
Bisnis ala Rasulullah SAW merupakan contoh teladan dalam dunia perdagangan yang menekankan etika, kejujuran dan keadilan. Rasulullah dikenal sebagai seorang pedagang sukses sebelum diangkat menjadi nabi, dengan reputasi sebagai Al-Amin (yang terpercaya).
Berikut adalah beberapa prinsip bisnis ala Rasulullah SAW yang bisa dijadikan inspirasi :
Kejujuran (Shidq) dalam Berdagang
Rasulullah selalu jujur dalam setiap transaksi, baik dalam menyebutkan kualitas barang maupun harga. Beliau tidak pernah menipu atau menyembunyikan cacat barang untuk kepentingan pribadi.
Hadis :
“Pedagang yang jujur dan amanah akan Bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi)
Amanah (Dapat Dipercaya)
Rasulullah dikenal dengan sifat Amanah bahkan sebelum diangkat menjadi nabi. Dalam bisnis, beliau selalu menepati janji dan menjaga kepercayaan para mitra bisnisnya.
Etika dan Moral yang Tinggi
Rasulullah mengajarkan untuk berdagang dengan penuh etika dan adab. Beliau melarang praktik riba, penipuan, monopoli, dan segala bentu kecurangan.
Mengutamakan Kualitas dan Transparansi
Dalam menjual barang, beliau selalu memastikan kualitas produk sesuai dengan yang dijanjikan. Beliau bahkan menegur pedagang yang mencoba menyembunyikan kecacatan barang.
Hadis :
“Barang siapa menipu, maka dia bukan golonganku.” (HR. Muslim)
Keadilan dalam Transaksi
Rasulullah mengajarkan untuk bersikap adil, baik dalam menentukan harga maupun saat bernegosiasi. Beliau menghargai hak penjual dan pembeli secara seimbang.
CONTOH BISNIS RASULULLAH SAW
Perdagangan Internasional :
Rasulullah melakukan perjalanan dagang ke Syam, membawa barang-barang milik Khadijah RA.
Mitra Bisnis :
Rasulullah bermitra dengan Khadijah sebelum menikah, Dimana beliau menjalankan bisnis dengan penuh kejujuran hingga Khadijah terkesan dengan integritasnya.
Bisnis ala Rasulullah SAW bukan hanya soal mencari keuntungan, tetapi bagaimana menjadikan bisnis sebagai ladang pahala dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
STRATEGI BISNIS RASULULLAH SAW DI ERA MODERN
Membangun Reputasi yang Baik (Personal Branding)
Rasulullah dikenal sebagai Al-Amin karena integritas dan kejujurannya. Di dunia modern, ini bisa diartikan sebagai membangun personal branding dan reputasi bisnis yang terpercaya.
Cara menerapkan :
Selalu transparan dalam produk atau layanan yang ditawarkan.
Jaga konsistensi kualitas.
Bangun hubungan baik dengan pelanggan melalui pelayanan yang ramah dan professional.
Etika Bisnis yang Kuat (Business Ethics)
Rasulullah melarang segala bentuk kecurangan dalam bisnis. Di era modern, ini berarti merapkan etika bisnis yang jelas, seperti :
Menghindari praktik korupsi atau penipuan.
Menghormati hak konsumen.
Tidak melakukan monopoli pasar atau persaingan tidak sehat.
Kolaborasi dan Kemitraan (Business Partnership)
Rasulullah bermitra dengan Khadijah RA dalam bisnis. Dalam konteks modern, kemitraan bisnis bisa memperluas jaringan dan mempercepat pertumbuhan.
Cara Menerapkan :
Cari mitra yang memiliki visi dan nilai yang sejalan.
Bangun kepercayaan dengan komunikasi yang jujur.
Buat perjanjian yang adil dan transparan untuk menghindari konflik.
Fokus pada Kebutuhan Pasar (Market Orientation)
Rasulullah memahami pasar dan kebutuhan konsumen saat berdagang di Syam. Di era digital, ini berarti :
Riset pasar untuk mengetahui tren dan kebutuhan pelanggan.
Mengadaptasi produk sesuai dengan perubahan pasar.
Menggunakan data untuk pengambilan Keputusan bisnis.
Memberikan Nilai Lebih (Value Creation)
Rasulullah berdagang bukan hanya untuk mencari keuntungan, tetapi juga memberikan manfaat kepada orang lain.
Cara Menerapkan :
Ciptakan produk atau layanan yang membantu menyelesaikan masalah konsumen.
Tambahkan nilai tambah seperti layanan purna jual, edukasi, atau progam loyalitas.
Manajemen Keuangan yang Bijak (Financial Management)
Rasulullah mengelola hasil keuntungannya dengan bijak, tidak boros, dan menghindari riba.
Cara Menerapkan :
Pisahkan keuangan pribadi dan bisnis.
Catat semua pemasukan dan pengeluaran.
Gunakan prinsip ekonomi syariah untuk menghindari riba.
Inovasi dan Adaptasi
Meskipun prinsipnya tetap, Rasulullah mampu menyesuaikan strategi dengan situasi. Di era modern, inovasi adalah kunci untuk bertahan.
Contoh :
Digitalisasi bisnis : menggunakan media sosial, e-commerce, dan teknologi untuk memperluas pasar.
Menciptakan produk baru sesuai dengan kebutuhan zaman.
Spirit Kewirausahaan (Entreprenurial Spirit)
Rasulullah mengajarkan pentingnya kemandirian ekonomi. Dalam Islam, berdagang adalah salah satu profesi yang mulia.
Cara Menerapkan :
Berani mengambil risiko yang terukur.
Terus belajar dan mengembangkan diri.
Tetap semangat meskipun menghadapi tantangan.
Berkah dalam Bisnis (Blessed Business)
Tujuan utama bisnis ala Rasulullah adalah mencari keberkahan, bukan sekedar keuntungan.
Cara Mencapai Keberkahan :
Niatkan bisnis untuk kebaikan dan membantu orang lain.
Sisihkan sebagian keuntungan untuk sedekah dan kegiatan sosial.
Jaga hubungan baik dengan Allah (melalui doa) dan manusia (melalui kejujuran dan keadilan).
Uraian diatas adalah konsep dagang yang Rasulullah SAW contohkan kepada kita agar kita bisa mencontoh cara berdagang dan berbisnis ala Rasulullah SAW. Pada intinya berdagang harus disertai dengan Iman seperti yang terkandung dalam QS As Saff (61 : 10-14) :
“Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang (dapat) menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?”
“(Caranya) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
“(Jika kamu beriman dan berjihad,) niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.”
“(Ada balasan) lain yang kamu sukai, (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.”
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah para penolongku menuju kepada (pertolongan) Allah?” Para pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.” Maka, segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kufur. Lalu, Kami menguatkan orang-orang yang beriman menghadapi musuh-musuh mereka sehingga menjadi orang-orang yang menang.”
Allah mempunyai arahan atau motivasi kepada kita untuk bisa mengatasi kegiatan kita memiliki nilai terbaik di dunia dan akhirat. Motivasi dan arahan ini Allah tekankan kepada orang-orang yang mempunyai iman.
Rumus tafsir mengatakan, jika ada ayat dalam Al-Quran yang dibuka dengan kalimat IMAN, maka disitu iman kita dipertaruhkan. Apakah keadaan imannya lemah atau kuat.
Shalat itu indikator pertama keimanan kita. Semakin kuat shalatnya, menunjukan semakin kuat imannya. Semakin malas shalatnya, menunjukan semakin lemah keimanannya. Dan saat menunaikan shalat imannya dipertaruhkan. Artinya, apabila seseorang mengaku muslim tapi tidak shalat maka dipertanyakan imannya.
Kata Rasulullah SAW. : perbedaan orang yang sudah beriman dan yang belum beriman itu dilihat dari shalatnya. Orang yang beriman itu pasti shalat, orang yang tidak beriman pasti tidak shalat. Jadi kalo ada orang beriman tapi tidak shalat, maka dipertaruhkan keimanannya .
Dalam QS As Saff (61:10-14) dibuka dengan kalimat IMAN. Dalam kehidupan, manusia sering menimbang untung-rugi. Maka agar manusia yang sibuk di dunia dan belum mempunyai orientasi khusus dalam hidupnya sehingga perlu “ditunjukkan lagi” supaya tau arah .
Contoh: Ada kajian Subuh dan Lomba Marathon diwaktu subuh. Kita mau ikut kajian atau ikut lomba Marathon, yang waktunya bersamaan. Kalau ikut Marathon pasti mendapatkan 1 juta setiap yang datang, sedangkan ikut kajian hanya mendapatkan ilmu. Kita mau pilih yang mana…..?
Ikut Marathon dapat 1 juta + motor kalo beruntung atau ikut kajian dapat Ilmu + dapat pahala. Pasti… kalo manusia pasti akan pilih dua duanya .
Orang yang cerdas akan mempersiapkan kehidupan dunianya. Dia niagakan aktivitas dunianya untuk mendapatkan “keuntungan” yang sifatnya abadi yaitu Akherat.
Kalo bekalnya ke akherat dia akan kaya terus dan tidak akan rugi. Tapi kalo tidak mempersiapkan bekal akherat, terlena didunia saja maka dunia akan ditinggalkan. Akherat tidak akan ditinggalkan lagi. Karena kalo kita minim bekal, fakir bekal ke akherat, maka kita juga akan fakir di akherat. Maka yakinlah, kelak kita akan meninggal dunia dan meninggalkan semua nya yang ada didunia.
Karena itu persiapkanlah bekal diakherat. Perbanyak amal Soleh. Kapan amal itu menjadi Soleh..? Amal punya sifat “Soleh” kalo didorong oleh iman. Karena itu, setelah Allah SWT mengatakan akan diselamatkan dari api neraka, maka rubah semua kegiatan itu karena Iman karena Allah. Bicaranya pake Iman. Bekerjanya pake iman. Berdagangnya pake iman. Tidak akan mencuri timbangan, tidak akan menyuap pejabat, tidak akan terjebak Riba. Ketika kita bergerak, berdagang pake iman, mengatakan Bismillahirrahmanirrahim…. maka semua derap langkah kita akan menjadi nilai, dicatat dari Amal menjadi Soleh. Kalau tidak pake iman berati amal saja. Kalau pake iman jadi Soleh. Ketika amal didorong pake Iman maka berubah amal itu menjadi ibadah. Nilainya disebut dengan KHASANAH. Setiap ada perbuatan Khasanah nilainya 10, dan itu yang disebut dengan pahala,
Dalam QS Al An’am ( 6: 160 ) :
“Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan).” (QS. Al An’am (6:160))
Ini adalah konsep perniagaan yang baik, yang Allah SWT dan Rasulullah SAW ajarkan untuk manusia, agar manusia tidak lalai dengan Dunianya saja.
Semoga kita semua digolongkan menjadi orang orang yang beruntung dalam Perniagaan didunia dan Perniagaan di Akherat .
Barakallah fiikum .