
Baru-baru ini, Indonesia kembali berduka dengan terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan sungai-sungai meluap, merendam ribuan rumah, dan memaksa banyak warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
OkSelain itu, tanah longsor yang terjadi di beberapa daerah mengakibatkan kerusakan parah dan menelan korban jiwa. Hingga saat ini, dilaporkan bahwa 25 orang meninggal dunia akibat bencana tersebut. (sumber: kumparan)
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita semua akan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta hubungan erat antara musibah dengan perilaku manusia dalam pandangan Islam.
1. Musibah sebagai Ujian dan Peringatan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menegaskan bahwa musibah adalah salah satu bentuk ujian dari Allah untuk menguji kesabaran, keimanan, dan ketakwaan hamba-Nya. Ujian ini tidak semata-mata menjadi hukuman, tetapi juga peringatan agar manusia kembali kepada jalan yang benar.
Kisah Nabi Ayub ‘alaihis salam adalah salah satu contoh nyata dari ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Nabi Ayub diuji dengan kehilangan harta, keluarga, dan kesehatan, namun ia tetap sabar dan tidak pernah berhenti bersyukur kepada Allah. Dalam doanya, ia berkata:
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia menyeru Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang’.” (QS. Al-Anbiya: 83)
Kesabaran dan keteguhan hati Nabi Ayub menjadi teladan bagi umat manusia dalam menghadapi musibah dengan tawakkal kepada Allah.
2. Keterkaitan Musibah dengan Perilaku Manusia
Musibah sering kali terjadi karena ulah manusia itu sendiri. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini menjelaskan bahwa kerusakan di muka bumi, baik berupa bencana alam, konflik, maupun krisis lainnya, sering kali disebabkan oleh kesalahan manusia. Perilaku seperti keserakahan, ketidakadilan, dan kelalaian terhadap aturan Allah menjadi pemicu munculnya berbagai musibah.
Kisah kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam adalah bukti nyata bagaimana perilaku manusia dapat mendatangkan azab Allah. Ketika kaumnya terus-menerus mendustakan risalah Nabi Nuh dan melakukan kerusakan, Allah menurunkan banjir besar yang menenggelamkan mereka, kecuali orang-orang yang beriman dan menaati perintah Allah. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.” (QS. Al-Qamar: 11-12)
3. Sikap Seorang Mukmin dalam Menghadapi Musibah
Islam mengajarkan agar seorang mukmin menghadapi musibah dengan penuh kesabaran, tawakkal, dan introspeksi diri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika dia tertimpa kesusahan, dia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Sikap ini menunjukkan bahwa musibah adalah momen untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan, dan memperbaiki diri. Kisah Nabi Yunus ‘alaihis salam menjadi pelajaran besar dalam hal ini. Ketika ia berada dalam perut ikan paus, ia tidak menyerah pada keputusasaan, tetapi justru berserah diri kepada Allah dengan doa yang penuh kerendahan hati:
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
Doa ini tidak hanya menyelamatkan Nabi Yunus, tetapi juga menjadi doa yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya ketika menghadapi kesulitan.
4. Mengambil Hikmah dari Musibah
Musibah bukan hanya hukuman atau teguran, tetapi juga kesempatan untuk mengambil pelajaran dan hikmah. Di antara hikmah dari musibah adalah:
Menyadarkan manusia akan kelemahan dirinya di hadapan kekuasaan Allah. Hal ini tercermin dalam kisah kaum ‘Ad dan Tsamud yang dibinasakan karena kesombongan mereka.
Menghapus dosa-dosa, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, atau bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Meningkatkan keimanan dan ketergantungan kepada Allah. Dalam kisah para sahabat Rasulullah, mereka senantiasa memperbanyak doa dan amal shalih ketika menghadapi ujian, meyakini bahwa pertolongan Allah pasti datang.
5. Penutup
Musibah adalah bagian dari sunnatullah yang memiliki hikmah besar bagi manusia. Sebagai umat Islam, kita harus menyikapi musibah dengan penuh kesabaran, introspeksi, dan upaya untuk memperbaiki diri serta lingkungan. Musibah hendaknya menjadi pengingat bahwa kehidupan di dunia ini fana, dan yang kekal hanyalah kehidupan akhirat.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah dalam Al-Qur’an dan hadits, serta senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan. Dengan demikian, hidup kita akan penuh keberkahan dan rahmat-Nya