Bus Shalawat Dan Ustadz Kampung
Oleh : Mutiatun, S.Pd.I (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UMKABA)

Bus shalawat sangat familiar bagi umat Islam Indonesia dan lebih khusus lagi jamaah haji sebagi mode transportasi gratis dan nyaman yang akan mengantarkan jamaah haji berangkat dari hotel (pemondokan) menuju terminal dekat Masjidil Haram dan sebaliknya. Namun dalam tulisan ini, Bus Shalawat yang dimaksud adalah berbeda yakni sebuah nama yang diberikan oleh seorang ustadz kampung. Kisah ini berawal ketika seorang ustadz kampung melakukan sebuah perjalanan dan ikut bis AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). Pada saat itu pak ustadz kampung mendapati bus yang berjalan dengan kecepatan tinggi cenderung ugal-ugalan menurut versi pak ustadz yang jarang naik angkutan mode ini. Sepanjang perjalanan pak ustadz senantiasa banyak berdzikir dengan mengucapkan istighfar dan banyak bershalawat untuk mengurangi rasa takut, khawatir, ndredeg dan erdoa seraya memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah SWT.
Dalam kondisi yang cukup mencekam ini terpikirkan dalam benak pak ustadz “ seandainya kematian menjemput pilihannya hanya dua yakni surga atau neraka”. Secara jujur pak ustadz mengatakan: “Ya Allah ampunilah segala khilaf kami selama ini. Boleh jadi kelak di Yaumil Qiyamah sopir bus yang ugal-ugalan ini bisa masuk surga lebih dahulu daripada para ustadz. Alasannya Ya Allah selama ini ketika kami mengajar dapat menyebabkan kebingungan pada jamaah ataupun sebagian besar jamaah justru mengantuk karena materi yang disampaikan monoton dan cara penyampaiannya kurang menarik, sedangkan pak sopir yang ugal-ugalan ini dapat mengajak seluruh penumpagnya untuk berdzikir sepanjang perjalanan dengan kalimah-kalimah thayibah sebagai wujud kelemahan hamba di hadapan-Mu ya Allah. Ampunilah dosa dan kesalahan kami dosa dan kesalahan orang tua kami, dosa dan kesalahan guru-guru kami, dosa dan kesalahan pemimpin-pemimpin kami serta dosa dan kesalahan semua orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati.
Sebagai mubaligh, dai, ustadz ataupun sebutan-sebutan lain mestinya mampu mewarisi dan meneruskan tugas mulia Nabi Muhammad SAW. Untuk itu mari kita perhatikan firman Allah dalam al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 151-152:
كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ ١٥١
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat kepadamu), Kami pun mengutus kepadamu seorang Rasul (Nabi Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”
Sebagaimana pengalihan kiblat, pengutusan seorang nabi dari bangsa Arab juga merupakan suatu kenikmatan yang besar. Kenikmatan yang besar itu adalah sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad, dari kalangan kamu. Di antara tugasnya adalah membacakan ayat-ayat Kami, yaitu Al-Qur’an yang menjelaskan perkara yang hak dan yang batil, atau tanda-tanda kebesaran Allah, kenabian Nabi Muhammad, dan adanya hari kebangkitan. Rasul itu juga kami tugasi untuk menyucikan kamu dari kemusyrikan, kemaksiatan, dan akhlak yang tercela. Dia juga mengajarkan kepadamu Kitab Al-Qur’an dan hikmah, yakni sunah, serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui, yaitu segala pengetahuan yang terkait dengan kebaikan di dunia dan akhirat. Al-Qur’an juga menuturkan kisah para nabi terdahulu. Hal ini tidak mungkin didapat kecuali melalui wahyu.
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِࣖ ١٥٢
“ Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
Maka dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Muslimin, hendaklah mereka selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan tahmid (membaca al-Ḥamdulillāh), tasbih (membaca Subḥanallāh), dan membaca Al-Qur’an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya. Apabila mereka selalu mengingat Allah, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji serta bertasbih dan mengakui kebaikan-Nya. Di samping itu, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah ditentukan-Nya.
Semoga Allah memudahkan jalan kita untuk selalu berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan sebaik-baiknya sebagaimana doa yang selalu kita mohonkan kepada Allah SWT:
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ و شكرك و حسن عِبَادَتِكَ
Artinya :
Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah yang baik pada-Mu.