Khutbah Jum’at : Mengambil Pesan Ramadhan, Jangan Menjadi Pendusta Agama
Oleh : Pujiono (Dosen PKMD Universitas Muhammadiyah PKU Surakarta, Majelis Tabligh PWM Jateng )

Khutbah Jum’at : Mengambil Pesan Ramadhan, Jangan Menjadi Pendusta Agama
Oleh : Pujiono (Dosen PKMD Universitas Muhammadiyah PKU Surakarta
Majelis Tabligh PWM Jateng )
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَا
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Ramadhan telah berlalu, namun semangat dan pesan yang terkandung di dalamnya harus tetap tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari. Diantara pesan Ramadhan yang bisa ambil adalah: Berusaha tidak mengotori jiwa kita, terus perbaiki akhlaq, selalu Jujur dan jangan jadi pendusta-pendusta agama, yakni menjadi orang-orang yang ibadah hanya untuk meningkatkan elektabilitas diri, penuh pencitraan selama Ramadhan saja. Ramadhan telah memberi pelajaran kepada kita untuk menjauhkan diri dari dusta dan kepalsuan.
Salah satu pesan besar dari Ramadhan adalah menjauhkan diri dari sifat dusta dan kepalsuan dalam beragama. Agar kita tidak termasuk orang orang yang mendustakan agama :
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan Agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”(QS. Al-Ma’un [107]: 1-3)
Jamaah Rahimakumullah,
Sehebat apapun kita, Sebanyak apapun harta kita, setinggi apapun jabatan, selama apapun ibadah kita Jangan samapi kita terseret kedalam orang -orang yang mendustakan agama, karena tidak mengindahkan Alquran Surat Al-maun ini.
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat buat manusiayang lain, apalah artinya banyak ilmu, banyak harta , banyak ritual ibadah, bila hanya untuk kepuasan diri, tidak memikirkan sesame, sehinga nilai kebermanfaatan kita terhadap sesama tidak ada?
Ingat Mutiara kata “ nilai seseorang bukan dari yang dia miliki, tetapi seberapa besar ia banyak memberi” .
Jamaah Rahimakumullah,
Seberapa banyak orang lapar, yang bisa kita kasih makan?
Seberapa banyak orang tersesat anda cerahkan dengan nasehat?
Seberapa banyak anak terlantar anda biayai sekolah?
Seberaapa banyak orang yang bisa anda kasih pekerjaan dari usaha anda lakukan? Itulah kemanfaatan. Dan begitulah di pesan akhir Ramadhan di tutup dengan zakat fitri untuk berbagi. Bukti kepedulian terhadap sesama.
Kedua, yang bisa dikategorikan pendusta agama, bila ibadah kita terhinggapi riya, Sebagaimana Al-maun Ayat : 4 yang berbunyi :
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya’ dan enggan (memberikan) bantuan.” (QS. Al-Ma’un: 4-7)
Ayat ini memberikan peringatan keras kepada kita agar tidak menjadi orang yang mendustakan agama dengan beribadah hanya untuk pamer dan tidak memiliki kepedulian sosial.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ. قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu riya’ (pamer dalam ibadah).” (HR. Ahmad)
Ramadhan melatih kita untuk ikhlas dalam beribadah, baik dalam shalat, puasa, zakat, maupun sedekah. Jika setelah Ramadhan kita kembali pada kebiasaan pamer, beribadah dengan niat duniawi, dan tidak peduli dengan sesama, maka kita termasuk dalam golongan yang mendustakan agama.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah,
Marilah kita terus menjaga keikhlasan dalam beribadah. Jangan sampai amalan kita sia-sia hanya karena kita ingin mendapat pujian manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari, no. 1; Muslim, no. 1907)
Mari kita jadikan Ramadhan sebagai madrasah untuk meningkatkan ketakwaan dan menjauhi sifat-sifat munafik. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-Nya yang selalu ikhlas dalam beramal. Aamiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ
. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ