Kenakalan Remaja Putri di Pemalang: Konflik Skincare yang Mengajarkan Pentingnya Pendidikan dan Kasih Sayang Orang Tua
Oleh : Yachya Ayaas (peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UMPP)

Di Pemalang, seorang remaja putri berusia 15 tahun mendapati dirinya terjebak dalam kemarahan yang luar biasa. Semua bermula dari keinginannya untuk membeli produk skincare mahal yang sedang tren di kalangan teman-temannya.
Di media sosial, para influencer dengan kulit mulus dan penampilan sempurna membuatnya merasa bahwa hanya dengan produk itu, ia bisa menjadi lebih cantik dan diterima di lingkungannya.
Namun, ketika ia meminta orang tuanya untuk membelikan produk skincare tersebut, orang tuanya menolaknya dengan alasan produk tersebut terlalu mahal dan tidak terlalu penting. Sang remaja yang merasa kecewa dan tidak dipahami, merespon penolakan itu dengan cara yang ekstrem—bahkan sempat terlintas di pikirannya untuk “menghukum” orang tuanya. Ini menunjukkan betapa besar tekanan yang dirasakan oleh remaja untuk tampil sempurna di tengah pengaruh dunia digital dan sosial.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan. Dalam kondisi seperti ini, sangat penting bagi orang tua untuk mengambil pendekatan yang bijak dan penuh kasih sayang dalam menghadapi anak-anak mereka, terlebih pada masa remaja yang penuh dengan perubahan emosional dan psikologis.
Solusi bagi Orang Tua dalam Mendidik Remaja Putri yang Terjebak dalam Keinginan Material:
Membangun Komunikasi yang Terbuka
Langkah pertama yang harus dilakukan orang tua adalah membangun komunikasi yang baik dengan anak. Alih-alih langsung menolak permintaannya, orang tua perlu memahami perasaan dan keinginan anak. Cobalah untuk duduk bersama dan berbicara dengan penuh pengertian. Jelaskan alasan kenapa orang tua tidak dapat memenuhi permintaannya, dan bicarakan secara rasional mengapa barang tersebut tidak terlalu penting bagi kehidupan sehari-hari.
Dalam Islam, Allah SWT menekankan pentingnya berbicara dengan cara yang baik dan penuh kasih sayang, sebagaimana dalam Al-Quran:
“وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا”
(QS. Al-Baqarah: 83)
“Dan ucapkanlah kepada manusia perkataan yang baik.”
Dengan komunikasi yang baik, anak akan merasa dihargai dan dipahami, meskipun tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Mengajarkan Pentingnya Rasa Syukur dan Pengelolaan Keuangan.
Remaja sering kali merasa bahwa memiliki barang tertentu adalah hal yang sangat penting untuk menunjukkan status sosial atau kecantikan mereka. Orang tua dapat mengajarkan anak tentang pentingnya rasa syukur atas apa yang dimiliki dan bagaimana cara mengelola keuangan dengan bijaksana.
Dalam Al-Quran, Allah SWT mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya:
“لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ”
(QS. Ibrahim: 7)
“Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu.”
Dengan menumbuhkan rasa syukur, remaja akan lebih menghargai apa yang ada dalam hidup mereka dan tidak terfokus pada keinginan yang tidak penting.
Memberikan Pendidikan Agama dan Moral yang Kuat
Pendidikan agama dan moral yang baik adalah landasan yang kokoh dalam membentuk karakter anak. Orang tua bisa mengajarkan anak-anaknya bahwa kecantikan fisik hanyalah sementara, sementara kecantikan hati dan akhlak yang baik adalah yang lebih utama. Dengan mengajarkan ajaran agama dan nilai-nilai moral, anak-anak dapat lebih memahami apa yang benar dan apa yang salah, serta bagaimana menjalani hidup dengan penuh makna.
Dalam Al-Quran, Allah berfirman:
“إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.”
Mengajarkan anak untuk memperbaiki diri dan menjaga akhlak adalah hal yang lebih penting daripada sekadar mengejar penampilan luar.
Memberikan Kasih Sayang dan Perhatian Penuh.
Remaja yang merasa kurang dihargai atau kurang mendapatkan perhatian dari orang tua cenderung mudah merasa kecewa dan marah. Kasih sayang yang tulus dari orang tua akan memberikan rasa aman dan percaya diri pada anak. Penting bagi orang tua untuk melibatkan diri dalam kegiatan anak, mendengarkan cerita mereka, dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
Dalam Al-Quran, Allah juga mengajarkan kita untuk senantiasa menunjukkan kasih sayang:
“وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ”
(QS. Luqman: 14)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah yang bertambah-tambah…”
Dengan memberikan perhatian yang cukup, orang tua bisa lebih memahami perasaan anak dan menghindari munculnya konflik yang tidak perlu.
Mengajarkan Kemandirian dan Mengelola Ekspektasi.
Anak yang terbiasa mengandalkan orang tua untuk mendapatkan apa yang diinginkan akan kesulitan untuk belajar mandiri. Orang tua perlu mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas keinginannya dan mulai memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka sendiri, seperti dengan menabung atau mencari alternatif produk yang lebih terjangkau.
Kesimpulan:
Konflik antara remaja dan orang tua sering kali muncul karena perbedaan pemahaman dan ekspektasi. Dalam kasus remaja putri di Pemalang yang ingin membeli skincare, orang tua perlu mendekati anak dengan cara yang penuh pengertian, mengajarkan nilai-nilai moral dan agama, serta memberikan perhatian yang cukup. Dengan komunikasi yang baik dan rasa kasih sayang yang tulus, masalah seperti ini dapat diselesaikan dengan bijak tanpa merusak hubungan antara orang tua dan anak. Wallahu Alam Bisawab.
Semoga tulisan ini memberi wawasan dan solusi bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.
Yachya Ayaas [peserta sekolah tabligh PW. Jateng di UMPP]