ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu kebanggaan warga Persyarikatan, Sang Surya, berkumandang di tengah-tengah hadirin. Kedua lagu ini menggugah semangat kebangsaan sekaligus rasa cinta kepada Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang turut berperan aktif dalam membangun peradaban bangsa.

Dalam sambutannya, Ketua PRM Kranggan, KH. Zaenudin, menyampaikan pesan-pesan penting dalam momen halal bihalal. Beliau menekankan pentingnya mempererat ukhuwah Islamiyah dan memperkuat sinergi antarwarga Muhammadiyah dalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam gerakan wakaf. KH. Zaenudin mengajak seluruh jamaah untuk aktif berwakaf, tidak hanya dalam bentuk harta benda, namun juga tenaga, pikiran, dan doa, khususnya untuk mendukung pembangunan Pondok At-Tanwir yang saat ini sedang dirintis bersama PRM Kranggan 1.

Pesan dakwah yang disampaikan oleh Ki Bagus Pujiono menyentuh aspek spiritual dan sosial, menekankan bahwa kebangkitan umat harus dimulai dari kesadaran individu untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Beliau mengajak warga untuk senantiasa berfastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan, dan menjadikan Muhammadiyah sebagai ladang pengabdian, bukan sekadar wadah organisasi.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Ki Bagus Pujiono, dengan ciri khas dakwahnya yang unik dan menyentuh, naik ke atas panggung. Bukan hanya sekadar ceramah, beliau membawa serta perangkat dakwah andalannya: wayang golek. Dengan gaya bercerita yang hidup dan penuh makna, Ki Bagus menghadirkan karakter Kyai Sholeh Darat, ulama besar dari Semarang yang menjadi guru para tokoh penting pergerakan nasional dan Islam.

Dalam pertunjukan wayang yang sarat nilai sejarah dan spiritualitas itu, digambarkan Kyai Sholeh Darat tengah memberikan pengajaran kepada murid-muridnya yang kelak menjadi tokoh besar: Muhammad Darwis (yang kelak dikenal sebagai KH. Ahmad Dahlan), KH. Hasyim Asy’ari, serta Raden Ajeng Kartini. Dialog di antara para tokoh itu tak hanya menyajikan kisah, tetapi juga mengandung nasihat-nasihat mendalam tentang pentingnya membangun umat melalui ilmu, keteladanan, dan yang paling utama: menjaga persatuan.

Kyai Sholeh Darat dalam cerita tersebut menyampaikan tiga bentuk ukhuwah (persaudaraan) yang menjadi kunci menjaga harmoni dalam kehidupan berbangsa dan beragama:

Ukhuwah Basyariyah, yaitu hubungan antarmanusia tanpa membedakan suku, bangsa, bahkan agama. Semua manusia diciptakan oleh Tuhan dengan kehormatan yang sama, dan karenanya harus dijunjung tinggi martabatnya.

Ukhuwah Islamiyah, yakni persaudaraan antarumat Islam yang dilandasi oleh keimanan dan kesamaan nilai-nilai aqidah. Ukhuwah ini penting dijaga agar umat tidak mudah terpecah oleh perbedaan furu’iyah (cabang keislaman).

Ukhuwah Wathoniyah, yaitu persaudaraan dalam konteks kebangsaan. Meski berbeda latar belakang, seluruh elemen bangsa harus bersatu dalam semangat cinta tanah air dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pesan-pesan tersebut disampaikan Ki Bagus Pujiono tidak dengan gaya menggurui, melainkan melalui dialog dan ekspresi wayang yang hangat, jenaka, namun menyentuh. Anak-anak, pemuda, hingga para sesepuh pun tampak larut dalam hikmah yang tersampaikan. Di tengah zaman yang penuh tantangan, pesan persatuan dan toleransi ini terasa begitu relevan dan membumi.

Dengan menghadirkan sosok-sosok ulama dan pejuang yang telah memberikan warisan nilai luhur kepada bangsa, pengajian ini menjadi lebih dari sekadar rutinitas keagamaan. Ia menjelma menjadi forum edukatif, kultural, dan spiritual yang mengajak umat untuk merenung, menyadari peran, dan melanjutkan perjuangan para pendahulu.

“Pengajian kali ini terasa istimewa ya, selain mendengarkan tausiyah, bisa niostalgia dengan pertunjukan wayang. Sehingga bagi siswa/Siswi SD Muhammadiyah yang menjadi audiens ini bisa menjadi salah satu sumber pembelajaran budaya bangsa.” Ungkap bapak Miftakhurrohman, S.Ag selaku kepala sekolah SD Muhammadiyah Kranggan.

Kegiatan pengajian ini menjadi cerminan semangat kebersamaan dan dakwah yang hidup dalam denyut nadi masyarakat Kranggan. Dengan sinergi antara para tokoh, kader muda, dan warga, PRM Kranggan 1 terus menunjukkan komitmen dalam membangun masyarakat Islami yang berkemajuan. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi ranting-ranting Muhammadiyah lainnya. (Oleh : Ernawati Guru SD Muhammadyah Kranggan)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button