Puasa Ramadhan Dan Al-Qur’an Akan Memberi Syafaat Kepada Kita Dengan Izin Allah Swt
Oleh : Dr. Ibnu Sholeh, MA, MPI (Majelis Tabligh PWM Jeteng)

Syafaat
Kita harus paham akan hal ini biar tidak terjerumus pada pemahaman yang keliru. Hari kiamat adalah kehidupan di akhirat yang satu harinya sama dengan 50.000 tahun lamanya. Di sana tidak terdapat bangunan, pohon untuk berlindung, dan tidak ada pula pakaian yang menutupi badan. Keadaan pada saat itu saling berdesakan. Allah Ta’ala mengisahkan kejadian pada saat itu,
يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” (QS. Thaahaa [20] : 108)
Hari tersebut adalah hari yang sangat dahsyat. Manusia pada saat itu akan menemui kesulitan dan kesusahan yang tidak mampu untuk dihilangkan selain dengan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala melalui syafa’at. Akhirnya, orang-orang saat itu mendapatkan ilham untuk meminta syafa’at kepada para Nabi untuk menghilangkan kesulitan mereka saat itu.
Apa itu Syafa’at?
Ibnul Atsir mengatakan, “Kata syafa’at telah disebutkan berulang kali dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Yang dimaksud dengan syafa’at adalah meminta untuk diampuni dosa dan kesalahan di antara mereka.”
Dalam Tajul ‘Urus, asy syafi’ (الشَّفِيْـعُ) adalah orang yang mengajukan syafa’at, bentuk jama’/pluralnya adalah syufa’a’ (شُفَعَاءُ) yaitu orang yang meminta untuk kepentingan orang lain agar keinginannya terpenuhi.
Syaikh Sholih Al Fauzan mengatakan, “Syafa’at secara bahasa diambil dari kata (الشَفْعُ) yang merupakan lawan kata dari (الوِتْرُ). Sedangkan (الوِتْرُ) adalah ganjil atau tunggal. Kata (الشَفْعُ) berarti lebih dari satu yaitu dua, empat, atau enam. Dan (الشَفْعُ) dikenal dengan istilah bilangan ‘genap’.
Secara istilah, syafa’at adalah menjadi perantara (penghubung) dalam menyelesaikan hajat yaitu perantara antara orang yang memiliki hajat dan yang bisa menyelesaikan hajat.”
Sementara para ulama mendefinisikan syafa’at:
ﻓﺎﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﻫﻲ ﺍﻟﺘﻮﺳﻂ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﻓﻲ ﺟﻠﺐ ﺍﻟﻤﻨﻔﻌﺔ ﺃﻭ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﻤﻀﺮﺓ
Syafa’at adalah sebagai penengah/wasilah bagi yang lain untuk mendatangkan manfaat dan mencegah bahaya/madharat.”
Syafa’at ini bisa berupa syafa’at di dunia maupun syafa’at di akhirat. Syafa’at di dunia bisa berupa syafa’at yang baik dam buruk sedangkan syafa’at di akhirat adalah syafa’at yang baik
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا ۖ وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا
Barangsiapa yang memberikan syafa’at yang BAIK, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa’at yang BURUK, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.” (An-Nisaa’ :85)
Maksud hadits yang kami sampaikan di awal tulisan mengenai syafa’at oleh puasa dan Al-Quran adalah syafaat di akhirat. Saat itu, manusia sangat butuh syafa’at dengan izin Allah karena kesusahan yang manusia alami pada hari kiamat, semisal:
- Matahari didekatkan pada manusia sejauh satu mil
- Manusia ada yang tenggelam dengan keringatnya
- Manusia ada yang diseret dan berjalan dengan wajahnya
- Kejadian di padang mahsyar yang sangat lama, di mana satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di bumi.
Terdapat salah satu dalil mengenai hal ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺤْﺸَﺮُﻭْﻥَ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻭَﺭُﻛْﺒَﺎﻧًﺎ ﻭَﺗُﺠَﺮُّﻭْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻭُﺟُﻮْﻫِﻜُﻢْ
Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan, serta (ada juga yang) diseret di atas wajah-wajah kalian.” (HR. Tirmidzi, Shahih at-Targhib wat-Tarhib no. 3582).
Syafaat Rasulullah
Sedangkan syafa’at ketika hari kiamat nanti di antaranya adalah melalui syafa’at (perantara) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umat yang sebelumnya mengalami kesulitan ketika berkumpul di padang masyhar, akhirnya mendapat pertolongan melalui syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syafa’at ini adalah do’a yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam simpan untuk umatnya di hari kiamat nanti. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ يَدْعُو بِهَا ، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى فِى الآخِرَةِ
Setiap Nabi memiliki do’a (mustajab) yang digunakan untuk berdo’a dengannya. Aku ingin menyimpan do’aku tersebut sebagai syafa’at bagi umatku di akhirat nanti.” (HR. Bukhari, no. 6304)
Di hari-hari kehidupan kita, ada kalanya kita perlu bersabar. Untuk mendapatkan kebahagiaan, harus ditebus dengan perih dan letihnya ujian sebelumnya. Sebab inilah dunia, tidak ada kenikmatan yang diraih dengan kenikmatan. Apalagi kenikmatan akhirat. Segala sabar dalam duka lara akan berbuah manis pahala…
Maka tetap bersabarlah. Dunia memang tempat kita berlelah-lelah dalam kesabaran. Sebab tempat istirahat kita yang sesungguhnya adalah Surga. Di sana kita akan disambut dengan sapaan salam khusus dari para Malaikat atas kesabaran kita di dunia. Salamun ‘alaikum bima shabartum. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu…
Imam al Mawardi menyebutkan dalam kitabnya,
مَنْ عَلِمَ أَنَّ كُلَّ نَائِبَةٍ إلَى انْقِضَاءٍ حَسُنَ عَزَاؤُهُ عِنْدَ نُزُولِ الْبَلَاءِ
Siapa saja yang menyadari bahwa setiap bencana (musibah) pasti akan berakhir, ia akan benar-benar sabar saat bencana itu turun.” (Adab ad-Dunya’ wa ad-Din 1/370)
Di saat kita mendapat ujian bertubi-tubi seolah-olah tiada berakhir, maka cara yang terbaik adalah tetap bersyukur dan bersabar…
Bersyukur adalah cara yang terbaik dalam menikmati segala karunia dari-Nya…
Bersabar adalah cara yang terbaik dalam menghadapi ujian dari-Nya…
Allah Azza wa Jalla senantiasa memberikan segalanya yang terbaik untuk kita sesuai dengan takaran-Nya. Bersabarlah yang tenang, ada Allah Azza wa Jalla yang senantiasa menyertai orang-orang yang bersabar…
Keutamaan sabar adalah sinar ketakwaan kepada Allah Azza wa Jalla, tiada kelapangan rizki yang lebih lapang daripada sabar,
حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَا أَجِدُ لَكُمْ رِزْقًا أَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin Harb berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Sa’d berkata; telah menceritakan kepada kami Yazid bin Aslam dari ‘Atha` bin Yasar dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berusaha untuk sabar maka Allah akan menjadikannya sabar, barangsiapa berusaha untuk kaya maka Allah akan mengayakannya, barangsiapa menjaga diri maka Allah akan memelihara dirinya, dan aku tidak mendapati untuk kalian rezeki yang lebih lapang daripada sabar.” (HR. Ahmad, no 10699)
Syafaat Puasa dan Bacaan Qur’an
Al-Qur’an yang kita baca dan Puasa Ramadhan yang kita Jalani dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala dari Allah semat, juga akan memberi syafaat kepada pelakunya,
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi seorang Mukmin, maka membaca Al-Qur’an dengan pemahaman dan mentadabburi maknanya, mengamalkan kandungannya, dapat memberi syafa’at pada seorang hamba pada hari kiamat, berdasarkan hadist,
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ حُيَيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Daud telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah dari Huyai bin Abdullah dari Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Abdullah bin ‘Amru, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an kelak pada hari kiamat akan memberi syafa’at kepada seorang hamba. Puasa berkata, Duhai Rabb, aku telah menahannya dari makanan dan nafsu syahwat di siang hari, maka izinkahlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata, aku telah menahannya dari tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Beliau melanjutkan sabdanya: maka mereka berdua (puasa dan Al-Qur’an) pun akhirnya memberi syafaat kepadanya.” (HR. Ahmad, 21898)
Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersyukur atas segala karunia dari-Nya dan bersabar atas segala ujian dari-Nya, menunaikan puasa dan membaca Al-Qur’an untuk meraih syafa’at dan ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.