
Perspektif Islam tentang Kehidupan Dunia
Dalam ajaran Islam, kehidupan di dunia ini sering kali dipandang sebagai perjalanan yang sementara, bukan tujuan akhir. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang mengingatkan umat Muslim bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan, sementara kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat. Salah satu cara untuk menggambarkan pandangan ini adalah dengan istilah “hanya mampir ngombe,” yang secara sederhana berarti dunia ini hanya tempat singgah sementara, layaknya mampir sebentar untuk minum air dalam perjalanan panjang.
Dunia adalah Tempat Ujian
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 2, “Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Ayat ini menjelaskan bahwa kehidupan di dunia adalah ujian bagi setiap individu. Allah memberikan kehidupan dan segala nikmat-Nya di dunia ini untuk menguji keimanan dan amal perbuatan manusia. Dunia bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sarana untuk mendapatkan bekal menuju kehidupan yang abadi di akhirat.
Kehidupan dunia dengan segala kenikmatan, harta, kekuasaan, dan kesenangan lainnya hanyalah sementara. Hal-hal tersebut dapat datang dan pergi, dan tidak ada yang dapat menjamin kebahagiaan yang abadi di dunia. Namun, Allah berjanji bahwa orang yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak.
Kehidupan Dunia: Sebuah Mimpi yang Singkat
Salah satu konsep penting dalam Islam adalah melihat dunia ini sebagai tempat yang sangat singkat, sebagaimana kehidupan kita di dunia ini hanya sekejap mata dibandingkan dengan kehidupan setelah mati yang abadi. Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadisnya bersabda, “Dunia itu adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa orang yang beriman tidak akan terlalu terikat pada kenikmatan dunia yang sementara. Mereka menyadari bahwa dunia ini hanyalah penjara yang membatasi mereka dari kebahagiaan abadi di akhirat. Bagi orang kafir, dunia bisa menjadi tempat yang penuh dengan kenikmatan sementara, tetapi bagi orang yang beriman, dunia adalah tempat yang penuh tantangan dan ujian, yang semuanya akan terbayar dengan ganjaran di akhirat jika dijalani dengan penuh kesabaran dan keimanan.
Prioritaskan Akhirat
Konsep “hanya mampir ngombe” mengajarkan umat Muslim untuk tidak terlalu tergoda oleh kesenangan duniawi yang bersifat sementara. Rasulullah SAW sering kali mengingatkan umatnya untuk menjadikan akhirat sebagai tujuan utama, karena di sana akan ada kebahagiaan yang abadi dan tidak akan pernah sirna.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Jadikanlah kehidupan dunia sebagai ladang untuk kehidupan akhirat, dan jadikanlah akhirat sebagai tujuan utama dalam hidup.” (HR. Tirmidzi)
Dengan memahami bahwa dunia adalah tempat sementara, kita seharusnya tidak lupa untuk menata kehidupan dengan cara yang mendekatkan diri kepada Allah. Beramal saleh, beribadah dengan khusyuk, serta menjaga hubungan baik dengan sesama adalah bekal yang sangat penting untuk kehidupan akhirat.
Menyikapi Kehidupan Dunia dengan Bijak
Meskipun dunia ini sementara, bukan berarti umat Muslim dianjurkan untuk menjauhi dunia atau tidak menikmati kehidupan. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup secara seimbang, menikmati kehidupan duniawi dengan bijak, tetapi tidak lupa akan tujuan utama hidup, yaitu kehidupan setelah mati.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 201, “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa api neraka.'” Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk senantiasa berdoa agar memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat, serta mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan dalam hidup.
Pandangan hidup dalam Islam mengajarkan kita untuk menyadari bahwa dunia ini hanyalah tempat sementara yang penuh dengan ujian. Sebagai umat Muslim, kita dianjurkan untuk memanfaatkan kehidupan dunia dengan baik, tetapi tidak melupakan tujuan akhir yang lebih besar, yaitu kehidupan abadi di akhirat. Dengan memahami bahwa dunia ini hanyalah “mampir ngombe,” kita diharapkan bisa hidup dengan lebih bijak, tidak terbuai oleh kenikmatan duniawi, dan selalu berusaha untuk meraih kebahagiaan yang sesungguhnya di akhirat.
Kehidupan yang Sesungguhnya Menurut Islam Adalah Kehidupan Akhirat
Dalam pandangan Islam, kehidupan dunia ini hanyalah sementara dan merupakan persinggahan sebelum menuju kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Allah SWT dalam Al-Qur’an sering mengingatkan umat-Nya bahwa kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan setelah mati, yang penuh dengan kenikmatan atau azab yang kekal. Kehidupan dunia ini, meskipun penuh dengan ujian dan tantangan, hanya merupakan persiapan untuk menghadapi kehidupan yang lebih besar dan lebih kekal di akhirat.
Surat Al-Hasyr (59:18):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Terjemahan Bahasa Indonesia:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah ia perbuat untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Ayat ini mengingatkan umat Muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah, mempersiapkan amal baik sebagai bekal untuk kehidupan akhirat, dan memperhatikan setiap perbuatan yang dilakukan dalam hidup ini.
Al-Qur’an Menyatakan Keabadian Kehidupan Akhirat
Dalam surat Al-Ankabut ayat 64, Allah berfirman:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan permainan dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa kehidupan dunia adalah sementara dan tidak lebih dari sekadar permainan dan hiburan. Sementara itu, kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, yang tidak akan pernah berakhir.
Begitu juga dalam surat Al-Baqarah ayat 200:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari dunia.”
Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk tidak melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu kebahagiaan di akhirat. Dunia harus dilihat sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan tersebut, tetapi bukan tujuan utama.
Kehidupan Dunia sebagai Ujian
Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah tempat ujian, dan segala yang ada di dunia ini adalah cobaan untuk mengukur keimanan dan amal perbuatan seseorang. Allah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 2:
“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Setiap individu akan diuji dengan berbagai bentuk cobaan, seperti harta, kesehatan, keluarga, dan sebagainya. Namun, ujian-ujian ini bukanlah tujuan utama dari kehidupan. Tujuan akhir dari setiap ujian adalah untuk menggapai kehidupan yang abadi di akhirat.
Kenikmatan dan Penderitaan Dunia Itu Sementara
Salah satu alasan mengapa kehidupan dunia ini dianggap tidak lebih dari sebuah persinggahan adalah karena segala kenikmatan maupun penderitaan di dunia bersifat sementara. Dalam surat Al-Hadid ayat 20, Allah SWT mengingatkan umat-Nya:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau, perhiasan, saling bermegah-megahan di antara kamu, dan saling berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak-anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya menyenankan hati para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu melihatnya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan serta rahmat dari Allah. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Kenikmatan dunia, baik itu harta, kekuasaan, maupun kecantikan, semuanya hanya bersifat sementara dan bisa hilang kapan saja. Demikian pula, penderitaan di dunia ini pun tidak kekal. Semua hal tersebut hanya terjadi dalam perjalanan hidup yang singkat, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi dan kekal.
Kehidupan Akhirat: Keabadian yang Menanti
Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang tidak ada lagi kematian setelahnya. Allah menggambarkan kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang penuh dengan kenikmatan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Dalam surat Az-Zumar ayat 73, Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka akan digiring ke surga berombongan. Hingga apabila mereka sampai ke sana, pintu-pintu surga itu terbuka dan para penjaganya berkata kepada mereka, ‘Salam sejahtera atas kalian, berbahagialah kalian, maka masuklah ke dalamnya, sedang kalian kekal di dalamnya.'”
Di surga, tidak ada lagi kesedihan, kelelahan, atau penderitaan. Semua orang yang berhasil memasuki surga akan merasakan kenikmatan yang tiada tara, sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia.
Sebaliknya, bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan tidak beriman, kehidupan akhirat yang mereka alami adalah kehidupan yang penuh dengan siksaan yang abadi. Dalam surat An-Nisa ayat 56, Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kelak Allah akan menyesatkan amal mereka. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan berbuat zalim, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Persiapan Menuju Kehidupan Akhirat
Islam mengajarkan bahwa untuk meraih kebahagiaan di akhirat, seorang Muslim harus menjalani kehidupan dunia dengan penuh tanggung jawab, beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya, dan beramal saleh. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
“Sesungguhnya dunia adalah ladang bagi akhirat.” (HR. Ibnu Majah)
Dengan demikian, setiap amal perbuatan yang dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah akan menjadi bekal yang mengantarkan seseorang menuju kehidupan yang abadi dan bahagia di akhirat.
Bekal yang Harus Dipersiapkan untuk Hidup Setelah Mati Menurut Islam
Dalam Islam, kehidupan setelah mati adalah kehidupan yang kekal dan abadi, di mana setiap amal perbuatan yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang Muslim untuk mempersiapkan bekal yang tepat selama hidup di dunia sebagai persiapan untuk kehidupan akhirat. Bekal yang baik dan benar akan membawa seseorang menuju kebahagiaan di akhirat, baik di surga yang penuh kenikmatan ataupun selamat dari siksa neraka.
Berikut ini adalah beberapa bekal utama yang harus dipersiapkan menurut ajaran Islam untuk kehidupan setelah mati:
- Keimanan yang Kuat (Iman kepada Allah dan Rasul-Nya)
Keimanan adalah dasar utama dalam Islam. Seorang Muslim harus memiliki keyakinan yang teguh kepada Allah SWT, kepada malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir-Nya. Keimanan yang benar dan ikhlas adalah pondasi yang sangat penting untuk memasuki surga dan mendapatkan kebahagiaan abadi.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka mereka itu masuk surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.” (QS. An-Nisa: 124)
- Amal Saleh
Amal saleh adalah setiap perbuatan baik yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, berbuat baik kepada orang tua, menolong sesama, dan banyak amalan lainnya yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Amal saleh adalah bekal yang sangat penting karena hanya amal saleh yang dapat membawa seseorang ke surga.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara konsisten, meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Taqwa (Ketakwaan kepada Allah)
Taqwa adalah kualitas pribadi yang mencakup kesadaran untuk selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik secara zahir maupun batin. Taqwa menjadi penentu seseorang untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 102:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam.”
- Ikhlas dalam Beribadah
Ikhlas adalah suatu sikap hati yang membuat setiap amal perbuatan hanya dilakukan untuk Allah semata, tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari selain-Nya. Keikhlasan ini sangat penting karena amal yang dilakukan tanpa keikhlasan hanya akan sia-sia.
Allah berfirman dalam surat Al-Bayyinah ayat 5:
“Dan mereka tidak diperintah kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan ikhlas dalam (menjalankan) agama yang lurus…”
- Shalat yang Khusyuk
Shalat adalah tiang agama dan merupakan ibadah yang paling utama dalam Islam. Shalat yang dilakukan dengan penuh khusyuk dan rasa takut kepada Allah adalah salah satu bekal utama yang akan memberi keberkahan di dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mendirikan shalat dengan baik, maka shalatnya akan menjadi cahaya, penolong, dan pelindung baginya pada Hari Kiamat.” (HR. Ahmad)
- Sabar dan Syukur
Sabar dalam menghadapi ujian hidup dan syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah adalah bekal yang tidak kalah penting. Sabar menunjukkan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah, sementara syukur adalah bentuk pengakuan dan penghargaan terhadap segala pemberian-Nya.
Allah berfirman dalam surat At-Tawbah ayat 51:
“Katakanlah: ‘Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditentukan Allah untuk kami; Dia adalah pelindung kami, dan hanya kepada Allah-lah orang-orang beriman harus bertawakal.'”
- Bertobat dan Meminta Ampunan
Setiap manusia tidak lepas dari kesalahan dan dosa. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu bertobat kepada Allah dengan hati yang tulus, memohon ampunan-Nya, dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Allah berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 70:
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. Maka Allah akan mengganti kejelekan-kejelekan mereka dengan kebaikan. Dan adalah Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
- Berkah dari Zakat dan Sedekah
Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam yang sudah memenuhi syarat tertentu, sedangkan sedekah adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Zakat dan sedekah membantu membersihkan harta, memberi manfaat kepada sesama, dan mendatangkan keberkahan bagi pemiliknya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sedekah tidak mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi sedekah kecuali Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim)
- Berhubungan Baik dengan Sesama
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, baik keluarga, tetangga, teman, maupun orang yang membutuhkan. Berbuat baik kepada orang lain merupakan bentuk nyata dari amal saleh yang bisa menjadi bekal menuju akhirat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
- Mempersiapkan Kematian dengan Baik
Menyiapkan kematian bukan hanya dalam bentuk persiapan fisik, seperti membuat wasiat atau menyelesaikan urusan duniawi, tetapi juga dengan memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Seorang Muslim harus senantiasa mengingat bahwa kehidupan dunia ini sementara dan siap menghadapi kematian dengan cara yang baik. Kematian yang baik bisa diusahakan dengan selalu berbuat baik, taat kepada Allah dalam menjalani kehidupan. Sehingga saat nyawa kita dicabut kita sedang melakukan ketaatan.
Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 185:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat, disempurnakanlah balasan kamu sekalian.”
Bekal yang harus dipersiapkan untuk kehidupan setelah mati dalam Islam adalah keimanan yang kokoh, amal saleh yang ikhlas, ketakwaan, sabar, syukur, serta kebaikan dalam hubungan dengan sesama. Selain itu, penting juga untuk selalu bertaubat, beramal dengan tulus, dan mempersiapkan kematian dengan sebaik-baiknya. Semua bekal ini akan membantu seorang Muslim memperoleh kebahagiaan di akhirat dan selamat dari siksa neraka.