Artikel

Hidup Tenang Tanpa Pinjol dan Hutang

Oleh : Adi Sabwa Isti Besari A (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UMKABA)

Di era modern yang semakin tua ini, kemajuan teknologi telah menghadirkan berbagai fasilitas canggih yang memberikan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, dibalik semua kenyamanan tersebut, seringkali terselip jebakan yang menipu manusia. Salah satu bentuk jebakan dunia yang kerap menyesatkan adalah hutang, terutama pinjaman online atau pinjol.

Jika dahulu seseorang hanya meminjam uang ketika benar-benar dalam keadaan mendesak, kini banyak yang melakukannya sekadar untuk memenuhi keinginan sesaat. Tanpa perhitungan matang, mereka terus menumpuk hutang, hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran masalah finansial yang sulit diatasi.

Padahal Rasulullah ﷺ sudah mengingatkan:

لَا تُرَوِّعُوا أَنْفُسَكُمْ

“Kalian jangan meneror diri kalian sendiri.” (HR. Abu Dawud)

Kita bisa meneror diri kita sendiri tanpa disadari, salah satunya dengan berhutang tanpa perhitungan. Ketika seseorang terus-menerus meminjam uang tanpa mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, mereka sebenarnya sedang menciptakan tekanan dan ketakutan bagi diri sendiri. Beban finansial yang semakin menumpuk dapat menimbulkan kecemasan, stres, dan bahkan menghancurkan ketenangan hidup. Apa yang awalnya tampak sebagai solusi justru berubah menjadi ancaman yang menghantui setiap hari.

Rasulullah ﷺ juga mengingatkan bahwa seseorang yang mati syahid, meski dosanya diampuni, hutangnya belum tentu diampuni.

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَحْشٍ رضي الله عنه قَالَ :

َقَالَ : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ! لَوْ أَنَّ رَجُلا قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيِيَ ، ثُمَّ قُتِلَ ، ثُمَّ أُحْيِيَ ، ثُمَّ قُتِلَ ، وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ

Dari Muhammad bin Jahsin radhiyAllahu anhu berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:

“Demi yang jiwaku ada ditanganNya, seandainya seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu dia terbunuh lagi dua kali, dan dia masih punya hutang, maka dia tidak akan masuk surga sampai hutangnya itu dilunasi.”[ HR. Ahmad , An Nasa’i ]

Hutang bukanlah perkara sepele, terutama jika mengandung bunga atau riba. Dalam Islam, riba dilarang keras karena dapat menimbulkan ketidakadilan dan menjerumuskan seseorang ke dalam kesulitan yang berkepanjangan. Salah satu contoh nyata dari jebakan hutang berbunga adalah pinjaman online (pinjol), yang sering kali menawarkan kemudahan di awal, namun menyimpan risiko besar di baliknya. Bunga yang tinggi dan sistem yang tidak transparan dapat membuat peminjam terjerat dalam lingkaran hutang yang semakin melilit, hingga sulit untuk keluar darinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih berhati-hati dan mempertimbangkan matang-matang sebelum berhutang.

Jika tidak selektif dan berhati-hati, seseorang bisa dengan mudah terjebak dalam utang yang dipenuhi riba. Apalagi di era digital seperti sekarang, banyak bermunculan lembaga keuangan online yang tidak memiliki badan hukum resmi, tetapi menawarkan pinjaman dengan bunga sangat tinggi. Kemudahan yang mereka tawarkan sering kali membuat masyarakat tergiur tanpa berpikir panjang, hingga akhirnya terjerat dalam utang yang sulit dilunasi. Akibatnya, harta benda pun terkuras hanya untuk membayar bunga yang terus bertambah. Naudzubillah min dzalik, semoga kita senantiasa dijauhkan dari jeratan riba yang dapat menghancurkan kehidupan.

Rasulullah ﷺ melaknat orang yang terlibat dalam riba, baik yang meminjam, yang memberi pinjaman, bahkan yang mencatat transaksi ribawi tersebut.

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ

“Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, orang yang memberi makan riba, pencatatnya, dan dua saksinya.” (HR. Muslim)

Maka, marilah kita berusaha untuk menghindari hutang, terutama yang mengandung riba, agar hidup kita tetap tenang dan terhindar dari berbagai masalah finansial. Dengan tidak terjebak dalam hutang berbunga, kita bisa lebih fokus pada kehidupan yang lebih berkah dan memupuk kebahagiaan sejati, tanpa ada beban yang membebani pikiran. Sebaiknya kita berusaha untuk hidup sesuai kemampuan, dan jika memang membutuhkan bantuan finansial, carilah solusi yang halal dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Jika terlanjur berhutang, yang terpenting adalah niatkan dalam hati untuk segera melunasinya dengan cara yang benar. Berusahalah untuk menyelesaikan hutang tersebut dengan penuh tanggung jawab, jangan menunda-nunda atau melarikan diri dari kewajiban. Meminta bantuan jika diperlukan, serta membuat perencanaan keuangan yang matang, bisa membantu meringankan beban. Yang terpenting adalah tetap berusaha keras untuk melunasi hutang dengan cara yang sesuai syariat, tanpa mengorbankan prinsip dan nilai-nilai agama. Dan berdoalah dengan doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ:

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu sehingga aku tidak terjebak dalam yang haram, dan kayakanlah aku dengan karunia-Mu sehingga aku tidak butuh selain dari-Mu.” (HR. Tirmidzi)

Dengan mengetahui hal ini, maka sudah seharusnya di zaman yang serba mudah ini, kita juga tidak boleh memudahkan dan menggampangkan semua dan mudah terjebak dalam tindakan-tindakan yang bisa menyengsarakan kehidupan kita dan keluarga. Sangat penting bagi kita untuk benar-benar berhati-hati dalam bertindak dan menghindari penipuan-penipuan yang dilakukan secara online termasuk mewaspadai bahaya judi online dan pinjaman yang memberatkan keuangan.

Kita disyariatkan untuk bekerja dengan baik untuk mencari rezeki yang baik. Setelah itu, kita diajarkan untuk bertawakal dan berserah diri kepada Allah karena Ia lah yang telah mengatur rezeki setiap makhluk di muka bumi ini.

Rasulullah bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا (رواه أحمد وابن ماجه والحاكم)

Artinya: “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti Ia memberikan rezeki kepada burung. Burung-burung itu keluar di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali ke sarang-sarangnya dalam keadaan perut yang terisi penuh.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim).

Semoga kita senantiasa diberikan hidayah dan rahmat Allah swt dalam mencari rezeki yang halal dengan cara yang halal. Semoga kita dihindarkan dari perbuatan-perbuatan yang dapat menjadikan kehidupan kita sengsara. Amin

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button