Orang Taqwa yang Hidupnya Bahagia
Oleh : Masyhuda Darussalam,M.Pd (Alumni Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah)

Sebagaimana yang sudah kita pahami bersama bahwa tujuan utama orang berpuasa supaya menjadi orang yang bertakwa.
Ali Bin Abi Thalib berkata bahwa takwa itu ada 4 ukurannya. Kata Ali : “Taqwa itu adalah takut kepada Dzat yang maha perkasa, kemudian yang kedua beramal menurut yang diturunkan Allah yakni beramal menurut Alquran, kemudian yang ketiga qana’ah atau menerima dengan senang hati pemberian Allah yang sedikit, kemudian yang keempat mempersiapkan diri menghadapi jadwal kematian”.
Untuk yang pertama adalah takut kepada Allah, orang itu kalau takut kepada Allah yang dikerjakan adalah mendekatkan diri kepada Allah atau taqarrub ilallah. Orang yang dekat dengan Allah itu akan menjadi pribadi yang hidupnya bahagia tidak ada rasa takut sedikitpun, yang dalam bahasa alquran dikenal dengan istilah orang yang tidak khawatir dan tidak takut karena dekat dengan Allah.
Maka hasil nyata orang yang dekat dengan Allah adalah hidupnya tentram, bahagia tidak ada kekurangan satu apapun maka orang bertakwa pasti hidupnya menjadi tentram kalau belum tentram kita benahi ketakwaannya dengan cara meningkatkan rasa takut kepada Allah kemudian dilakukan dengan usaha semaksimal kemampuan mendekatkan diri kepada Allah.
Kemudian yang kedua beramal menurut ketentuan Alquran, jadi Alquran itu menjadi pedoman hidup untuk diamalkan sehingga Alquran tidak sekedar kitab suci yang hanya dihafalkan saja. Hafal Alquran tentu keutamaan, tetapi bukan segala-galanya yang lebih utama lagi adalah mengamalkan isi alquran, maka kita mengajak kepada kita sekalian orang-orang yang bertakwa pasti selalu membaca mempelajari memahami kemudian mengamalkan menurut kemampuan masing-masing.
Itulah orang yang bertaqwa sehingga membaca dan menghafalkan saja itu belum cukup, yang mencukupkan adalah kita membaca kemudian memahami dan mengamalkan menurut kemampuan kita masing-masing. Sehingga, kitab sucinya sama tetapi kemampuan mengamalkannya bisa berbeda-beda karena masing-masing orang punya kemampuan yang tidak sama. Oleh karena itu, kita saling menghargai kemampuan masing-masing di dalam mengamalkan Alquran.
Selanjutnya yang ketiga merasa senang merasa puas dengan pemberian Allah yang sedikit. Kalau kita bisa bersyukur atas pemberian yang sedikit, maka ketika kita diberi lebih banyak kita akan lebih dermawan.
Sebaliknya, ketika kita diberi sedikit tidak bisa bersyukur maka ketika diberi berlebih kita akan senantiasa kurang. Karena naluri manusia adalah naluri utama naluri rakus maka agamalah yang mengendalikan. Sehingga kita menjadi orang yang dalam kondisi terbatas pun masih tetap bisa bersyukur, kalau dalam kondisi terbatas kita bisa bersyukur maka pikiran kita akan jernih. Apabila pikiran kita itu jernih bekerja pun akan mendapatkan kemudahan dan kelancaran sehingga ketika diberi berlebih kita menjadi dermawan. Orang yang dermawan itu orang yang berani sampai tingkat membayar zakat pun zakatnya prabayar. Jadi pendapatan bulan depan itu sudah dibayar zakatnya sekarang karena sudah punya dugaan bulan depan kira-kira mendapatkan pendapatan sekian. Kalau sudah sampai seperti itu kita akan menjadi pribadi yang keren, orang bertaqwa seperti itu.
Membayar zakat prabayar kalau bayar seperti itu umat Islam akan keren. Maka kita mengajak, mari kita betul-betul meningkatkan dalam aspek pengendalian diri dalam urusan rezeki. Apabila kita bisa mengendalikan diri dalam urusan rezeki maka kita bisa mengelola dengan sebaik-baiknya, kalau kita bisa mengelola dengan sebaik-baiknya maka kita akan di ringankan untuk membayar zakat, infaq dan sedekah.
Terakhir yang keempat adalah mempersiapkan diri menghadapi jadwal kematian tentu yang dipersiapkan bukan liang lahat juga bukan kain kafan, kalau itu urusan orang yang hidup nanti kalau pemakaman dan lain-lain itu urusan yang kita tinggal ketika kita meninggal. Tetapi yang kita persiapkan adalah sejalan dengan Alquran dan Sunnah sekurang-kurangnya empat hal yang kita persiapkan yang pertama adalah sedekah jariyah, yang kedua Anak Sholeh, yang mendoakan yang ketiga ilmu yang bermanfaat, dan yang keempat adalah perilaku baik yang ditiru oleh orang lain. Kita punya kebiasaan-kebiasaan yang baik kemudian ditiru oleh orang lain, maka kalau ini yang terjadi orang lain akan mendapatkan pahala atas kebaikan yang dikerjakan. Kita akan mendapatkan pahala atas keteladanan yang kita tularkan, itulah orang-orang yang bertakwa menurut Ali bin Abi Thalib meskipun ini bukan Quran dan hadis tetapi perkataan Ali ini kalau kita lakukan tentu akan membentuk pribadi-pribadi yang baik yang oleh Ali disebut sebagai pribadi yang bertakwa.
Pribadi bertakwa itu kuncinya ada dua yaitu hati-hati dan waspada, yang dipikirkan selalu masa depan kalau orang memikirkan masa depan dia tidak akan menjadi pribadi yang menggunakan aji mumpung. Mumpung berkuasa, mumpung sepi dan lain-lain juga tidak akan menjadi pribadi yang tergesa gesa, dia akan cermat sebelum berkata dan bertindak selalu memperhatikan mempertimbangkan kebaikan dan kemaslahatan masa depan bagi sesama bukan hanya untuk dirinya.
(Masyhuda Darussalam,S.Pd,M.Pd : 1558269, Alumni Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah)