Langkah Praktis Untuk Meraih Salat Khusyuk
Oleh : Nurul Khotimah (Peserta Sekolah Tabligh MT PWM Jateng di UMKABA)

Salat merupakan ibadah utama tiap-tiap Muslim yang menjadi sarana komunikasi seorang hamba dengan Allah SWT.
Al-Quran memberikan kabar gembira bahwa keberuntungan sejati ada pada orang-orang beriman yang mampu menjaga kekhusyukan dalam salat mereka, hal ini ditegaskan dalam surat Al-Mukminun ayat 1 dan 2 :
قَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَۙ
الَّذِيۡنَ هُمۡ فِىۡ صَلَاتِهِمۡ خَاشِعُوۡنَ ۙ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman; (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya” .
Namun, banyak Muslim yang mengalami kesulitan untuk mencapai kekhusyukan dalam salat. Berikut adalah empat langkah praktis yang dapat membantu meraih salat yang khusyuk :
- Niat Yang Tulus
Niat dalam ibadah bukan sekadar dalam ucapan saja, melainkan dengan sepenuh hati untuk mencari rida Allah. Menanamkan kepada diri bahwa salat bukanlah rutinitas mekanistik semata, melainkan sebuah bentuk penghambaan yang dilakukan dengan kesadaran penuh.
- Mengarahkan Pandangan ke Tempat Sujud
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita agar wajah serta pandangan mata diarahkan ke satu titik yaitu ke tempat sujud. Untuk itu seseorang harus mengontrol matanya dan tidak melihat ke sekeliling, serta kehadiran hati juga harus ditujukan kepada Allah swt.
Hal ini didasarkan pada sebuah hadis:
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي الصَّلَاةِ أَوْ لَا تَرْجِعُ إِلَيْهِمْ
“Dari Jabir bin Samurah (diriwayatkan) dia berkata, Rasulullah saw bersabda: Hendaklah suatu kaum menghentikan untuk mengangkat pandangan mereka ke langit dalam salat atau (kalau tidak), niscaya pandangan tersebut tidak kembali kepada mereka (buta)” [HR. Muslim no. 649].
Secara tegas hadis tersebut melarang dan mengancam perbuatan mengangkat pandangan ke atas ketika sedang mengerjakan salat, selain itu menunjukkan bahwa Rasulullah saw dalam melaksanaan shalat mengharuskan agar pandangan tertuju ke tempat sujud, tujuannya adalah agar shalat lebih khusyuk.
- Menghayati Makna Setiap Bacaan Salat
Setiap kalimat dalam bacaan salat memiliki makna yang sejatinya menjadi doa-doa terbaik bagi seorang Muslim. Ketika makna bacaan diresapi dan dihayati salat bukan hanya menjadi ritual, melainkan dialog personal dengan Allah.
- Menjaga Tumakninah Dalam Gerakan Salat
Tumakninah berarti melaksanakan setiap gerakan salat dengan tenang, tidak tergesa-gesa, dan sepenuh hati.
Contoh tidak tumakninah dalam salat adalah orang yang tidak sempurna dalam melakukan ruku’ dan sujud, dan itu diibaratkan pencuri dalam shalat, dan pencuri dalam shalat adalah seburuk-buruknya pencuri.
Sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
إِنَّ أَسْوَأَ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُهَا قَالَ لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا
Artinya: “Seburuk-buruknya pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah bersabda, “Dia tidak sempurnakan ruku’ dan sujudnya”
(HR Imam Ahmad)
Kekhusyukan dalam salat bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Dibutuhkan usaha dan kesadaran penuh untuk mencapainya dengan usaha yang terus menerus.
Dengan empat langkah diatas diharapkan tiap-tiap Muslim dapat memperbaiki kualitas salatnya.
Referensi :
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Buku “Tuntunan Salat Lima Waktu”