Artikel

Membersamai Anak Dalam Menghadapi Aqil-Baligh

Oleh : Nurul Khotimah (Peserta Sekolah Tabligh MT PWM Jateng di UMKABA)

Suatu malam, seorang ayah melihat anak laki-lakinya yang berusia 13 tahun duduk termenung di teras rumah. Biasanya, ia ceria dan aktif, tetapi kali ini wajahnya tampak gelisah.

“Ayah, kenapa aku sering marah tanpa alasan? Kenapa badanku berubah? Kenapa aku merasa berbeda dari sebelumnya?”

Sang ayah tersenyum dan menepuk bahu anaknya. “Nak, ini adalah tanda bahwa kamu sedang menuju kedewasaan. Ini bukan sesuatu yang perlu ditakuti. Islam mengajarkan bahwa aqil-baligh adalah fase penting dalam hidupmu, dan Ayah ada di sini untuk menemanimu.”

Banyak orang tua mungkin mengalami momen serupa. Masa aqil-baligh (baligh secara fisik dan mulai memahami tanggung jawab moral) adalah fase transisi dari anak-anak menuju dewasa. Jika tidak didampingi dengan baik, anak bisa merasa bingung, terasing, bahkan kehilangan arah.

Lalu, bagaimana Islam mengajarkan kita untuk membersamai anak dalam menghadapi aqil-baligh? Apa yang perlu dipersiapkan agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan bertakwa? Mari kita bahas bersama.

Memahami Aqil-Baligh dalam Islam

Dalam Islam, aqil-baligh adalah fase ketika seseorang mulai memikul tanggung jawab hukum syariat. Rasulullah ﷺ bersabda:

: رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ : عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ

وَعَنِ الصَّغِيرِ حَتَّى يَحْتَلِمَ ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ

Diangkat pena (tidak dikenakan dosa) atas tiga kelompok: dari orang tidur hingga ia bangun, dari anak kecil hingga ia mimpi basah (baligh) dan dari orang gila hingga ia berakal.”(HR Ahmad)

Sejak saat baligh, amal baik dan buruk seseorang mulai dicatat, dan ia memiliki kewajiban penuh dalam menjalankan perintah agama.

Tanda-tanda baligh pada anak laki-laki dan perempuan meliputi:

✅ Laki-laki: Mimpi basah, suara mulai berubah, tumbuh rambut di area tertentu.

✅ Perempuan: Menstruasi pertama, perubahan fisik, dan perubahan emosi.

Fase ini tidak hanya soal perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional, sosial, dan spiritual yang memerlukan bimbingan orang tua.

Peran Orang Tua dalam Membersamai Anak Aqil-Baligh

a) Menjelaskan Makna Baligh dengan Bijak

Banyak anak merasa takut atau bingung saat mengalami perubahan dalam tubuh dan emosinya. Jangan biarkan mereka mencari jawaban sendiri dari sumber yang tidak jelas.

Cara menjelaskan baligh dengan nyaman:

✅ Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan tanpa rasa malu.

✅ Hubungkan baligh dengan kedewasaan dan tanggung jawab, bukan sekadar perubahan fisik.

✅ Sampaikan bahwa baligh adalah anugerah dari Allah, bukan sesuatu yang menakutkan.

“Nak, mulai hari ini, Allah sudah mempercayakanmu untuk menjalankan Islam dengan lebih serius. Ini artinya, kamu semakin dekat untuk menjadi pemimpin bagi dirimu sendiri dan orang lain.”

Jika anak memahami makna spiritual dari baligh, ia akan lebih siap menjalani fase ini dengan tenang.

b) Membimbing Anak dalam Ibadah Wajib

Sejak baligh, anak sudah memiliki kewajiban penuh dalam beribadah, seperti shalat lima waktu, puasa, dan menjaga kebersihan diri.

📌 Cara membimbing anak agar konsisten beribadah:

✅ Bangun kebiasaan shalat dengan memberikan contoh yang baik.

✅ Jelaskan hikmah ibadah, bukan hanya sekadar kewajiban.

✅ Jika anak malas atau lalai, bimbing dengan kelembutan, bukan dengan ancaman.

“Nak, shalat itu bukan beban. Justru, itu cara kita bicara dengan Allah dan meminta pertolongan-Nya.”

Dengan pendekatan yang lembut, anak akan lebih mudah menerima ibadah sebagai bagian dari hidupnya.

c) Mengajarkan Akhlak dan Tanggung Jawab Moral

Baligh bukan hanya soal perubahan fisik, tetapi juga kesiapan anak untuk memahami tanggung jawab moral dan sosial. Rasulullah ﷺ bersabda:

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”

(HR. Tirmidzi)

Beberapa nilai penting yang perlu diajarkan:

✅ Kejujuran: Anak harus memahami bahwa setiap perbuatannya kini memiliki konsekuensi di dunia dan akhirat.

✅ Menjaga diri dari pergaulan buruk: Ajarkan tentang batasan dalam pergaulan dan pentingnya memilih teman yang baik.

✅ Mengontrol emosi: Anak yang baligh sering kali mengalami perubahan emosi. Bantu mereka untuk mengelola kemarahan dan kesedihan dengan cara yang baik.

Dengan membimbing mereka dalam moral dan etika Islam, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.

d) Menjaga Komunikasi yang Terbuka dan Nyaman

Banyak anak yang mulai menutup diri dari orang tua setelah baligh. Ini adalah saat di mana komunikasi harus lebih diperkuat.

Tips agar anak tetap terbuka kepada orang tua:

✅ Jangan langsung menghakimi jika anak melakukan kesalahan.

✅ Berikan ruang untuk mereka bercerita tanpa takut dimarahi.

✅ Dengarkan lebih banyak, jangan hanya memberi nasihat panjang.

Contoh komunikasi yang baik:

❌ Salah: “Kamu sudah baligh, jangan main-main lagi. Semua dosa kamu sudah dicatat!”

✅ Benar: “Nak, Ayah dan Ibu tahu kamu sedang mengalami banyak perubahan. Kalau ada yang ingin ditanyakan, kami selalu ada untukmu.”

Ketika anak merasa dihargai, mereka akan lebih mudah menerima bimbingan orang tua.

e) Menanamkan Kesadaran tentang Dosa dan Pahala

Ketika anak sudah baligh, ia bertanggung jawab atas amalnya sendiri. Namun, cara mengenalkan konsep dosa dan pahala harus penuh hikmah, bukan dengan menakut-nakuti.

Cara efektif menjelaskan konsep ini:

✅ Ajarkan bahwa Allah Maha Pengampun, tetapi juga Maha Adil.

✅ Fokuskan pada motivasi untuk melakukan kebaikan, bukan hanya ketakutan terhadap dosa.

✅ Gunakan kisah-kisah inspiratif, seperti kisah taubat para sahabat Rasulullah.

“Nak, setiap kebaikan sekecil apa pun akan dihitung oleh Allah. Bahkan senyum dan doa pun bisa menjadi pahala besar.”

Dengan pendekatan yang positif, anak akan lebih termotivasi untuk menjalani hidup sesuai ajaran Islam.

Masa aqil-baligh adalah awal dari perjalanan kedewasaan seorang anak. Pada fase ini, mereka membutuhkan bimbingan, bukan tekanan. Mereka butuh teladan, bukan sekadar aturan.

Sebagai orang tua atau pendamping, tugas kita adalah membersamai mereka dengan kelembutan, menjawab kebingungan mereka dengan ilmu, dan menanamkan nilai-nilai Islam dengan cinta.

Semoga Allah memberi kita hikmah dan kesabaran dalam mendidik anak-anak kita agar menjadi generasi yang bertakwa dan bertanggungjawab. Aamiin

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Check Also
Close
Back to top button