
Ramadhan telah usai. Namun tidak berarti motivasi ibadah turut redup. Justru pasca ramadhan kita mesti istiqomah dan terus meningkatkan amal ibadah kita baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Sebulan penuh kita ditempa dengan puasa ramadhan dan ibadah lain yang menyertainya seperti shalat tarawih, tadarus al qur`an, dzikir, dan lain sebagainya. Mestinya, setelah ramadhan berahir, kini berlanjut menjadi kebiasaan yang baik.
Ramadhan telah melatih jiwa dan raga kita untuk melakukan peribadatan yang intensif, baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah. Sehingga pasca ramadhan mestinya menjadi kebiasaan sesuai dengan ritme yang telah dibangun selama ramadhan tadi.
Bila di bulan syawal ini kita semakin giat beribadah, pertanda bahwa puasa kita diterima oleh Allah SWT. Dan sebaliknya, bila di bulan syawal ini justru menurun, indikasi bahwa ibadah puasa kita gagal. Mengapa? Karena ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT tidak semakin meningkat namun justru semakin menurun.
Terkait dengan hal itu, Abu Nadlrah dalam kitab “Tanbihul Ghofilin” sebagaimana dikutip oleh Moh. Saefulloh Al Aziz dalam bukunya yang berjudul “Himpunan Khutbah Jum`at”, menyebutkan bahwa orang yang melakukan empat amalan tanpa adanya peningkatan amal kebaikan, berarti menunjukkan bukti bahwa amalannya ditolak, yaitu: 1) sepulang dari jihad tidak mampu meningkatkan amal baiknya, 2) sehabis melakukan puasa tidak menjadi baik amalnya, 3) sepulang menunaikan ibadah haji, tidak bertambah amal baiknya, 4) setelah sembuh dari sakitnya tidak bertambah baik amalnya (Aziz, 303-304).
Bukankah syawal artinya peningkatan? Oleh karenanya, di bulan syawal ini seyogyanya kita meningkatkan ibadah kita sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan kepada kita. Salah satu nikmat tersebut adalah diampuni dosa-dosanya. Rasulallah SAW sendiri menyatakan bahwa barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ingin memperoleh pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni (HR. Bukhori).
Selain itu, pada akhir ramadhan kita juga menunaikan zakat fitrah, yang tujuannya adalah untuk mensucikan jiwa kita sehingga kita kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya. Dengan kata lain, kita sudah mendapatkan anugerah yang berharga yaitu diampuninya segala dosa-dosa kita sehingga kembali suci bersih tanpa noda. Maka sebagai konsekuensi logisnya adalah senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang ditunjukkan dengan meningkatkan intensitas ibadah, baik yang wajib maupun yang sunah.
Salah satu ibadah sunah yang dianjurkan di bulan syawal adalah puasa enam hari. Barang siapa yang puasa enam hari di bulan syawal, maka pahanya seperti puasa sepanjang tahun. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Abu Ayub Al Anshari bahwa Rasulallah SAW bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudan menambahinya dengan puasa enam hari pada bulan syawal, seakan ia berpuasa sepanjang tahun” (HR. Muslim).
Ini merupakan kemurahan dari Allah. Melalui hadits tersebut, sebenarnya Allah SWT sedang memberikan motivasi kepada ummat Islam agar gemar melakukan ibadah puasa, karena puasa merupakan salah satu ibadah yang disukai oleh Alloh SWT.
Secara fikiyah, puasa enam hari syawal dapat dilakukan secara berturut-turut maupun tidak berturut-turut. Sebagaimana pendapat Ahmad bahwa puasa enam hari tersebut (syawal) boleh dilaksanakan secara beruntun dan boleh dilaksanakan secara tidak beruntun”. Namun idealnya dilakukan secara beturut-turut. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Hanafiyah dan Syafiiyah (Sabiq, 2016: 801). Sedangkan bagi yang memiliki qadza puasa ramadhan, sebaiknya ditunaikan puasa qadza dulu baru setelah itu puasa enam hari syawal.
Puasa qadza ramadhan hukumnya wajib. Sedangkan puasa enam hari syawal hukumnya sunah. Sehingga kita mendahulukan yang wajib baru disusul ibadah yang sunah.
Selain puasa enam hari syawal, kita juga dapat menunaikan puasa yang lain seperti puasa Senin-Kamis, atau puasa ayyamul bidh (puasa tengah bulan), pada tanggal 11, 12 dan 13 tiap bulan. Selesai puasa snnah, kita juga dianjurkan untuk tetap istiqomah dengan ibadah-ibadah lain seperti pada saat ramadhan misalnya; tadarus al qur`an, sodakoh, menuntut ilmu, silaturrahim, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, bulan syawal ini benar-benar terasa sebagai bulan peningkatan ibadah yang diwujudkan dengan konsistensi melakukan ibadah mulai dari yang wajib hinga yang sunah. Baik yang mahdoh maupun ghoiru mahdoh. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang berhasil dalam puasa ramadhan yang dibuktikan dengan senantiasa tekun beribadah di bulan syawal ini. Semoga!
*) Penulis adalah Ketua Majlis Tabligh PRM Danaraja, Anggota MT PCM Merden, anggota KMM PDM Banjarnegara.