Masih Ada Waktu Untuk Memperbaiki Diri
Oleh : Masyhuda Darussalam, S.Pd, M.Pd (Alumni Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah)

Kita percaya pada pembaca sekalian yang sudah berulang kali menjumpai bulan Ramadan dengan seluruh rangkaian ibadahnya.
Pertanyaannya adalah, sudah berulang kali berpuasa itu apakah sudah ada peningkatan?. Mari kita saling mawas diri, sebab kalau sudah berulang kali mengikuti ibadah di bulan Ramadan tapi tidak ada peningkatan mutu hidup kita. Maka ada indikasi seperti yang disabdakan Nabi
“Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga maka”.
Kita sebagai orang yang beriman harus selalu mawas diri, supaya puasa hari ini betul-betul kita mendapatkan nilai tambah. Sebab apa?, Sebab hakikat orang berpuasa itu adalah mengendalikan diri. Orang yang bisa mengendalikan diri itu adalah orang yang bisa mengelola dirinya sendiri.
Orang yang bisa mengelola hawa nafsunya sehingga orientasi hidupnya selalu ke arah yang lebih baik. Jadi sebagaimana firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 184 :
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya : (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Jadi, Puasa yang diwajibkan oleh Allah itu pada hari tertentu dan ada keringanan bagi orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan. Ketika menyebut kata sakit dan perjalanan dalam ayat ini dan juga di ayat 185 nanti, Allah menggunakan Isim nakiroh bukan isi makrifat. Pesannya seolah-olah kita itu dituntut kepekaannya. Jadi ukuran sakit dan bepergian itu kita sendiri yang dituntut untuk mengukur.
Masing-masing orang sesungguhnya dituntut kepantasanya seperti apa. Maka orang yang bisa mengendalikan diri pasti akan senantiasa mengukur kepantasanya itu dengan derajat yang tinggi. Jadi, kalau hanya sekedar batuk ringan saja terus dirinya merasa tidak pantas berpuasa.Maka dirinya ada dikelas bawah.
Dalam ukuran sebagai hamba Allah, orang semakin tinggi derajatnya itu semakin banyak larangan-larangan yang harus dihindari yang bagi orang biasa mungkin tidak apa-apa dilakukan. Tetapi bagi orang yang derajatnya tinggi, itu tidak pantas melakukannya.
Dengan puasa itu kita sekali lagi dituntut kepekaan sosialnya, kepekaan nuraninya. Sehingga mengukur kepantasan dirinya itu dengan ukuran yang tinggi. Kemudian di situ juga disebutkan “Barang siapa yang berat di dalam melakukan puasa, itu boleh tidak berpuasa. Kemudian mengganti dengan membayar fidyah. Hal tersebut juga memantaskan diri. Orang lain tidak bisa melarang, silahkan saja seperti itu, Jadi betul-betul kita itu disentuh kepekaannya supaya menjadi orang yang derajatnya semakin mulia. Dan menarik di situ kaitannya dengan membayar Fidyah itu jika kamu memberikan yang lebih baik, itu lebih baik bagimu.
Umpamanya kita termasuk orang yang kategori tidak puasa. Kemudian diganti dengan membayar Fidyah yang lebih banyak Lebih baik. Kalau ingin derajatnya lebih tinggi membayarlah yang lebih baik. Jangan batas minimalnya saja,bisa kita misalkan kita makan sehari ini ukurannya paling sederhana.
Jangan minimalis, jadi kita itu terus menaikkan kualitas hidup kita. Diakhir ayat tersebut ditutup dengan kata kata “sehingga kamu berpuasa itu lebih baik bagimu”. Kata lebih baik itu mendorong kepada kita supaya dalam beramal sholeh, dalam bekerja itu memilih yang lebih baik sehingga prestasi kita dalam ibadah maupun dalam pergaulan sosial itu akan senantiasa meningkat.
Menariknya ayat ini ditutup dengan kalimat “Jika kamu mengetahui”. Orang yang mengetahui itu orang yang punya ilmu. Maka, bagi orang yang berilmu, orang berilmu berarti orang yang cerdas pasti jika ada pilihan-pilihan dia akan memilih yang lebih baik, dia akan memilih yang lebih unggul, dia akan memilih yang derajatnya lebih tinggi, dia tidak akan mengambil yang minimalis, dia tidak akan mengambil peran yang hanya melakukan, tidak seperti itu, tetapi dia akan beramal yang lebih berkualitas. Amal yang berkualitas itu di antaranya diukur dengan ketulusan dan keluasan makna dari apa yang kita lakukan.
Semakin besar manfaat dan maknanya bagi kehidupan, maka amal itu akan semakin berkualitas. Demikian pula hidup kita, hidup kita itu semakin besar dan luas manfaatnya bagi sesama. Berarti hidup kita itu semakin berkualitas, hanya bisa dilakukan oleh orang yang mampu mengendalikan diri.
Tahun 1970-an ada ahli psikologi dari Amerika mengadakan penelitian kepada anak-anak TK. Jadi anak-anak TK itu diberi makanan, kemudian sang peneliti mengatakan “Bahwa yang menunda makannya setelah 5 menit akan saya beri hadia”.Tetapi anak-anak yang macam-macam itu ,kebanyakan mereka begitu menerima langsung makan, karena makanan yang diberikan adalah makanan yang disukai anak-anak.
Kemudian anak ini terus dipantau oleh peneliti ini sampai ketika mahasiswa, ternyata anak-anak yang menunda 5 menit makanya, menjadi pribadi yang berbeda dalam kuliah. Dia lebih berprestasi, juga lebih memiliki kepedulian sosial, punya ketajaman empati, kemudian bersimpati. Kita itu dilatih menunda makan dan minum bukan hanya 5 menit tetapi selama sejak waktu fajar sampai matahari tenggelam. Itu cukup panjang, idealnya dengan terlatih menunda makan dan minum itu, kita lebih memiliki ketajaman nurani. Sehingga kita memiliki kepekaan sosial, sehingga kita punya rasa empati, punya rasa simpati. Nanti akan tumbuh yang namanya kepedulian sosial, sehingga kualitas puasa yang sukses itu diukur dengan seberapa meningkatnya kepedulian sosial kita. Kemudian yang kedua diukur dengan seberapa tambah ramah dan santunnya.
Kita kalau orang sehabis puasa tapi tidak tambah mulia akhlaknya, tidak tambah santun pergaulannya itu termasuk orang yang puasanya kurang berhasil. Nanti kita ukur ibadah puasa di bulan Ramadan tahun ini. Apakah ada perubahan perilaku yang terkait dengan akhlak mulia dan kepedulian sosial. Kalau belum meningkat mari kita tingkatkan masih ada waktu untuk membenahi diri.