Khutbah Idul Fitri : Idul Fitri Sebagai Sarana Muhasabah Menumbuhkan Empati
Oleh: Ust. Galuh Andi Luxmana ( Majelis Tabligh PWM Jateng)

Khutbah Idul Fitri : Idul Fitri Sebagai Sarana Muhasabah Menumbuhkan Empati
Oleh: Ust. GAluh Andi Luxmana (Majelis Tabligh PWM Jateng)
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ , إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.
لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Jamaah Idul Fitri yang dirahmati Allah, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini. Dipagi yang berbahagia ini berduyun-duyun orang mendatangi tanah lapang atau masjid untuk menunaikan sholat idul adha. Ayah, ibu, anak, menantu, tua, muda, remaja, balita semua bersuka cita menyambut hari kemenangan pada pagi ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Idul Fitri adalah momen kemenangan, di mana kita telah berhasil menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu selama bulan Ramadhan. Kemenangan ini hendaknya tidak hanya kita rayakan dengan suka cita, tetapi juga kita jadikan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri, terutama dalam menjaga kesucian hati. Sebagai mana Allah berfirman dalam surat asy syams ayat 9 :
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ٩
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)”
Ramadhan telah usai dan bulan baru telah datang, Ramadhan mengajarkan kita arti menghargai waktu dimana kita menjadi orang-orang yang taat disaat Ramadhan, kita berbuka dan sahur sebagaimana yang telah ditentukan waktunya. Semuanya Allah seting sebagai latihan raga dan hati agar tunduk terhadap ketentuan Allah. Meskipun tak sedikit yang tetap melanggar dengan tidak taat kepada Allah dalam bentuk tidak puasa sedang tidak ada udzur padanya, atau tidak melaksanakan sholat 5 waktu dan ibadah wajib lainnya wallahu a’lam bisshoaf semoga Allah memberikan hidayah kepada saudara kita yang belum dapat melaksanakan ketatan secara kaaaaffffah.
Jamaah sholat idul fitri yang berbahagia
Ramadahan selain sebagai symbol ampunan Ramadhan juga sebagai symbol ajakan Allah kepada kita untuk membersihkan hati terutama dari sifat mengambil hak orang lain karena hati adalah pintu dari ketaqwaan, sebagai mana Rosululah bersabda :
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ. رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging tersebut buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)”
Jamaah idul fitri yang berbahagia,
Dalam hadits tersebut jelas menerangkan pentingnya peranan hati, hati yang sehat akan mendatangkan amalan kebaikan namun sebaliknya hati yang sakit akan mendatangkan banyak amalan masalah.
Ramadhan adalah bulan penyucian hati, salah satu penyakit hati yang seringkali kita abaikan adalah tipisnya kesadaran akan dosa merampas hak orang lain. Jika melandaskan dari sabda Rosulullah diatas maka jelas telah dijelaskan akan ada 2 potensi dari keadaan hati, yaitu tubuh yang membawa kepada kemaslahatan dan tubuh yang mengajak kepada keburukan. Tubuh yang mengajak kepada keburukan itulah tubuh yang didalamnya terdapat hati yang buruk dan sebaliknya tubuh yang membawa kebaikan maka didalamnya terdapat hati yang baik. Dari pernyataan ini kita jadi mengerti sesungguhnya Islam telah menjelaskan larangan merampas hak orang lain adalah perbuatan yang sangat dilarang.
Mengapa merampas milik orang lain dilarang? karena jelas Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 188:
وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَࣖ ١٨٨
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”
Dan sebagai mana sabda Rasulullah SAW juga bersabda:
“Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim).
Fenomena tipisnya kesadaran akan dosa merampas hak orang lain ini dapat kita temukan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari lingkup keluarga, masyarakat, hingga negara.
Dalam lingkup keluarga,
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, tempat pertama kali individu belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Menghargai dan berempati adalah dua pilar penting dalam membangun keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang.misalnya, seringkali kita jumpai adanya perebutan warisan yang tidak adil, atau tidak berpihaknya kasih saying kepada sebagian anggota keluarga karena dirasa paling besar atau faktor lainnya.
Menghargai berarti mengakui dan menghormati keberadaan, pendapat, dan perasaan setiap anggota keluarga. Ini menciptakan suasana di mana setiap orang merasa diterima dan dihargai. Contoh penerapan sikap menghargai adalah dengan mendengarkan pendapat anggota keluarga dengan seksama dan menempatkan setiap hak anggota keluarga baik dalam bentuk materi atau perhatian , tanpa merendahkan atau meremehkan.
Dalam lingkup masyarakat,
Sikap menghargai dan berempati adalah dasar dari interaksi sosial yang sehat. Ketika setiap individu merasa dihargai, mereka cenderung untuk saling mendukung dan bekerja sama. Empati memungkinkan kita untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, yang mengurangi potensi konflik dan meningkatkan solidaritas.
Meskipun pada fakta dimasyarakat kita menyaksikan banyaknya orang yang mulai tak peduli dan hilangnya empati ketika musibah datang, terjadinya penjarahan, pencurian, korupsi dana masyarakat, mudahnya menggunakan dana warga tanpa ijin adalah sebuat fenomena runtuhnya jiwa empati ditengah masyarakat.
Bahkan, dalam lingkup negara,
Kita juga seringkali mendengar adanya kasus-kasus penggelapan pajak, penyelewengan dana bantuan sosial, dan lain sebagainya. Perilaku mengambil hak orang lain, meskipun kecil dampaknya, akan menjadi kebiasaan bila tidak dihentikan. Contoh kecil yang sering terjadi adalah pembiaran mengambil makanan atau barang milik teman tanpa izin, Pembiaaran menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi tanpa ditegur, atau bahkan sekadar bergosip yang merusak nama baik orang lain.
Perbuatan-perbuatan kecil ini, jika dibiarkan, akan menggerogoti hati kita, dan jika diteruskan akan menjadikan sebuah budaya baru dilingkungan keluarga, masyarakat dan negara dan pada akhirnya akan mendorong kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih besar, seperti korupsi atau penipuan lainnya.
Oleh karena itu, pada momen Idul Fitri ini, marilah kita jadikan sebagai momentum untuk membersihkan hati kita dari segala bentuk penyakit hati, terutama penyakit hati yang berkaitan dengan merampas hak orang lain. Marilah kita saling memaafkan, saling menghormati, dan saling menjaga hak-hak sesama.
Marilah kita tingkatkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga amanah, baik amanah dari Allah SWT, maupun amanah dari sesama manusia Dengan demikian, kita tidak hanya merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan, tetapi juga sebagai hari kebangkitan kesadaran kita akan pentingnya menjaga kesucian hati dan menghindari dosa merampas hak sesama.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang senantiasa menjaga hak-hak sesama, dan pribadi yang senantiasa diridhai oleh-Nya.
Demikian khutbah idul fitri pagi ini, selanjutnya mari kita akhiri dengan doa.
الحمد لله حمدًا كثيرًا طيبًا مُباركًا فيه كما يُحب ربُّنا ويَرضي اللَّهُمَّ يَا سَمِيعَ الدَّعَوَاتِ ، ، يَاقَاضِيَ الحَاجَاتِ ، يَا كَاشِفَ الكَرُبَاتِ ، يَا رَفِيعَ الدَّرَجَاتِ ، وَيَا غَافِرَ الزَّلاَّتِ
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ مُحَمَّدٍ, اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ،
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيْمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللَّهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.
اَلَّلهُمَّ تَقَبَّلْ مِنّآ صَلاَتَنا و صِيَامَنَا وَجَمِيعَ عِبآدَتِنآ بِرِضآكَ وَفَضْلِكَ الْكَرِيْم وَتُبْ عَلَيْنآ إِنَّكَ أَنْتَ التَوَّابُ الرَّحِيْمُ . رَبَّنآ لاَتُزِغْ قُلُوْبَنآ بَعْدَ إِذْ هَذَيْتَنآ وَهَبْ لَنَآ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ الْوَهَآبُ. رَبَّنآ هَبْ لَنَآ مِنْ أَزْوَاجِنَآ وَذُرِّيَتِنَآ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَآ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار.
سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أكْبَرِ.
واَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ